Indonesia, negara yang kaya akan sumber daya alam, seharusnya dapat memanfaatkan kekayaan ini untuk kesejahteraan seluruh rakyatnya. Namun, sistem pendidikan, khususnya sekolah vokasi, justru membuat bangsa ini terjebak dalam ketertinggalan. Bukannya mengajarkan kemandirian dan kemampuan untuk mengelola sumber daya alam, sekolah-sekolah vokasi lebih fokus pada mencetak tenaga kerja yang siap dipekerjakan sebagai operator di industri.
Mindset pragmatis yang dibangun oleh pemangku kebijakan ini mengajarkan siswa untuk mencari jalan tercepat dan termudah, tanpa memikirkan bagaimana mereka bisa mengembangkan potensi besar yang dimiliki oleh negeri ini.tanpa berusaha bagaimana mereka mampu memikirkan, mengembangkan dan mengelola sumber daya alam yg ada. Mereka tidak dididik untuk menjadi pengusaha atau inovator yang bisa mengolah kekayaan alam, melainkan hanya menjadi pekerja yang melayani kebutuhan industri.
Akibatnya, sumber daya alam Indonesia tetap dikuasai oleh segelintir orang kaya, sementara mayoritas rakyat tetap tertinggal. Jika paradigma pendidikan ini tidak diubah, maka bangsa ini akan terus membiarkan kebodohannya. Indonesia akan terus bergantung pada orang lain untuk mengelola kekayaannya, sementara generasi mudanya hanya diajarkan untuk menjadi pekerja, bukan pemimpin atau pengusaha. Dengan begitu, sistem ini akan terus mempertahankan kebodohan yang merugikan masa depan bangsa.
Biarkan mereka tetap bodoh—itulah pesan tersirat dari kebijakan pendidikan yang ada. Dan jika tidak ada perubahan, kebodohan ini akan menjadi warisan yang tak terhindarkan.
Dan potensi sda Indonesia yg luar biasa ini, akan selalu di nikmati oleh segelintir / sekelompok manusia dan negara sebesar ini, akan di kendalikan oleh mereka, siapapun presiden nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar