Senin, 09 Desember 2024

MAKAN SIANG DKM : MASIH SAKRAL ATAU SUDAH BIASA

Sepiring Nasi, Segenggam Doa

ruangide5.


Dua puluh minggu sudah berlalu. DKM Surabaya bersama orang baik mengadakan"Makan Siang Berbayar Doa" tak hanya menjadi jembatan kebaikan, tapi juga cerita tentang hati manusia. 

Sepiring nasi dan segenggam doa, sederhana dalam wujud, namun kaya dalam makna. 

Tapi kini, di minggu ke-20, mari kita bertanya: apakah makna itu masih terasa, atau justru mulai pudar di balik kebiasaan yang berulang?



Bramgor istimewa , enak dan sehat tanpa MSG . 
SUSU TERAPI KESEHATAN


Baca juga : ketika syukur pergi di tengah limpahan rezeki

Memberi dengan Hati 

ruangide5/DKM
Di awal program, mungkin hati para donatur dipenuhi haru. Setiap rupiah yang diberikan seperti angin segar yang meniupkan harapan bagi yang membutuhkan. 

Tapi, setelah 20 minggu, apakah mereka masih merasakan hal yang sama? Apakah doa yang mereka bayarkan untuk sepiring makan siang itu masih tulus, atau kini sekadar angka yang rutin ditransfer setiap minggunya?


Masihkah ada haru di setiap Suapan?

Ruangide5/DKM
Bagi para penerima manfaat, sepiring nasi hangat bukan hanya makanan, tapi juga simbol bahwa mereka tak dilupakan. Namun, manusia adalah makhluk "kebiasaan". 

Ketika harapan terus terpenuhi, syukur bisa saja perlahan tergantikan oleh rasa "ini memang sudah seharusnya". Apakah mereka masih berdoa untuk para donatur, atau kini do'a itu hanya bisik yang makin lirih?


Pejuang Amanah atau Sekadar Pelaksana Program?

ruangide5 /dkm
Lalu ada para pengelola, mereka yang tak terlihat tapi bekerja tanpa henti. 

Apa yang kini mereka rasakan? Adakah rasa syukur tiap kali melihat nasi terhidang di depan para penerima manfaat, atau justru tugas ini terasa seperti roda rutinitas yang terus berputar tanpa jeda?


Pertanyaan yang Harus Kita Renungkan

Apa sebenarnya tujuan dari sepiring nasi dan doa? Program ini lahir dari semangat kemanusiaan, dari keyakinan bahwa tangan yang memberi dan tangan yang menerima harus bertemu dalam doa yang sama. 


Tapi, apa jadinya jika doa itu kehilangan makna? Jika nasi yang disajikan tak lagi membangkitkan syukur? Jika program yang dirancang dengan cinta ini berubah menjadi sekadar kebiasaan tanpa jiwa?

Baca juga tulisan menarik ini : Perbaiki mentalnya kucurkan bantuanya

Menghidupkan  Makna

ruangide5/dkm
Inilah saatnya kita berhenti sejenak, menyala-kan kembali rasa yang mungkin mulai memudar. 

Bagi para donatur, mari memberi dengan doa yang tak hanya dipanjatkan untuk mereka yang menerima, tapi juga untuk hati kita sendiri agar tetap tulus. 

Bagi penerima manfaat, mari renungkan: sepiring nasi ini adalah cinta yang dikirimkan melalui tangan-tangan yang mungkin tak pernah kita kenal. 

Dan bagi para pengelola, mari ingat kembali, ini bukan sekadar program. Ini adalah perjuangan untuk menyalakan harapan di tengah gelapnya hidup sebagian saudara kita.


"Makan Siang Berbayar Doa" bukan soal nasi, doa, atau minggu ke-20 atau minggu ke berapapun. Ini tentang menjaga hati tetap hidup. 


Sebab, di setiap suap yang terhidang, ada cerita cinta yang tak boleh berhenti kita tulis. Mari, kita lanjutkan dengan hati yang lebih besar, doa yang lebih tulus, dan rasa syukur yang tak pernah padam.

Pak J

SUSU TERAPI KESEHATAN mau jadi agen hub 089521328467



Tidak ada komentar:

Posting Komentar