Guru menegur, mengingatkan, bahkan mungkin memberikan disiplin yang terasa tegas bagi sebagian kita. Namun, sikap ini bukanlah tindakan kejam. Ini adalah wujud kepedulian mereka. Mereka telah melihat berbagai lika-liku hidup, menyaksikan banyak contoh buruk dan baik dari generasi ke generasi, hingga akhirnya, mereka tahu mana yang baik untuk masa,depan anak didiknya.
Ketika seorang guru memberi perhatian lebih kepada kita, sebenarnya, mereka tak punya tambahan keuntungan materiil apa pun.
Kita mendapat ranking pertama atau tidak, sebetulnya tak akan mengubah jumlah gaji mereka. Namun, mereka tetap mau peduli, tetap memberi teguran, dan tetap menyisihkan energi untuk membuat kita menjadi manusia yang lebih baik walaupun terkadang di dalam nya mengandung resiko besar buat yang bersangkutan dan keluarganya.
Bayangka jika banyak orang tua mungkin berpikir, “Aku sudah membayar, jadi aku punya hak.” Bayangkan, apa yang terjadi ketika kita mulai meremehkan guru? Saat kita berpikir bahwa sekadar uang sudah cukup untuk menghormati mereka? Itu orang tua sombong, itu orang tua egois, yang dahulu mungkin ia tak pernah mendapat bimbingan guru.
yang kedua pendidikan bukan sekadar hak, melainkan keberkahan yang perlu diperjuangkan. Guru yang menegur bukan berarti membenci, tapi justru memberi kesempatan. Mereka berharap kita menjadi orang yang tak hanya pintar, tapi juga bijak dan beradab.
Sayang nya di era ini, kita begitu mudah melibatkan hukum ketika merasa dirugikan, begitu ringan nya pemikiran mereka menyeret para guru ke meja hijau hanya karena satu teguran? tanpa melihat konteks atau niat baik di balik tindakan guru kita.
Orang tua jarang sekali yang berpikir dan menyadari bahwa ada kalanya, teguran mereka yang mungkin dirasa keras atau peringatan yang tegas itu sebenarnya adalah “ilmu kehidupan" yang tidak tertulis di buku pelajaran mana pun. bahkan Mungkin juga di kurikulum yang membuat para guru kelabakan, karena tuntutan ini dan itu
Memang, sebagian diantara kita cenderung merasa cerdas dengan gelar atau prestasi akademik, tetapi, tanpa rasa hormat kepada guru, hanya sedikit berkah yang tersisa dalam ilmu kita. Itupun kalau disisakan Alloh.
Yang ironis lagi adalah : Seringkali jika guru terkena masalah yang melilit diri dan keluarga,dari akibat pendisiplinan siswa ini, pihak yayasan/ lembaga banyak yang bersikap, seakan cuci tangan, tutup mata. maka yang sering terjadi adalah tak sedikitpun muncul pembelaan dari pihak mereka. padahal di awal tahun ajaran baru, melalui berbagai pidato, sering kali lembaga atau yayasan menegaskan bagaimana lulusan kita bisa disiplin.
padahal kalau apa yang di lakukan guru ini menuai hasil yang baik bagi siswa, maka no 1 yang akan mengklaim keberhasilan itu adalah lembaga atau yayasan.
Mari renungkan, ketika kita menghargai guru, keberkahan dari ilmu mereka akan terus melekat dalam kehidupan kita, seolah menjadi pelita di tengah perjalanan yang kadang tidak menentu. Bukankah ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang mendatangkan ketenangan, kedamaian, dan manfaat dalam hidup?
Pendidikan bertujuan bukan hanya cerdas di kepala, tapi juga bertujuan mencerdaskan hati. Hormati guru, dan insya Allah, ilmu kita akan membawa keberkahan bagi hidup dan masa depan.
Jika kita tak mampu menjunjung nama baik guru, setidaknya janganlah kita menjatuhkan mereka. Sebab, seperti pepatah lama, hormat pada guru adalah hormat pada ilmu, dan hormat pada ilmu adalah hormat pada hidup itu sendiri. Keberkahan hidup yang tak ternilai harganya akan terwujud ketika kita menghormati, menghargai, dan menyadari makna dari setiap ajaran yang telah mereka berikan.
Pak J aktifis pendidikan dan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar