Sabtu, 16 November 2024

PENJAJAH ku ITU KINI BERNAMA PAJAK?

Inikah Cita-Cita Kemerdekaan Kita?

portal islam
Wahai pemimpin negeri KU, apakah kenaikan pajak yang terus menerus ini adalah wujud dari cita-cita kemerdekaan kita? Bukankah dulu para pejuang berkorban jiwa dan raga untuk membebaskan bangsa ini dari penindasan, dari penjajahan yang mencekik kehidupan rakyat? Jika kini rakyatmu terus diperas melalui pajak tinggi yang seolah tiada akhir, lalu di mana letak perbedaannya dengan saat kita masih dijajah?

Mengapa beban rakyat  semakin berat?

Dulu, penjajah memungut hasil bumi dan tenaga rakyat tanpa ampun. Mereka mengambil apa saja yang berharga, meninggalkan rakyat dengan sisa-sisa yang tidak mencukupi. Kita merdeka dengan harapan bahwa kekayaan alam ini akan dikelola untuk kemakmuran seluruh rakyat. 



historia
Namun kini, setelah sekian puluh tahun merdeka, mengapa pola yang sama masih terasa? Pajak rakyat terus dinaikkan, beban hidup semakin berat, sementara hasil kekayaan alam negeri ini lebih banyak dinikmati oleh segelintir pihak.? Mengapa?

Jika cita-cita kemerdekaan adalah kesejahteraan dan keadilan, maka apakah kenaikan pajak yang membebani rakyat ini benar-benar mencerminkan kemerdekaan yang kita perjuangkan? Apakah pengelolaan negara hanya berhenti pada kemampuan memajaki rakyat tanpa henti? Bukankah kita merdeka agar bisa mengelola tanah air dengan adil dan bijaksana, bukan untuk menggantikan tangan penjajah dengan tangan pemerintah sendiri yang terus memeras rakyat?

Di mana letak keadilan itu?
detikcom

Wahai Pemimpin ku
, tidakkah kau melihat? Setiap hari kami bangun pagi untuk bekerja keras demi hidup yang layak, tetapi hasil keringat kami terus saja tergerus oleh pajak yang semakin tinggi. 


Barang kebutuhan pokok semakin mahal karena pajak. Bahkan ketika kami mencoba menabung untuk masa depan, ada lagi pajak yang harus kami bayar. 

Apakah ini kemerdekaan yang dulu dijanjikan? Apakah ini yang para pahlawan bayangkan ketika berjuang dengan darah dan air mata mereka?


Jika begini terus, apa bedanya kemerdekaan dengan masa penjajahan? Bedanya hanya satu: dahulu penjajah yang mengambil, sekarang pemimpin kita sendiri yang melakukannya. Dulu kita marah karena hasil bumi dan kerja keras rakyat diperas tanpa ampun, tetapi sekarang pajak tinggi menjadi alat yang sah untuk menekan rakyat. Bukankah ini hanya penjajahan dalam bentuk baru?

Pajak Bukan Solusi Tunggal
radio idola semarang

Kami tidak menolak pajak. Kami paham bahwa pajak adalah kewajiban rakyat untuk membangun negara. Tapi yang kami tolak adalah pajak yang terus menerus naik tanpa diimbangi dengan kesejahteraan yang nyata. 

Kami menolak menjadi bangsa yang hanya dimanfaatkan, sementara hasil pajak yang kami bayarkan belum benar-benar kembali kepada kami dalam bentuk pelayanan publik yang memadai.

Wahai pemimpin ku Apakah benar tidak ada jalan lain selain terus menaikkan pajak? Mengapa kekayaan alam negeri ini, yang konon melimpah ruah, tidak mampu menopang pembangunan dan kebutuhan negara? Bukankah tugasmu, wahai pemimpin ku, adalah mengelola sumber daya ini agar kami, rakyat, tidak perlu terus-menerus terbebani? Apa gunanya menjadi negeri yang kaya jika rakyatnya tetap miskin?



Kembalilah pada janji kemerdekaan.
sekitar unnes
Kami tidak meminta banyak. Kami hanya ingin pemimpin yang benar-benar tahu cara mengelola negeri ini tanpa menjadikan rakyatnya sebagai korban. 

Kami ingin pemimpin yang paham bahwa kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari beban yang mencekik. 


Kami ingin pemimpin yang mampu memanfaatkan kekayaan alam negeri ini untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan hanya segelintir elit atau pihak asing.

Jika pajak yang terus naik adalah satu-satunya cara yang kau tahu untuk membangun negeri ini, maka di mana letak keahlianmu? Di mana letak perbedaanmu dengan penjajah yang dulu kita usir dari tanah ini? Kemerdekaan yang sejati adalah ketika rakyatnya merdeka dari beban yang tak perlu, ketika setiap orang bisa hidup dengan sejahtera, dan ketika pajak bukan lagi menjadi alat untuk menekan rakyatnya.

kompasiana

Wahai pemimpin ku, dengarlah suara kami. Rakyat ini lelah.  Kami ingin melihat negeri ini maju tanpa kami harus terus-menerus berkorban lebih dari yang kami mampu. Kami ingin merasakan arti sebenarnya dari kemerdekaan. 


Jangan jadikan pajak tinggi sebagai bukti ketidakmampuanmu dalam mengelola negeri ini. Berhentilah memajaki kami tanpa akhir. Gunakanlah kekayaan alam negeri ini untuk kami, rakyat yang telah memilihmu. Biarkan kami merdeka dari penjajahan baru yang bernama pajak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar