Kompasiana.com |
"Gaji Sekali, Kerja Sebulan"
"Guru Harus Ikhlas"
Perlindungan Sosial dan Hukum
gurusiana |
Guru tidak mendapatkan perlindungan atau dukungan dalam menghadapi tekanan ini. Mereka harus mempertaruhkan profesi dan reputasi mereka sendiri, berjuang sendiri, kalau perlu menangis mereka harus menangis sendiri. Sementara dukungan dari lembaga pemerintah atau instansi yang berwenang seringkali minim bahkan tidak ada. kalau tega begitu, seakan akan mereka akan berkata: salahnya ngajar ndak hati hati, tanggung tuh akibatnya.
Keinginan Dasar Seperti Profesi Lainnya
Guru adalah Profesi yang Layak Dihargai Secara Pantas
Mari kita hargai mereka sebagai manusia yang bekerja keras untuk masa depan bangsa. Perbaikan kesejahteraan bagi para guru bukanlah keinginan yang berlebihan; ini adalah kebutuhan yang sepatutnya kita penuhi. Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah berhenti melihat guru sebagai "makhluk ikhlas" semata, tetapi sebagai pribadi yang layak hidup dengan penghargaan penuh. Dalam kerangka "Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani," filosofi luhur ini seolah menjadi batu penjuru yang tak terbantahkan dalam profesi seorang guru. Namun, dalam bayang-bayang kebesaran falsafah ini, realitas pahit kesejahteraan guru justru sering diabaikan.
“Ing Ngarso Sung Tulodho” – Guru sebagai Teladan
Di depan, guru adalah figur panutan, yang menjadi teladan bagi anak didik dalam segala hal. Namun, bagaimana seorang guru dapat terus menjadi teladan jika ia hidup dengan keterbatasan ekonomi yang mengimpit? Bagaimana ia dapat menunjukkan kepada muridnya arti perjuangan hidup yang baik, sementara ia sendiri harus berjibaku mencari pekerjaan tambahan hanya untuk menutup kebutuhan sehari-hari? Tanpa kesejahteraan yang layak, guru-guru kita sulit menampilkan sosok "sung tulodho" dengan sepenuh hati.
“Ing Madyo Mbangun Karso” – Guru sebagai Inspirator di Tengah Anak Didik
Di tengah, guru berperan sebagai inspirator, membangun semangat, kreativitas, dan motivasi dalam diri siswa. Namun, inspirasi seharusnya tidak tumbuh dari hati yang gelisah.
Guru yang setiap hari harus mengkhawatirkan pemenuhan kebutuhan hidupnya akan kehilangan energi untuk menginspirasi. Penghasilan yang layak bukan hanya soal finansial, tetapi soal ketenangan batin. Kesejahteraan ekonomi adalah fondasi bagi guru untuk membangun karso (semangat) yang tulus dan murni bagi siswa-siswanya.
“Tut Wuri Handayani” – Guru sebagai Pendukung dan Pendorong dari Belakang
Di belakang, guru adalah sosok yang memberikan dorongan dan dukungan penuh kepada murid-muridnya. Namun, dalam mendukung mereka, seringkali guru yang mengalami tekanan, kesulitan, bahkan ancaman ketika muncul permasalahan antara siswa dan masyarakat.
Saat seorang guru menghadapi krisis dalam mengatur kelas, masalah disiplin, atau tindak bullying, mereka sering ditinggalkan tanpa perlindungan atau bantuan.
Guru yang seharusnya didukung di belakang justru ditinggalkan untuk menanggung semua konsekuensinya sendiri, tanpa jaminan perlindungan dari institusi yang semestinya melindungi mereka.
Mengembalikan Makna Filosofi Luhur dengan Mengangkat Kesejahteraan Guru
nuraga ebook sang guru.cdr |
Perjalanan yang dilalui dalam berkarya dan memenuhi kebutuhan.
BalasHapusTetap semangat adalah motivasi.
Guru jaman sekarang harus lebih diperhatikan terutama kesejahteraannya kenapa ... sekarang semua serba duit !!!
BalasHapusmantab
BalasHapus