Senin, 04 November 2024

SEKOLAH TIDAK PERLU GURU BK LAGI ?

Tahun 2025 direncanakan menjadi tahun reformasi pendidikan karakter di Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Abdul Mu’thi akan mengangkat guru bimbingan konseling (BK) tambahan serta mengadakan pelatihan konseling untuk guru kelas. 

Kebijakan ini bertujuan memperkuat pendidikan karakter, tetapi benarkah ini langkah yang cukup efektif? Apakah tambahan guru BK dan pelatihan konseling adalah solusi yang paling dibutuhkan? Mari kita lihat lebih jauh apa yang sebenarnya diperlukan untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa.

Setiap guru pada dasarnya adalah guru BK?.

TIMES Indonesia
Pada dasarnya, pendidikan karakter tidak harus bergantung pada guru BK. Karakter bukanlah sesuatu yang bisa disampaikan secara formal dalam satu sesi konseling saja. Pembentukan karakter memerlukan pendekatan sehari-hari yang konsisten, teladan, dan keterlibatan semua pihak di sekolah. 

Idealnya, setiap guru, apa pun mata pelajarannya, memiliki kemampuan dasar bimbingan konseling (bk) agar mereka bisa mendampingi dan mengarahkan siswa dalam proses pembentukan karakter di kelas masing-masing. 

Kalau seperti itu apakah Guru BK sudah tidak di perlukan lagi ?. Tentu Guru BK  masih sangat di perlukan. Tetapi jika semua guru sudah memahami esensi pendidikan karakter dan akhlak yang menyeluruh, maka tugas Guru BK akan sangat terbantu.

Untuk memaksimalkan hasil dari guru yang di latih, pelatihan tersebut harus dirancang dengan serius. Pemerintah perlu memberikan pelatihan yang spesifik, seperti keterampilan komunikasi yang empatik, teknik pengelolaan konflik, pendekatan berbasis nilai, hingga pelatihan mendeteksi masalah perilaku dan cara penanganannya. 

Dengan pelatihan ini, setiap guru akan lebih mampu menjalankan peran mereka dalam pendidikan karakter. Guru yang paham cara efektif mendidik karakter akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga karakter baik terbentuk dengan sendirinya melalui praktik dan teladan di setiap kesempatan.

Memperkuat Perlindungan Guru dalam Pendidikan Karakter

Pojoksatu.id
Saat ini, banyak guru yang merasa tertekan ketika hendak menegakkan disiplin atau memberikan bimbingan karakter. Sering kali, tindakan yang dimaksudkan untuk mendidik justru disalahpahami atau bahkan dilaporkan sebagai tindakan tidak profesional. 

Guru memerlukan perlindungan hukum yang jelas agar dapat menjalankan tugas mereka dengan rasa aman dan penuh kepercayaan. Tanpa dukungan perlindungan yang tegas, guru akan terus ragu dalam menegakkan disiplin, bahkan di tengah semakin menurunnya moral dan karakter generasi muda.

Pemerintah perlu membuat kebijakan yang secara khusus melindungi guru dalam konteks mendidik karakter dan disiplin siswa. Aturan ini dapat berupa peraturan daerah atau kebijakan nasional yang melindungi tindakan mendidik guru dan memberi mereka wewenang untuk menegakkan aturan di sekolah dengan bijaksana. 

Misalnya, daerah-daerah yang telah menerapkan peraturan ini berhasil menciptakan suasana belajar yang lebih disiplin dan nyaman, karena guru dan siswa memahami batasan serta hak-hak mereka.

Peran Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter

kompasiana.com
Penguatan pendidikan agama memiliki peran vital dalam pembentukan karakter siswa. Pendidikan agama mengajarkan nilai-nilai dasar, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat. 

Memasukkan unsur pendidikan agama ke dalam pendekatan bimbingan konseling dapat menjadi solusi jangka panjang. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), misalnya, bisa diberikan peran tambahan dalam bimbingan konseling untuk membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai moral dan karakter melalui pendekatan agama. 

Dengan begitu, guru PAI atau guru agama lain bisa menjadi bagian dari tim konseling di sekolah, memberikan pendekatan karakter yang lebih dalam dan menyentuh.

Di negara-negara yang menekankan pendidikan agama dalam kurikulum karakter, hasilnya menunjukkan bahwa siswa lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penguatan ini seharusnya menjadi prioritas utama dibanding sekadar menambah jumlah guru BK.

Kolaborasi 3 unsur 

kompasiana.com
Pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri di dalam lingkungan sekolah. Orang tua, guru, dan komite sekolah harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembentukan karakter siswa. 

Misalnya, sekolah dapat menyelenggarakan pertemuan rutin antara guru, orang tua, dan komite untuk membahas perkembangan karakter siswa. 

Dengan adanya komunikasi yang baik, orang tua dapat lebih memahami pola pengasuhan di rumah yang sejalan dengan nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah.

Kolaborasi ini harus menjadi komitmen bersama, bukan hanya sebatas formalitas. Misalnya, dalam mendisiplinkan siswa, orang tua perlu mendukung tindakan sekolah dan guru untuk memastikan siswa benar-benar paham bahwa pendidikan karakter adalah hal penting yang tidak bisa ditawar. Dengan sinergi ini, pendidikan karakter akan terasa lebih menyeluruh dan berkesinambungan.

Evaluasi Peran KPAI

ANTARA News
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memiliki peran penting dalam melindungi hak anak, termasuk dalam lingkungan sekolah. 

Namun, sering kali batas perlindungan ini justru mengekang otoritas guru dalam mendidik dan menegakkan disiplin. 

Dalam banyak kasus, guru merasa tidak lagi leluasa untuk memberi sanksi atau menegur siswa karena khawatir menghadapi tuntutan hukum.

KPAI perlu mengevaluasi peran dan pendekatannya dalam mendukung pendidikan karakter di sekolah, dengan tetap memperhatikan hak anak tetapi juga menghargai otoritas guru. 

Misalnya, KPAI dapat bekerja sama dengan sekolah dan pemerintah untuk merumuskan pedoman tegas mengenai tindakan mendidik yang tetap dalam koridor hukum dan tidak merugikan siswa. Dengan demikian, ketegangan antara perlindungan anak dan otoritas mendidik di sekolah dapat diatasi.

Pendidikan Karakter yang Efektif

Kompasiana.com
Memperkuat pendidikan karakter di Indonesia adalah tugas yang kompleks, membutuhkan kebijakan yang menyeluruh dan pendekatan yang lebih mendalam. 

Fokus kebijakan tidak cukup pada pengangkatan guru BK atau pelatihan konseling, tetapi lebih pada pemberdayaan setiap guru, memperkuat pendidikan agama, memberikan perlindungan hukum, serta membangun kolaborasi yang harmonis antara guru, orang tua, dan sekolah.

Jika semua pihak bisa bersatu dan menyadari pentingnya pendidikan karakter, kita bisa membangun generasi muda yang lebih berakhlak mulia dan berkarakter kuat, bukan sekadar siswa yang pandai secara akademik tetapi tanpa landasan moral. 

Pemerintah harus memberi ruang dan dukungan yang cukup kepada para pendidik agar proses ini berjalan maksimal dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti luhur

Pak J aktifis pendidikan dan Sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar