Kamis, 21 Agustus 2025

SEKOLAH TAKUT PENJARA,MORAL BOCAH JADI TUMBALNYA

 

RUANG IDE - P agi itu, di warung kopi Mbok Surti, aroma tempe mendoan dan kopi hitam menyatu. Seperti biasa, para “dewan warung” nongkrong sambil membahas topik nasional yang entah kenapa selalu lebih seru daripada berita TV.

“Eh, Le,” kata Pak Bejo sambil nyeletuk, “kamu tahu nggak? Sekarang kalau guru nekat buka HP murid buat ngecek moral, bisa dipenjara lima tahun. Padahal murid-murid itu sering tiba-tiba dimasukkan ke grup aneh-aneh tanpa mereka ngerti. Ada grup LGBT, ada grup mesum, ada juga jualan obat kuat. Lah, bocah SMP disuguhi obat kuat, wong makan tahu aja masih disuapin!”
Warung langsung riuh ketawa.


Pak Karyo ikut menimpali, "Lha piye, sekarang itu anak dikasih HP rekomendasi tugas online. Tapi malah ditugaskan online-in diri ke grup mesum. Gurunya pengin nyelametin, eh malah bisa dituduh kriminal. Jadi sekarang guru lebih aman ngajar rumus Pythagoras daripada rumus menjaga akhlak."



“Bener,” sambung Pak Mardi sambil ngudud, “pemerintah ini aneh. Sekolah diwajibkan mendidik karakter, tapi dicekoki undang-undang yang melarang buka HP murid. Jadi gurunya harus punya ilmu kebatinan: bisa tahu isi chat tanpa buka HP. Kalau nggak, ya siap-siap lihat moral bocah nyungsep.”

Mbok Surti yang dari tadi sibuk nggoreng tempe nggak tahan ikut nyeletuk, “Kalau gini caranya, 10 tahun lagi akhlak anak bangsa bisa jadi barang antik. Di museum mungkin ada tulisan: 'Ini contoh generasi yang masih ngerti sopan santun. Setelah itu punah, diganti generasi jempol' .”

“Yo betul, Mbok,” timpal Pak Bejo, “sekarang negara lebih sibuk jaga data pribadi bocah daripada jaga moralnya. Jadi kalau ada murid nonton film biru, yang dilindungi bukan matanya, tapi password HP-nya. Lah iki piye logikane?”

Warung kembali pecah tawa. Tapi di balik tawa itu, kopi terasa semakin pahit.

Pak J 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar