Jumat, 01 November 2024

ANAKMU POTRET DIRIMU, KENAPA KAU MENYALAHKAN GURU ?

 

Suatu hari, di bawah rindangnya pohon waru di warung kopi pinggir desa, Pakde Mardi, Pakde Giyono, dan Kang Jamin terlibat dalam perbincangan hangat. Topik pembicaraan mereka mengarah pada maraknya kasus guru yang dilaporkan ke polisi.

"Kok anak sekolah yang bayar malah dihukum oleh gurunya? Itu kan salah gurunya!" tegas Pakde Giyono.

"Ya,betul itu pakde giy, seharusnya anak-anak itu diajari sesuai minat dan karakternya, seperti konsep Kurikulum Merdeka," sahut Pakde Mardi.

Mendengar itu, Pakde Mardi pun bercerita dengan nada bangga, "Dulu waktu sekolah, saya sering telinga saya ditarik sama guru. Pulang sekolah, saya ndak terima akhirnya mengajak guru itu berkelahi."

Sebagai pemuda yang menjunjung tinggi moral dan agama, Kang Jamin merasa gerah mendengar cerita Pakde Mardi.

Dalam hati, ia berpikir, "Kalau orang tuanya saja dulu berkelakuan seperti preman waktu sekolah, wajar saja kalau anaknya sekarang jadi kurang ajar saat di luar rumah." Akhirnya, ia pun angkat bicara, "Karena dulu pakde berperilaku seperti preman saat sekolah, tidak heran kalau anaknya sekarang juga kurang sopan."

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Akhlak Anak

Ketika Pakde Mardi dan Pakde Giyono menyalahkan guru tanpa melihat lebih dalam akhlak mereka sendiri, muncul pertanyaan penting: sejauh mana kita, sebagai orang tua, sudah menjadi contoh yang baik?

Di desa, ada banyak yang berkata, "Wong tua iku cagak anak." Artinya, orang tua itu tiang kehidupan anak-anak. Kalau tiangnya saja miring, apalagi bangunannya?

Kata-kata seperti “Anak sekolah mbayar kok dihukum” sering diucapkan oleh orang tua yang merasa anaknya harus diperlakukan bak raja, hanya karena mereka membayar sekolah. Padahal, pendidikan bukan sekadar jasa.

Guru bukan tukang servis yang hanya memperbaiki keterampilan anak-anak, tapi guru itu, menuntun hati dan pikiran mereka. Maka dari itu, orang tua perlu memahami bahwa adab dan akhlak yang baik adalah fondasi pertama bagi anak sebelum mereka mencari ilmu yang lebih tinggi. Jika anak anak mu sulit dididik di sekolahnya oleh guru , sesungguhnya mereka adalah potret dirimu. Mengapa kau menyalahkan guru?

Mendidik Anak Tidak Hanya Mengikuti Minat

parapuan
Dalam pembicaraan di warung tadi, Pakde Giyono menyebut bahwa seharusnya anak-anak dididik sesuai dengan karakter dan minat mereka, mengacu pada prinsip "Kurikulum Merdeka." Namun, sering kali konsep ini diartikan secara sempit. 

Banyak yang hanya berfokus pada minat anak, tetapi lupa bahwa akhlak dan moral adalah pondasi utama sebelum minat dan bakat. Anak yang belum memiliki akhlak kuat akan mudah goyah oleh pengaruh negatif.

Kita boleh memberikan kebebasan, tetapi ingat, kebebasan tanpa bimbingan adalah bencana. Tanpa bimbingan akhlak, anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang hanya menuntut hak tanpa paham kewajiban. Mereka bisa menjadi generasi yang hanya tahu memprotes guru dan orang tua tanpa menyadari tanggung jawab mereka.

Mencermati Dampak Perlakuan Orang Tua di Masa Lalu

kompasiana.com
Ketika Pakde Mardi menceritakan pengalaman "bangganya" dulu berani melawan guru, mungkin ia tak menyadari bahwa pengaruh tersebut terbawa ke generasi selanjutnya. Tindakan merendahkan guru dulu bisa jadi tertanam di benak anak-anaknya. Bagaimana seorang anak bisa menghormati gurunya jika orang tuanya justru menganggap berani melawan guru sebagai tindakan biasa?

