Koordinator demo, Ahmad Husein, bilang kalau aksi kali ini bakal lebih gede daripada yang 13 Agustus kemarin. “Pokoknya jangan bayangin demo biasa. Ini kayak resepsi kawinan-rame, gaduh, tapi yang dihajatin malah nggak ikut seneng,” celetuknya.
Bedanya, kali ini mereka nggak buka posko donasi. Katanya, biar nggak dikira demo bisa dibeli kayak gorengan lima ratusan. Ganti strategi: ada posko pengawalan hak angket DPRD, plus posko pengaduan korban kebijakan Sudewo dan korban yang kemarin kejedot aparat. Jadi bukan cuma rakyatnya yang sakit hati, tapi juga ada yang sakit badan.
Meski judul demonya bernama “Pati Timur”, mereka ngajak semua warga kabupaten ikutan. “Masa cuma kita yang demo, yang lain nonton kayak liat sinetron. Wong ini urusan semua warga, lho,” tambahnya.
Sementara itu, Mendagri Tito Karnavian ikut nimbrung. Pesannya jelas: demo boleh, asal jangan anarkis. Ya kayak bapak kos ngomong ke anak kos, “Boleh pesta, asal jangan bikin genteng beterbangan.”
Nah sekarang bola panas ada di DPRD Pati. Masyarakat udah teriak-teriak minta hak angket dipercepat. Pertanyaannya, DPRD beneran gaspol atau malah ikut-ikutan slow kayak tukang servis HP yang jawabnya: “Besok jadi, Mas...” padahal seminggu nggak kelar-kelar.
Pak J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar