Kamis, 31 Oktober 2024

WALI MURID PENYEBAB HILANGNYA BERKAH ILMU ?





Guru adalah fondasi awal dari setiap pengetahuan yang kita miliki, setiap keterampilan yang kita kuasai, dan setiap langkah yang kita ambil menuju masa depan kita

Sering kali, kita lupa betapa besar peran guru dalam perjalanan hidup kita. Mereka bukan hanya pengajar di ruang kelas, tetapi juga sosok yang membentuk akhlak, membangun karakter, dan menanamkan nilai-nilai hidup dalam diri kita. Kita berdiri hari ini karena telapak kaki para guru yang sabar menuntun kita melangkah. Kita berbicara tentang mimpi dan cita-cita besar karena guru yang menyalakan cahaya ilmu . 

Namun, di zaman ini, ada sebuah tren yang menggelisahkan, (guru tak lagi dihormati, bahkan seringkali direndahkan). Orang tua merasa "membeli" jasa mereka, seperti pelanggan yang menuntut kualitas. Seolah-olah pendidikan adalah transaksi perdagangan, bukan pengabdian. Dan ketika nilai guru dinilai dari harga, kita sebenarnya telah kehilangan satu hal paling penting dalam pendidikan: yaitu keberkahan. dalam hal ini orang tualah penyebab hilangnya berkah Ilmu itu ?

Guru menegur, mengingatkan, bahkan mungkin memberikan disiplin yang terasa tegas bagi sebagian kita. Namun, sikap ini bukanlah tindakan kejam. Ini adalah wujud kepedulian mereka. Mereka telah melihat berbagai lika-liku hidup, menyaksikan banyak contoh buruk dan baik dari generasi ke generasi, hingga akhirnya, mereka tahu mana yang baik untuk masa,depan anak didiknya. 

Kita mungkin merasa tidak nyaman ketika ditegur atau bahkan dihukum. Tapi, coba lihatlah lebih dalam: seorang guru, yang bahkan tidak memiliki ikatan keluarga dengan kita, masih tetap mau peduli, tetap rela mengingatkan dan memperbaiki, demi kebaikan kita. karena bapak ibu guru kita, melihat ada hal-hal yang, jika dibiarkan, bisa menjadi masalah besar di masa depan kita.


Fakta yang sering kali tidak kita sadari adalah bahwa seorang guru, jika memang mau, bisa saja hanya sekadar menghabiskan waktu di kelas tanpa melakukan apa pun. bisa saja guru hanya duduk diam tanpa menghiraukan kita,  Mereka bisa saja hanya “menjaga” kita selama jam pelajaran, tanpa perlu bersusah payah menegur atau mendidik. Toh, gaji mereka akan tetap berjalan tak ada pengaruhnya terhadap karir mereka.

Namun kenapa bapak ibu guru pendidik masih tetap peduli,? rasa tanggung jawab dan ikrar mereka untuk “Tut Wuri Handayani” membuat mereka hadir bukan sekadar untuk menerima gaji, tetapi untuk memastikan bahwa anak didiknya menjadi pribadi yang utuh dan bermanfaat.

Ketika seorang guru memberi perhatian lebih kepada kita, sebenarnya, mereka tak punya tambahan  keuntungan materiil apa pun. 

Kita mendapat ranking pertama atau tidak, sebetulnya tak akan mengubah jumlah gaji mereka. Namun, mereka tetap mau peduli, tetap memberi teguran, dan tetap menyisihkan energi untuk membuat kita menjadi manusia yang lebih baik walaupun terkadang di dalam nya mengandung resiko besar buat yang bersangkutan dan keluarganya. 

Kita lupa, guru bukan saudara, bukan orang tua biologis kita. Mereka tak punya hubungan darah dengan kita. Namun, mereka adalah sosok yang dengan penuh kesadaran memilih untuk mengurus kita, peduli kepada kita,memberi lebih dari sekadar pelajaran, tapi juga memberi arahan hidup. 