Sebagai orang tua, ada baiknya kita introspeksi. Jangan-jangan, anak-anak yang sering memprotes, kurang ajar, atau bahkan melaporkan guru ke polisi, tanpa sadar meniru kita. Mereka melihat dan mendengar bagaimana kita memperlakukan guru atau tokoh pendidik. Apa yang terjadi pada anak-anak hari ini mungkin mencerminkan siapa kita sebagai orang tua.

Orang Tua dan Guru Adalah Tim, Bukan Lawan

Kadang kita lupa, guru itu tidak hanya bertugas mendidik anak-anak di sekolah. Mereka adalah perpanjangan tangan orang tua, yang bertugas mendidik akhlak dan karakter anak-anak. Orang tua dan guru seharusnya berjalan beriringan, bukan saling menyalahkan. Apalagi, guru-guru ini bukanlah sekadar pegawai yang bekerja karena upah, mereka adalah pejuang pendidikan yang ingin anak-anak kita tumbuh menjadi manusia yang baik dan berilmu.

Jika terjadi sesuatu yang dianggap kurang sesuai di sekolah, orang tua perlu bijak menyelesaikannya. Daripada melaporkan guru atau menyalahkan mereka di depan anak, lebih baik berdiskusi baik-baik dengan guru. Kita, orang tua, harus menjadi contoh bahwa semua masalah bisa diselesaikan dengan musyawarah dan akhlak yang baik.

Saatnya Kita Menjadi Teladan Bagi Anak-Anak

Kang Jamin benar, jika orang tua saja dahulu berani melawan guru dan tidak punya adab yang baik, pantas saja kalau anak-anak sekarang makin kurang ajar akhlaknya. Bukankah foto copy itu, hasilnya tidak berbeda?. 

Pendidikan akhlaq dan aqidah itu bukan  tanggung jawab guru, tetapi mutlak tanggung jawab kita sebagai orang tua dan masyarakat. guru hanya bersifat membantu, mendampingi, mengarahkan dan menambah jika ada yang kurang.
hentikan paradigma orangtua, bahwa guru adalah pembantu  umum yang menangani kegiatan mulai dari A-Z. sementara orang tua hanya memberi makan dan kebutuhan fisik lain nya.

Mengapa Kau Alihkan Tanggung Jawab Itu

Anakmu adalah amanah dari Tuhan, yang membawa beban tanggung jawabmu, bukan hanya untuk kehidupan dunia, tetapi hingga akhirat. Namun, mengapa kau bungkus amanah itu, lalu kau letakkan di pundak guru di sekolah?

Sebagai orang tua, engkau membayar untuk masa depan anak-anakmu. Lantas, mengapa kau menggugat dan memperkarakan para guru yang justru membantu mewujudkan harapanmu, yang menjadi pengganti dirimu di ruang-ruang kelas mereka? Guru bukan sekadar pengajar; mereka mengisi peranmu, membimbing, dan menyemai akhlak di setiap sudut pendidikan yang dilalui anak-anakmu.

Jika seorang guru harus menegur atau memberi sanksi, itu bukan karena benci, melainkan karena mereka peduli, sama seperti dirimu. Mereka hanya berusaha menanamkan nilai-nilai yang kelak akan menjadi bekal bagi anakmu. Tidakkah seharusnya kau berdiri bersama mereka, mendukung ikhtiar mereka dalam mendidik generasi yang lebih baik?

Mari kita didik anak-anak dengan adab dan akhlak terlebih dahulu. Minat dan karakter penting, tetapi semuanya harus dimulai dari dasar akhlak yang baik. Jangan sampai anak-anak kita mengira bahwa hanya dengan membayar sekolah, mereka bebas berbuat semaunya tanpa menghormati guru dan teman-temannya.

Pak J aktifis Pendidikan dan Sosial

2 komentar:

  1. Sangat menginspirasi, semoga semakin banyak yg membaca dan menyadari pentingnya peran orang tua dan guru serta masyarakat, tidak perlu menyalahkan satu dua pihak, perlunya skrg mari koreksi diri dan memperbaiki diri

    BalasHapus