Maak Sri dan Kotak Amal Qris di Kelas
Ada hari-hari di mana rakyat cuma bisa ngelus dada. Bukan karena harga cabai naik, bukan pula karena bensin makin langka. Tapi karena ada kalimat ajaib dari maak sri sang menteri keuangan kita: “gaji guru dan dosen jangan semua ditanggung negara.”Lah, gaji guru ini urusannya APBN apa QRIS to mak Sri?
Lah terus, siapa yang harus nanggung, Mak? apa Emak kos yang nanggung ? atau tak"mir masjid? Atau murid disuruh bawa amplop tiap awal bulan kayak setor kas kelas?
Mak Sri.......Padahal, kalau bicara prioritas, pendidikan selalu digembar-gemborkan jadi fondasi bangsa. Tapi kok begitu sampai urusan gaji guru, negara mendadak ngajak patungan rakyat. sampean jan lucu tenan. cak lontong aja kalah lucu.
Mak sri..... sesekali ayo kita bandingkan. Di Senayan sana, anggota DPR bisa bawa pulang lebih dari Rp 50 juta per bulan, belum tunjangan sana-sini. Di BUMN, komisaris bisa ngantongin ratusan juta, bahkan miliaran, hanya dengan rapat yang kadang durasinya lebih pendek daripada khutbah Jumat.
Sementara di sekolah, guru masih ada yang gajinya kalah sama jaga parkir. itupun kerja hampir 24 jam. karena selesai di ruang kelas mereka harus ngoreksi, dan mempersiapkan bahan ajar untuk besuk. Ironi macam apa ini mak sri?
Lucunya lagi, kalau guru dapat bingkisan dari wali murid-entah minyak goreng atau sarung-bisa dianggap gratifikasi. Padahal yang komisaris BUMN dapat tantiem (bonus) miliaran perak tiap tahun, itu dianggap wajar, karena ada istilah keren: “kinerja korporasi.” Lah, guru yang kinerjanya tiap hari ngajar, mendidik anak bangsa, malah disuruh cari donatur. gimana to mak Sri pola pikir njenengan iki?
Kalau beneran ide maak sri ini diterapkan, jangan kaget kalau nanti setiap kelas punya kotak amal dengan tulisan: “Donasi untuk gaji guruku.” Wali murid bisa dapat stiker: “Bangga Bayarin Negara.” Barngkali Guru mungkin harus belajar cara fundraising: “Terima kasih ya, Bu, Pak, sudah transfer, tapi mohon jangan dilaporin ke KPK.”
Dan dosen? Wah, bisa jadi influencer dadakan. Bayar Rp 50 ribu dapat e-handout, Rp 500 ribu dapat bimbingan privat, Rp 5 juta bisa langsung dapat kursi depan plus nilai A. Pendidikan berubah jadi crowdfunding (urunan Online) model startup.
Tapi kan kita tahu, masalahnya bukan rakyat ogah patungan atau urunan. Rakyat sudah tiap hari bayar pajak, beli BBM mahal, nahan napas tiap kali lihat struk belanja. Yang bikin sakit hati itu logika jungkir balik njenengan mak Sri : "gaji pejabat aman, bonus komisaris lancar, tapi gaji guru malah jadi bahan iuran."
Jadi, maak sri, coba kita balik logikanya. Guru itu bukan beban APBN, tapi investasi. Kalau bangsa ini pengen maju, ya negara harus hadir sepenuhnya. Jangan dibalik: guru disuruh jadi "pengemis QRIS" sementara komisaris bisa tebar senyum dari balik setir Mercy yang dimiliki nya.
Lucunya kita ketawa
Maak Sri Sudah Capek yaa?
Orang kalau sudah terlalu lama kerja, biasanya mulai salah fokus. Tukang parkir bisa salah tiup peluit, satpam bisa salah buka portal. Nah, kalau maak sri yang sudah terlalu lama jadi menteri keuangan, salah fokusnya jadi sangat seru: gaji guru tiba-tiba dianggap: “jangan semua ditanggung negara.” hahahahahaMungkin memang maak sri sudah capek. Bayangin aja, dari zaman presiden masih suka naik motor trail sampai sekarang presiden sudah sibuk mikirin Makan gratis bergizi, beliau masih setia duduk di kursi yang sama. Kayak kasir minimarket yang nggak pernah ganti shift. jangan jangan kursi kantor yang mak Sri duduki selama ini, di ruang kerjanya juga belum pernah di ganti
Saking capeknya, logika fiskal bisa kebalik. Yang harusnya prioritas (guru), malah ditodongkan kotak amal. Yang harusnya dipangkas (bonus jumbo komisaris, tunjangan DPR), malah aman sentosa. Lah, ini kayak orang lapar lihat warung pecel lele: bukan beli lauknya, malah bawa pulang piringnya.
Jangan-jangan, kalau dibiarkan lebih lama lagi, maak Sri nanti bisa bilang: “Anggaran jalan raya nasional jangan semua dari negara, biar rakyat sekalian urunan aspal.” Atau: “Dana abadi pendidikan jangan semua dari APBN, coba minta murid jualan cilok. atau carikan sumbangan ke yayasan sosial”
Capek boleh, Mak. Tapi jangan bikin rakyat ikut-ikutan capek mikirin logika jungkir balik mak Sri. Kalau memang sudah lelah, ya istirahat. Soalnya, ngatur duit negara itu bukan kayak ngatur arisan RT, yang kalau minus bisa minta iuran tambahan.
Kalau memang sudah capek, ya sudah, gantian aja. Kasih kesempatan orang baru. Biar fiskal segar, logika nggak belok-belok, dan rakyat nggak lagi bingung: lulusan SMK AKL banyak mak, kasihan kalau di paksakan“