Mereka tak perlu tahu, apalagi peduli, apakah nilai ujian kita sempurna atau tidak. Tapi mereka mau terlibat karena mereka ingin melihat kita menjadi manusia utuh yang bisa berdiri dengan teguh, yang punya nilai untuk sesama, yang membawa manfaat bagi agama dan bangsa.

Bayangka jika banyak orang tua mungkin berpikir, “Aku sudah membayar, jadi aku punya hak.” Bayangkan, apa yang terjadi ketika kita mulai meremehkan guru? Saat kita berpikir bahwa sekadar uang sudah cukup untuk menghormati mereka? Itu orang tua sombong, itu orang tua egois, yang dahulu mungkin ia tak pernah mendapat bimbingan guru. 

yang kedua pendidikan bukan sekadar hak, melainkan keberkahan yang perlu diperjuangkan. Guru yang menegur bukan berarti membenci, tapi justru memberi kesempatan. Mereka berharap kita menjadi orang yang tak hanya pintar, tapi juga bijak dan beradab. 

Sayang nya di era ini, kita begitu mudah melibatkan hukum ketika merasa dirugikan, begitu ringan nya pemikiran mereka menyeret para guru ke meja hijau hanya karena satu teguran? tanpa melihat konteks atau niat baik di balik tindakan guru kita. 

Orang tua jarang sekali yang berpikir dan menyadari bahwa ada kalanya, teguran mereka yang mungkin dirasa keras atau peringatan yang tegas itu sebenarnya adalah “ilmu kehidupan" yang tidak tertulis di buku pelajaran mana pun. bahkan Mungkin juga di kurikulum yang membuat para guru kelabakan, karena tuntutan ini dan itu

Memang, sebagian diantara kita cenderung merasa cerdas dengan gelar atau prestasi akademik, tetapi, tanpa rasa hormat kepada guru, hanya sedikit berkah yang tersisa dalam ilmu kita. Itupun kalau disisakan Alloh. 


Yang ironis lagi adalah : Seringkali jika guru terkena masalah yang melilit diri dan keluarga,dari akibat pendisiplinan siswa ini, pihak yayasan/ lembaga banyak yang bersikap, seakan cuci tangan, tutup mata. maka yang sering terjadi adalah tak sedikitpun muncul pembelaan dari pihak mereka. padahal di awal tahun ajaran baru, melalui berbagai pidato, sering kali lembaga atau yayasan menegaskan bagaimana lulusan kita bisa disiplin.

padahal kalau apa yang di lakukan guru ini menuai hasil yang baik bagi siswa, maka no 1 yang akan mengklaim keberhasilan itu adalah lembaga atau yayasan.


Mari renungkan, ketika kita menghargai guru, keberkahan dari ilmu mereka akan terus melekat dalam kehidupan kita, seolah menjadi pelita di tengah perjalanan yang kadang tidak menentu. Bukankah ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang mendatangkan ketenangan, kedamaian, dan manfaat dalam hidup? 

Namun, ketika kita merendahkan atau bahkan menghina guru, kita pun membuka pintu bagi hilangnya keberkahan itu, membuat ilmu kita terasa kering dan hampa, walaupun mungkin gelar atau angka kecerdasan terlihat memukau. 

Tanpa berkah, ilmu hanya akan menjadi hiasan dinding kosong kehidupan tanpa jiwa. Maka, marilah kita hargai mereka. Jangan rusak kebahagiaan dan berkah yang bisa kita dapatkan di kemudian hari hanya karena sikap kita yang kurang menghormati mereka. 

Pendidikan bertujuan bukan hanya cerdas di kepala, tapi juga bertujuan mencerdaskan hati. Hormati guru, dan insya Allah, ilmu kita akan membawa keberkahan bagi hidup dan masa depan.

Jika kita tak mampu menjunjung nama baik guru, setidaknya janganlah kita menjatuhkan mereka. Sebab, seperti pepatah lama, hormat pada guru adalah hormat pada ilmu, dan hormat pada ilmu adalah hormat pada hidup itu sendiri. Keberkahan hidup yang tak ternilai harganya akan terwujud ketika kita menghormati, menghargai, dan menyadari makna dari setiap ajaran yang telah mereka berikan.

Pak J aktifis pendidikan dan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar