Minggu, 24 November 2024

SEJARAH POHON LABAN , DAN ASAL USUL NAMA DESA NGLABAN ?

 

ruangide5.blogspot.co.id

Pohon laban (Vitex pinnata), terkenal karena ketahanannya terhadap air, serangan rayap, serta kekuatannya yang luar biasa. bahkan ketika pohon laban ini terbakar ia bisa bersemi kembali. Di beberapa wilayah di Asia Tenggara, pohon ini memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya, termasuk di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. 


Selain sebagai bahan baku yang berkualitas, pohon laban memiliki hubungan historis dengan Desa Nglaban, Kecamatan Loceret. Nama desa ini diyakini erat kaitannya dengan pohon laban, yang dulunya banyak tumbuh di daerah tersebut. Namun, yang lebih menarik adalah kisah tentang mbah Pengging, seorang tokoh yang menurut cerita masyarakat setempat berperan dalam pemberian nama desa ini. Tentu yang di sebut mbah pengging disini bukanlah tokoh dan santri dari syech Siti Jenar.

di tengarai akam mbah pengging/ruangide

Berdasarkan cerita turun-temurun, mbah Pengging yang kemudian bertempat tingal didesa ini,adalah seorang prajurit dari Kerajaan Pengging, yang pernah berdiri pada abad ke-15 hingga ke-16 di daerah hulu Sungai Bengawan Solo. Nama lama daerah Pengging adalah Bobodo, seperti yang disebutkan dalam kisah perjalanan Bujangga Manik.


Sosok Ki Ageng Pengging

peninggalan bata kuno didekat makam,/ruangide
N
ama Pengging
 sendiri adalah nama kuno dari suatu wilayah yang sekarang terletak di wilayah Boyolali. Pusatnya sekarang terletak di Banyudono jawa tengah.
Di sebut Ki Ageng Pengging penyebutan ini mengacu pada sosok manusia yang saat itu, dikenal sebagai seorang bangsawan yang memiliki keterkaitan erat dengan Kerajaan Pengging: Ki Ageng Pengging adalah putra kedua Sri Makurung Prabu Handayaningrat dan Retna Pembayun, yang masih memiliki hubungan darah dengan Brawijaya V. Beliau adalah murid Syekh Siti Jenar, seorang wali yang mengajarkan kesetaraan manusia tanpa melihat status sosial.


Ki Ageng Pengging adalah ayah dari Mas Karebet, ( joko Tingkir) yang kelak menjadi Sultan Hadiwijaya, raja Kerajaan Pajang.  Ia mendapatkan julukan "Pengging" karena jasanya dalam

membuka hutan di wilayah Pengging, Jawa Tengah. Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Kerajaan Demak karena dianggap memberontak, kerajaan demak bintoro dengan ulahnya yang tak mau sowan ke kota raja.

Meskipun dihormati sebagai bangsawan, Ki Ageng Pengging mengalami ketegangan dengan Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Raden Patah. Pengging menolak untuk rutin menghadap ke Demak dan memberikan penghormatan, karena ia merasa aturan tersebut tidak adil. Penolakannya ini memicu kemarahan pihak Demak yang kemudian menuduhnya sebagai pemberontak. 

Akibatnya, Ki Ageng Pengging dihukum mati. Peristiwa tragis ini meninggalkan bekas mendalam di hati pengikutnya, yang kemudian para pengikutnya mencari selamat sendiri sendiri, menyebar ke berbagai daerah untuk menghindari kejaran pasukan Demak. Salah seorang  pengikutnya atau bisa jadi salah satu prajuritnya dipercayai masyarakat, menetap di sebuah desa yang kemudian hari dikenal sebagai Desa Nglaban, di kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk saat ini. Dinamai "Nglaban" karena didasarkan pada pohon laban yang banyak tumbuh dan berkembang  di wilayah tersebut.


Kehidupan Pribadi Mbah Pengging Muda ( sang prajurit pengging)



Selain dikenal sebagai prajurit dan tokoh masyarakat, Mbah Pengging muda memiliki kisah pribadi yang menarik perhatian. Diceritakan, ia memiliki seorang istri yang sangat cantik, bahkan karena cantikya sang istri, kabar kecantikan nya menjadi buah bibir hingga ke ibu kota kabupaten. Suatu hari, para pejabat kabupaten berencana mengunjungi Desa Nglaban dengan tujuan disamping sidak desa juga ingin melihat langsung kecantikan istri Mbah Pengging. Namun, mbah Pengging yang menyadari niat terselubung mereka memutuskan untuk tidak memperlihatkan istrinya.

Sebagai gantinya, ia mengatur siasat dengan mendandani pembantu rumah tangganya untuk berpura-pura menjadi istrinya. Ketika para pejabat tiba, mereka terkelabui dan tidak menyadari bahwa wanita yang mereka lihat bukanlah istri asli mbah Pengging. kepiawaian dan kecerdikan ini menambah citra mbah Pengging sebagai sosok cerdas dan penuh taktik yang dihormati di mata masyarakat desa.

Situs-Situs Bersejarah Terkait Mbah Pengging

Hingga saat ini, jejak peninggalan yang di anggap terkait mbah Pengging masih dapat ditemukan di Desa Nglaban. Salah satu peninggalan yang diyakini berhubungan dengan mbah Pengging adalah rumah yang pernah ditempati oleh mbah Parto Parmidi almarhum, yang konon katanya beliau masih keturunan mbah Pengging. Rumah ini di tahun 1960 an bangunan yang paling depan pernah digunakan sebagai gedung sekolah dasar (SD) dan sekitar tahun 1980 an pernah disewa dalam waktu satu hingga dua bulan oleh grup ludruk serta ketoprak untuk pertunjukan. Walaupun saat ini bangunan yang di maksud telah mengalami banyak perubahan di sana sini, rumah ini saat masih berdiri tegak dan sebagai saksi bisu sejarah Desa Nglaban.

Di Dukuh Boto, yang merupakan bagian Desa Nglaban, juga ditemukan dua makam kuno yang menurut sebagian warga dianggap dan di claim sebagai makam mbah Pengging dan istrinya. Namun, kebenaran sejarah makam ini masih menjadi misteri. Mbah Jamin, seorang tetua desa yang pada 2024 ini berusia 85 tahun dan tinggal di dekat makam tersebut, mengaku bahwa tidak ada kepastian mengenai siapa yang dimakamkan di sana. Ketika masih muda, Mbah Jamin pernah bertanya kepada kakeknya tentang sejarah makam ini, tetapi kakeknya juga tidak mengetahui informasi yang jelas. pada hal di perkirakan kakek mbah Jamin hidup sekitar tahun 1.891.

hasil Wawancara dengan Mbah Jamin: "Kulo mboten ngertos, mas, kulo nggih nate takon nopo niki sak estu pesarean nipun mbah Pengging?  ning kulo mboten nemu jawabane. Kulo nate tangklet  mbah simbah kulo (kakek) naliko kulo tasih joko , tapi simbah nggih mboten wonten sing mangertos pastine." (Saya tidak tahu, mas. Saya pernah bertanya apakah ini benar-benar makam Mbah Pengging, tapi saya tidak menemukan jawabannya. Saya bertanya pada kakek , tapi tidak ada yang tahu dengan pasti).

Pohon laban (Vitex pinnata)

Menurut cerita lain nya, dari mbah Jamin, sekitar tahun 1980 an dulu itu ada mantan lurah sering mampir ke makam tersebut terkadang dalam keadaan mabuk setelah mengikuti pertunjukan tayyub (seni tradisional). Lurah tersebut diantar pulang oleh penjaga kampung atau orang yang sedang "gerdu" ke rumahnya di Desa Nglaban.

Sampai disini, Semua sejarah tentang mbah pengging masih belum terlacak dengan baik. Meskipun beberapa warga mengaitkan makam ini dengan mbah Pengging, namun tidak ada sumber sejarah valid yang bisa menguatkan klaim tersebut. atau belum ada bukti kuat bahwa makam itu adalah makam mbah pengging

Di dekat makam, terdapat sumur yang dulunya dianggap memiliki khasiat, terutama saat musim labuh (penghujan yang mendekati musim tanam). Anehnya, kepercayaan terhadap sumur ini lebih populer di kalangan orang-orang dari luar kabupaten nganjuk di banding dengan warga setempat. Warga luar sering datang untuk mengambil air dari sumur ini karena dianggap membawa berkah, namun warga  Dukuh Boto, desa Nglaban dan sekitarnya menganggapnya seperti sumur biasa tidak lebih seperti sumur sumur warga lain nya. Sayang nya  di musim kemarau seperti saat kini, sumur tersebut telah kering, seolah menyiratkan bahwa kekuatannya telah hilang seiring berjalannya waktu. 

Makam dan Mushola

Meskipun belum ada bukti kuat mengenai kaitannya dengan mbah Pengging, makam tersebut kini terlanjur dibangun layaknya makam ulama atau wali, lengkap dengan mushola di sampingnya. Mushola ini dibangun oleh salah satu warga Dukuh Boto yang sekarang tinggal di Kalimantan ( cerita mbah Jamin). Masih menurut mbah Jamin, pada malam-malam tertentu, tempat ini ramai dengan orang-orang yang datang untuk sholat maupun berdoa.

"Mboten ngertos nopo leres nek niki niku, makam mbah Pengging nopo sanes, tapi dinten dniten tertamtu sering  wonten tiyang sing mriki ngibadah, sholat, lan ndonga." (Saya tidak tahu apakah ini benar-benar makam mbah Pengging atau bukan, tapi hari-hari tertentu, ada orang yang datang untuk beribadah, sholat, dan berdoa).

Warisan Budaya

Meski beberapa aspek sejarah Desa Nglaban masih belum jelas, cerita-cerita tentang Mbah Pengging, pohon laban, makam kuno, serta rumah peninggalan yang ada di desa ini, tetapi cerita tutur yang berkembang selama ini, terus hidup dalam ingatan masyarakat. Warisan budaya ini tidak hanya memberikan identitas unik bagi Desa Nglaban, tetapi juga mengajarkan nilai kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan kepada generasi selanjutnya—sebagaimana kekuatan dan ketahanan pohon laban yang menjadi simbol desa ini.

Daftar Pustaka

  1. Sutrisno, S. (1986). Babad Tanah Jawi: Babad Pengging. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
  2. Kartodirdjo, Sartono. (1993). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Yogyakarta: Gramedia.
  3. Babad Demak. (2000). Babad Tanah Jawi: Sejarah Kerajaan Demak. Jakarta: Balai Pustaka.
  4. Tim Penyusun Kabupaten Nganjuk. (1996). Sejarah Kabupaten Nganjuk. Nganjuk: Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
  5. Geertz, Clifford. (1989). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
  6. Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2020). Sejarah Pengging dan Pengaruhnya Terhadap Desa Nglaban.
    Diakses dari: http://www.eastjava.com
  7. Kemdikbud RI. (2020). Babad Pengging dan Pengaruhnya di Jawa Tengah dan Timur.
    Diakses dari: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  8. Perpustakaan Nasional RI. (2021). Catatan Sejarah Desa Nglaban dan Pohon Laban.
    Diakses dari: http://opac.perpusnas.go.id

Nganjuk Okt  2024
Pak J (Sujarwa,S.Th.I ) 
Guru Sejarah di SMK..
085 607451 050

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar