Serangan Fajar, Mentalitas Korupsi
kompas.id |
Sebagian orang bercanda tentang menunggu amplop, tapi tidak sedikit yang mengharapkan sungguhan. Amplop berisi 50 ribu, atau jika beruntung bisa sampai 300 ribu, menjadi daya tarik.
Uang itu mungkin habis dalam sehari, tapi pilihan yang kita buat karena amplop itu akan menentukan nasib kita selama lima tahun kedepan. Mari kita renungkan bersama, apa artinya ini bagi kita sebagai bangsa?
Pilihan Kita, Harga Diri Kita
detikcom |
Pertanyaan sederhana nya: apakah harga diri kita serendah itu?
Mengajarkan Korupsi dari Awal
Logikanya jelas: jika seorang calon mengeluarkan miliaran rupiah untuk membeli suara, dari mana ia akan menutup 'modal' itu setelah terpilih? Kita sudah tahu jawabannya—dari anggaran rakyat yang seharusnya digunakan untuk membangun insfrastruktur, pendidikan, atau fasilitas kesehatan.
Musuh Utama Kita
mediaindonesia |
Lebih ironis lagi, orang yang menerima uang serangan fajar sering kali adalah orang yang sama yang paling keras mengkritik pemimpin ketika korupsi terbongkar.
jurnal news |
Menolak amplop adalah bentuk perlawanan nyata terhadap korupsi. Katakan kepada mereka bahwa kita tidak bisa dibeli. Harga diri dan masa depan lebih mahal dari uang receh.
Lihat rekam jejak calon pemimpin. Apa yang telah mereka lakukan untuk masyarakat? Jangan mudah terpesona dengan janji manis tanpa bukti.
Setelah memilih, kawal kinerja pemimpin. Jangan hanya diam ketika kebijakan mereka melenceng dari janji kampanye.
Saatnya Bangkit
Memilih pemimpin bukan transaksi,melainkan amanah. Jika kita ingin korupsi hilang dari negeri ini, mulailah dari diri sendiri.
Tunjukkan bahwa kita adalah rakyat yang tidak bisa dibeli.
Mari kita renungkan: Apakah kita ingin menjadi bangsa yang besar dengan harga diri, atau bangsa yang menjual masa depan hanya demi uang kecil untuk kepentingan diri sendiri?
Pilihan ada di tangan kita. Jangan biarkan serangan fajar menggelapkan harapan kita untuk masa depan yang lebih baik.
Pak J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar