Pemerintah memiliki program untuk lulusan SMK dengan fokus utama pada tiga pilihan: bekerja, berwirausaha, atau melanjutkan pendidikan. Namun, kenyataannya, sebagian besar kebijakan tampaknya lebih menekankan lulusan SMK untuk segera memperoleh pekerjaan dibandingkan dengan berwirausaha atau melanjutkan kuliah. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan serius tentang arah kebijakan pendidikan kejuruan kita.
Mengapa
porsi kebijakan yang lebih besar tidak diarahkan untuk menciptakan lulusan yang
mandiri dan inovatif? Pemerintah tentu menyadari bahwa jumlah lapangan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMK setiap tahunnya. Apakah ini berarti
mereka secara tidak langsung menciptakan “pengangguran terselubung” yang hanya
terfokus pada tenaga kerja operator? Apakah tujuan sebenarnya hanya untuk
memenuhi kebutuhan industri akan tenaga kerja murah dan terampil, namun
mengabaikan potensi besar para lulusan untuk menjadi wirausahawan atau pemikir
kreatif?
fortal indonesia |
Jika kita terus mendorong lulusan SMK untuk mengambil pilihan instan—lulus dan bekerja seadanya—siapa yang nantinya akan mengelola sumber daya alam Indonesia yang melimpah? Apakah kita akan membiarkan sumber daya alam kita dikelola oleh pihak asing karena lulusan kita tidak dipersiapkan untuk berpikir jauh ke depan, menguasai teknologi, dan menjadi pemimpin di sektor-sektor strategis?
Pendekatan
yang hanya berfokus pada menyediakan tenaga kerja siap pakai untuk perusahaan
besar, tanpa mendorong kemampuan inovasi dan berpikir kritis, hanya akan
membuat bangsa ini bergantung pada pihak luar. Lulusan SMK yang diarahkan untuk
mengambil jalan pintas menuju pekerjaan seadanya cenderung tidak berkembang,
tidak kreatif, dan tidak memiliki keinginan untuk menjadi penggerak perubahan.
Jika hal ini dibiarkan, kita hanya akan mencetak generasi yang menjadi pekerja,
bukan pemimpin.
Pemerintah
perlu memikirkan ulang kebijakan pendidikan SMK. Tidak hanya menyediakan tenaga
kerja bagi industri, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan untuk
berwirausaha, menciptakan inovasi, dan berpikir strategis dalam jangka panjang.
Jika tidak, kita akan tetap menjadi penonton di negeri sendiri, sementara
sumber daya alam kita dikuasai oleh orang asing.
Pendidikan
kejuruan harus menjadi wadah untuk mencetak generasi mandiri dan berdaya saing,
bukan sekadar pekerja pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar