Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 September 2025

GURU IMPRESIF INVESTASI NEGARA YANG AKAN MENDUNIA

 Nganjuk,7 September 2025.

Ingin sehat dengan cara murahSUSU Kambing  probiotik HED GOAT

A
da satu hal sederhana tapi "sering terlewat" dari Masyarakat: murid tidak hanya belajar dari apa yang diajarkan, tapi juga dari bagaimana seorang guru hadir. Kehadiran yang biasa-biasa saja mungkin cukup untuk mengisi waktu belajar, tapi tidak akan pernah cukup untuk menyalakan api di dada anak-anak. Di sinilah bedanya guru biasa dengan guru impresif.

Guru impresif tidak sekadar menyampaikan materi, melainkan meninggalkan kesan. Ia seperti jejak yang tak mudah hilang, bahkan ketika murid sudah melangkah jauh di masyarakat.

Dan menariknya, manfaat itu tidak berhenti pada murid semata. Lingkarannya lebih luas, menjangkau diri guru, lembaga, bahkan masyarakat.

Baca jua : mengajar hanya pekerjaan mendidik.html

Manfaat nya :
Bagi Diri Guru

Guru yang impresif merasakan sesuatu yang sering hilang dari rutinitas: makna. Mengajar bukan sekadar pekerjaan, melainkan perjalanan untuk tumbuh bersama murid. Dari sana lahir kepuasan batin, kepercayaan diri, dan keinginan untuk terus belajar. Guru menemukan bahwa profesinya bukan sekadar kewajiban, melainkan kesempatan untuk dikenang.

Bagi Murid

Murid yang bertemu guru impresif ibarat menemukan pintu ke dunia baru. Semangat belajar mereka tumbuh, rasa ingin tahu tak pernah padam, dan nilai bukan lagi sekadar angka, tapi perjalanan membentuk jati diri. Guru impresif menjadi kompas yang mengarahkan langkah tanpa harus memaksa.

Bagi Lembaga

Sebuah lembaga pendidikan yang memiliki guru impresif akan berbeda auranya. Nama baiknya terangkat, suasana belajarnya hidup, dan kepercayaan masyarakat semakin kuat. Lembaga itu bukan hanya tempat menimba ilmu, melainkan ruang yang melahirkan kebanggaan bersama. Guru impresif membuat sekolah tidak sekadar berdiri secara fisik, tapi berdiri secara martabat.


Baca Jua : Ketika ilmu menjadi jalan mengenal Dia.

Bagi Masyarakat

Ketika murid tumbuh dengan inspirasi, maka masyarakat pun merasakan hasilnya. Anak-anak kembali sebagai pribadi yang siap berkarya, membawa nilai-nilai yang telah mereka serap. Guru impresif pada akhirnya tidak hanya mendidik murid, tapi juga menyiapkan wajah baru masyarakat.

Guru impresif ibarat mata air. Dari dirinya, mengalir manfaat bagi banyak pihak: diri sendiri, murid, lembaga, dan masyarakat. Dan setiap tetes yang mengalir itu pada akhirnya bermuara pada satu hal: perubahan.

Dari Pintu Ruang Kelas Menuju Perubahan Sejati

Ruang kelas selalu sederhana. Sebuah pintu yang setiap pagi dibuka, deretan bangku, papan tulis, dan suara riuh yang khas. Dari luar mungkin terlihat biasa, tapi di balik pintu itu, sesuatu yang besar selalu terjadi.

Di sanalah sebuah perjalanan dimulai. Perjalanan yang tidak hanya melibatkan murid, tapi juga guru, lembaga, dan masyarakat. Ruang kelas hanyalah titik awal-sebuah pintu masuk menuju perubahan sejati.

Saat Guru Menyalakan Api

Guru impresif tahu, murid tidak cukup diberi buku dan soal. Mereka butuh percikan api yang menyalakan semangat. Setiap kata yang lahir, setiap tatapan yang meneguhkan, menjadi percikan yang mengubah suasana kelas. Dari suasana itulah lahir murid yang berani bertanya, berani mencoba, dan berani gagal.

Api kecil itu menyala, menular, lalu menjadi obor yang terus mereka bawa ke luar kelas.

Lembaga yang Berdenyut Hidup

Ketika kelas penuh cahaya, lembaga pun ikut berdenyut hidup. Suasananya berbeda. Dinding sekolah tidak lagi sekadar bangunan, melainkan saksi dari semangat yang tumbuh. Reputasi lembaga terangkat bukan karena brosur atau papan nama, tetapi karena cerita-cerita kecil yang dibawa pulang murid ke rumah mereka.

Lembaga pendidikan yang memiliki guru impresif tidak hanya menampung anak-anak, tetapi melahirkan kebanggaan dan kepercayaan.

Masyarakat yang Merasakan Buahnya

guru dan pemimpin impresif
Dari pintu ruang kelas, cahaya itu keluar. Murid yang tumbuh dengan inspirasi menjadi pribadi yang berbeda di tengah masyarakat. Mereka tidak hanya pandai, tetapi juga berkarakter. Masyarakat merasakannya: ada generasi baru yang siap bekerja, siap memimpin, dan siap menjaga nilai-nilai.

Guru impresif tidak pernah sendirian. Apa yang ia tanam di kelas menjadi pohon rindang yang buahnya dinikmati masyarakat luas.

Perubahan Sejati

Perubahan sejati tidak pernah datang tiba-tiba. Ia lahir dari hal-hal kecil di ruang kelas: sapaan pagi, dorongan untuk berani, teladan yang diam-diam dicontoh murid. Dari sana perjalanan panjang itu dimulai, berjalan melewati guru, lembaga, hingga masyarakat.

Dan semua itu bermula dari satu pintu kelas yang sederhana.

Benih yang Tumbuh

Setiap ruang kelas adalah ladang. Guru impresif menanam benihnya lewat kata-kata, sikap, dan keteladanan. Benih itu kecil, bahkan kadang tak terlihat. Tapi ia jatuh tepat di tanah hati murid yang siap menerima.

Awalnya, tidak ada yang berubah. Murid masih bermain, masih gaduh, masih penuh tanda tanya. Tapi perlahan, sesuatu bergerak di dalam diri mereka. Benih itu mulai tumbuh—kadang dalam bentuk keberanian untuk mengangkat tangan, kadang dalam tekad untuk menyelesaikan tugas, kadang dalam rasa malu jika lalai.

Guru impresif tahu, hasilnya tidak instan. Benih butuh waktu, butuh pupuk kesabaran, butuh siraman doa. Dan setiap hari di ruang kelas, benih itu dirawat dengan telaten.

Dari Kelas ke Lembaga

Ketika benih itu tumbuh di hati murid, lembaga pun ikut menuai hasilnya. Suasana belajar berubah: dari sekadar rutinitas menjadi pengalaman yang hidup. Dinding sekolah yang dulu sunyi kini dipenuhi gema tawa, semangat, dan keberanian murid untuk bermimpi.

Lembaga yang tadinya hanya tampak sebagai bangunan, kini hidup sebagai rumah kedua. Tempat di mana anak-anak merasa aman, diterima, dan dihargai. Semua itu terjadi karena ada guru impresif yang menanam dengan hati.

Dari Lembaga ke Masyarakat

Benih yang tumbuh di ruang kelas tidak berhenti di sana. Ia ikut dibawa pulang, menular pada keluarga, dan akhirnya terasa di masyarakat. Orang tua melihat perubahan sikap anak mereka, tetangga merasakan dampak dari generasi yang lebih peduli, dan perlahan, masyarakat menjadi ladang yang subur pula.

Masyarakat mulai menyadari: perubahan besar ternyata lahir dari benih kecil yang ditanam di ruang kelas sederhana.

Apa yang tumbuh dari benih itu tidak mudah hilang. Murid mungkin akan beranjak dewasa, melewati banyak jalan, bahkan melupakan sebagian pelajaran di buku. Tapi mereka jarang melupakan bagaimana mereka pernah disemangati, dimotivasi, dan diyakinkan oleh gurunya.

Jejak yang Menggema

Setiap kisah punya akhirnya, tapi jejak guru impresif tidak pernah benar-benar selesai. Apa yang mereka tanam di ruang kelas akan terus berjalan, melewati lembaga, merasuk ke masyarakat, dan akhirnya kembali lagi sebagai gema perubahan.

Ruang kelas mungkin sederhana. Hanya ada papan tulis, kursi kayu, dan pintu yang dibuka setiap pagi. Tapi di balik kesederhanaan itu, lahirlah benih-benih masa depan. Murid yang berani bermimpi, lembaga yang berwibawa, masyarakat yang berdaya-semuanya berawal dari sana.

Dan guru impresif? Ia bukan hanya bagian dari perjalanan, tapi fondasi yang membuat perjalanan itu ada.

Maka, ketika pintu kelas ditutup setiap sore, sejatinya perjalanan itu baru saja dimulai. Perjalanan menuju perubahan sejati, yang tidak pernah berakhir.

Pak J

Senin, 18 Agustus 2025

MAK SRI (SANG MENTERI KEUANGAN) KALAU UDAH CAPEK itu ISTIRAHAT MAAAK ?

Polemik ucapan maak sri soal “gaji guru dan dosen tak harus semuanya ditanggung negara” bikin nitizen mangap dan publik garuk-garuk kepala.

Ini komentar yang memicu riuh-bukan karena kita anti-gotong royong, tapi karena “kotak amal” kok didorong ke ruang kelas. (Ringkasan dari pemberitaan Tempo dan sejumlah tanggapan kampus.)

Maak Sri dan Kotak Amal Qris di Kelas

Ada hari-hari di mana rakyat cuma bisa ngelus dada. Bukan karena harga cabai naik, bukan pula karena bensin makin langka. Tapi karena ada kalimat ajaib dari maak sri sang menteri keuangan kita: “gaji guru dan dosen jangan semua ditanggung negara.”Lah, gaji guru ini urusannya APBN apa QRIS to mak Sri?

Lah terus, siapa yang harus nanggung, Mak? apa Emak kos yang nanggung ? atau tak"mir masjid? Atau murid disuruh bawa amplop tiap awal bulan kayak setor kas kelas?

ayo belanja


Mak Sri.......Padahal, kalau bicara prioritas, pendidikan selalu digembar-gemborkan jadi fondasi bangsa. Tapi kok begitu sampai urusan gaji guru, negara mendadak ngajak patungan rakyat. sampean jan lucu tenan. cak lontong aja kalah lucu.

Mak sri..... sesekali ayo kita bandingkan. Di Senayan sana, anggota DPR bisa bawa pulang lebih dari Rp 50 juta per bulan, belum tunjangan sana-sini. Di BUMN, komisaris bisa ngantongin ratusan juta, bahkan miliaran, hanya dengan rapat yang kadang durasinya lebih pendek daripada khutbah Jumat. 

Sementara di sekolah, guru masih ada yang gajinya kalah sama jaga parkir. itupun kerja hampir 24 jam. karena selesai di ruang kelas mereka harus ngoreksi, dan mempersiapkan bahan ajar untuk besuk. Ironi macam apa ini mak sri?

Lucunya lagi, kalau guru dapat bingkisan dari wali murid-entah minyak goreng atau sarung-bisa dianggap gratifikasi. Padahal yang komisaris BUMN dapat tantiem (bonus) miliaran perak tiap tahun, itu dianggap wajar, karena ada istilah keren: “kinerja korporasi.” Lah, guru yang kinerjanya tiap hari ngajar, mendidik anak bangsa, malah disuruh cari donatur. gimana to mak Sri pola pikir njenengan iki?

Kalau beneran ide maak sri ini diterapkan, jangan kaget kalau nanti setiap kelas punya kotak amal dengan tulisan: “Donasi untuk gaji guruku.” Wali murid bisa dapat stiker: “Bangga Bayarin Negara.” Barngkali Guru mungkin harus belajar cara fundraising: “Terima kasih ya, Bu, Pak, sudah transfer, tapi mohon jangan dilaporin ke KPK.”

Dan dosen? Wah, bisa jadi influencer dadakan. Bayar Rp 50 ribu dapat e-handout, Rp 500 ribu dapat bimbingan privat, Rp 5 juta bisa langsung dapat kursi depan plus nilai A. Pendidikan berubah jadi crowdfunding (urunan Online)  model startup.

Tapi kan kita tahu, masalahnya bukan rakyat ogah patungan atau urunan. Rakyat sudah tiap hari bayar pajak, beli BBM mahal, nahan napas tiap kali lihat struk belanja. Yang bikin sakit hati itu logika jungkir balik njenengan mak Sri : "gaji pejabat aman, bonus komisaris lancar, tapi gaji guru malah jadi bahan iuran."

Jadi, maak sri, coba kita balik logikanya. Guru itu bukan beban APBN, tapi investasi. Kalau bangsa ini pengen maju, ya negara harus hadir sepenuhnya. Jangan dibalik: guru disuruh jadi "pengemis QRIS" sementara komisaris bisa tebar senyum dari balik setir Mercy yang dimiliki nya.

Lucunya kita ketawa

Kalau kelas sampai benar-benar jadi kotak amal, jangan-jangan nanti nama kementerian berubah jadi:Kementerian DPP. RI ( Kementerian Dana Patungan Pendidikan Republik Indonesia.)

Maak Sri Sudah Capek yaa?

Orang kalau sudah terlalu lama kerja, biasanya mulai salah fokus. Tukang parkir bisa salah tiup peluit, satpam bisa salah buka portal. Nah, kalau maak sri yang sudah terlalu lama jadi menteri keuangan, salah fokusnya jadi sangat seru: gaji guru tiba-tiba dianggap: “jangan semua ditanggung negara.” hahahahaha

Mungkin memang maak sri sudah capek. Bayangin aja, dari zaman presiden masih suka naik motor trail sampai sekarang presiden sudah sibuk mikirin Makan gratis bergizi, beliau masih setia duduk di kursi yang sama. Kayak kasir minimarket yang nggak pernah ganti shift. jangan jangan kursi kantor yang mak Sri duduki selama ini, di ruang kerjanya  juga belum pernah di ganti

Saking capeknya, logika fiskal bisa kebalik. Yang harusnya prioritas (guru), malah ditodongkan kotak amal. Yang harusnya dipangkas (bonus jumbo komisaris, tunjangan DPR), malah aman sentosa. Lah, ini kayak orang lapar lihat warung pecel lele: bukan beli lauknya, malah bawa pulang piringnya.

Jangan-jangan, kalau dibiarkan lebih lama lagi, maak Sri nanti bisa bilang: “Anggaran jalan raya nasional jangan semua dari negara, biar rakyat sekalian urunan aspal.” Atau: “Dana abadi pendidikan jangan semua dari APBN, coba minta murid jualan cilok. atau carikan sumbangan ke yayasan sosial”

Capek boleh, Mak. Tapi jangan bikin rakyat ikut-ikutan capek mikirin logika jungkir balik mak Sri. Kalau memang sudah lelah, ya istirahat. Soalnya, ngatur duit negara itu bukan kayak ngatur arisan RT, yang kalau minus bisa minta iuran tambahan.

Kalau memang sudah capek, ya sudah, gantian aja. Kasih kesempatan orang baru. Biar fiskal segar, logika nggak belok-belok, dan rakyat nggak lagi bingung: lulusan SMK AKL banyak mak, kasihan kalau di paksakan“


Pak J

Rabu, 10 April 2019

KEDUANYA MASIH BERNAMA MANUSIA.





Hasil gambar untuk jokowi prabowoWarga negara yang baik adalah warga negara yang mampu mendukung. akan tetapi dukungan yang baik adalah dukungan yang menggunakan akal sehat. Bukan dukungan yang membabi buta.


Dukunglah calonmu dengan empati, simpati, dan dengan cara yang terpuji bukan yang menimbulkan antipati.

Minggu, 22 April 2018

GURU, GAJI SATU MINGGU, WAJIB DATANG SATU BULAN.

Bu guru Mariyatun lagi ngajar sebelum ngojek
Gaji Satu Minggu, Wajib datang satu bulan,
Menjadi buah simalakama itulah ungkapan yang cocok untuk profesi guru.

Guru bukanlah buruh tapi

Jumat, 13 April 2018

DEBAT CAGUB JATIM DAN WAKILNYA, YANG "EGOIS"?

Debat sesi 1
Pagi itu aku mendapatkan whatsaap dari sahabatku.
Aku diminta untuk melihat acara debat calon Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Timur sesi satu malam nanti.

Jumat, 16 Maret 2018

MURID" JURAGAN" GURU "UPAHAN"



Kisah ini adalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tempat dan peran maka Anggaplah itu sesuatu yang tidak pernah ada.

Adalah di suatu tempat

Sabtu, 03 Maret 2018

MONDOK KAN ANAK ITU NDAK ENAK ?

Hasil gambar untuk gambar anak mondok
Kisah ini ditulis berdasar pengalaman penulis dalam menitipkan putra-putrinya di pesantren. selama
9 tahun.


Siapa bilang mondok dan memondokkan anak itu enak ?