MUHAMMAD SAW DALAM PERJANJIAN LAMA
Oleh PROFESOR DAVID BENJAMIN KELDANI B.D.
(Wafat 1940) Dahulu Uskup Uramiah,
Kaldea.
Alih
Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH
Seperti ditunjukkan judul artikel ini saya akan mencoba untuk
memberikan
peragaan tentang budaya batu dari orang Ibrani Kuno yang mereka
warisi dari Ibrahim, nenek moyang mereka, dan untuk menunjukkan bahwa budaya
batu ini telah dilembagakan di Mekkah oleh Patriarch Ibrahim dan anak
laki-lakinya Ismail; di tanah Kanaan oleh Ishaq dan Yakub; di Moab dan tempat
lainnya oleh keturunan Ibrahim yang lain.
Istilah "Budaya Batu"bukan dimaksudkan sebagai pemujaan
terhadap batu yang adalah penyembahan berhala; budaya batu ini saya fahami
sebagai pemujaan kepada Tuhan pada suatu batu khusus yang telah diberkati untuk
maksud tersebut. Pada masa itu ketika bangsa terpilih (Isarel)ini menjalani
kehidupan sebagai nomad dan penggembala, mereka tidak memiliki habitat yang
tetap untuk mendirikan rumah yang khusus ditujukan untuk pemujaan Tuhan;
biasanya mereka mendirikan sebuah batu di sekitar mana mereka biasa melakukan
ritual haji, yaitu mengelilingi batu itu tujuh kali dalam bentuk lingkaran
tarian (semacam tawaf- pent.).
Kata haji mungkin menakutkan pembaca yang
beragama Kristen dan mungkin mereka berkerut melihatnya karena bentuk Arabnya
dan karena upacara ini telah menjadi ritual ummat Islam saat ini. Kata haji
adalah persis sama dalam arti dan etimologi dengan kata yang sama dalam bahasa
Ibrani dan Semit lainnya. Kata Ibrani "hagag" adalah sama dengan hajaj dalam
bahasa Arab, perbedaannya hanya terletak pada pengucapan huruf ketiga dari
alfabet bahasa Semit "gamal" yang orang Arab mengucapkannya sebagai "j". Kitab
Hukum Moses (Torah) mempergunakan kata hagag atau haghagh ini 1) jika memerintahkan untuk
melaksanakan upacara festival ini.. Kata itu menandakan untuk mengitari sebuah
bangunan atau altar atau sebuah batu dengan cara berlari mengelilinginya dengan
langkah teratur dan terlatih dengan tujuan melaksanakan perayaan agama dengan
bergembira dan nyanyian (do'a).
Di Timur ummat Kristen masih mempraktekkan apa
yang mereka sebut "higga" baik di hari-hari pesta atau perkawinan mereka. Dengan
sendirinya kata ini tidak memiliki hubungan apapun dengan pilgrimage atau
upacara haji (ummat Islam), yang berasal dari kata bahasa Itali pellegrino, dan
ini juga dari bahasa Latin peregrinus yang berarti "orang asing"
(foreigner).
Selama dalam kunjungannya Ibrahim biasanya mendirikan sebuah
altar untuk pemujaan dan korban pada beberapa tempat yang berbeda dan pada
peristiwa-peristiwa tertentu. Ketika Yakub dalam perjalanan menuju Padan Aram
dan melihat visi tangga yang indah itu beliau mendirikan sebuah batu di situ, ke
atas mana beliau menuangkan minyak dan menyebutnya Bethel, yaitu Rumah Tuhan.,
dan dua puluh tahun kemudian beliau mengunjungi batu itu kembali, ke atas mana
beliau menuangkan minyak dan "anggur asli", seperti tertulis dalam Genesis
xxviii. 10 - 22; xxxv.
Sebuah batu istimewa didirikan sebagai monumen oleh Yakub
dan ayah mertuanya di atas setumpuk batu dan menyebutnya Gal'ead dalam bahasa
Ibrani, dan Yaghar sahdutha by Laban dalam bahasa Aramia, yang berarti
"sejumlah kesaksian". Namun nama yang pantas yang mereka berikan pada batu yang
didirikan itu ialah "Mispa" (Genesis xxxi. 45 - 55), yang saya lebih
senang untuk menuliskannya dalam bentuk tepat bahasa Arabnya, Mispha, dan ini
saya lakukan begitu untuk kepentingan pembaca yang beragama
Islam.
Mispha ini kemudian menjadi tempat pemujaan yang sangat
penting, dan pusat dari pertemuan nasional dalam sejarah bangsa Israel. Di
sinilah Naphthah, seorang pahlawan Yahudi, bersumpah "di hadapah Tuhan" dan
setelah mengalahkan bangsa Ammonit, dia diceriterakan sebagai telah mengorbankan
anak perempuan satu-satunya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim xi). Di Mispha
itulah bahwa empat ratus ribu orang bersenjata dari sebelas suku bangsa Israel
berkumpul dan "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk memusnahkan suku bangsa
Benjamin untuk kejahatan yang dibenci yang telah dilakukan oleh seorang bangsa
Benjamin dari Geba' dan berhasil (Hakim-Hakim xx. xxi.).
Nabi Samuel mengundang
semua orang ke Mispha di mana mereka "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk
menghancurkan semua patung dan gambar mereka, dan kemudian diselamatkan dari
tangan orang Filistin (1 Samuel vii). Di sinilah orang berkumpul dan Saul
dinobatkan jadi Raja atas orang Israel (1 Samuel x). Dengan singkat, setiap
masalah nasional yang penting diputuskan di Mispha atau di Bethel. Tampaknya
kuil ini dibangun di atas tempat yang tinggi atau tempat yang ditinggikan,
sering disebut Ramoth, yang berarti "tempat yang tinggi". Bahkan setelah Kuil
Suleiman yang indah dibangun, Mispha tetap sangat dihormati. tetapi seperti
halnya Ka 'aba di Mekkah, Mispha ini sering diisi dengan patung dan
gambar-gambar. Sesudah penghancuran Jeruzalem dan Kuil oleh orang Kaldea, Mispha
itu masih tetap memiliki sifat sucinya hingga masa kaum Makabi selama pemerintah
Raja Antiochus.2
Sekarang apa arti kata Mispa itu? Biasanya kata itu diterjemahkan
sebagai "menara pengawas". Kata ini termasuk kata benda dalam bahasa Semit -
Asma Zarf - yang mengambil nama mereka dari benda yang dibungkus atau
dicakupnya. Mispa adalah tempat atau bangunan yang mengambil namanya dari
sapha, kata bahasa kuno untuk "batu". Kata biasa untuk batu dalam bahasa
Ibrani ialah "iben", dan dalam bahasa Arab "hajar". Dalam bahasa Syria batu
adalah "kipa".Tetapi safa atau sapha tampaknya menjadi bahasa yang umum bagi
mereka semua untuk suatu obyek atau pribadi tertentu bila itu dianggapnya
sebagai "batu". Dari hal ini maka Mispa berarti lokal atau tempat di mana sapha
atau batu itu terletak dan terpasang. Akan kita lihat kapan nama Mispa ini untuk
pertama kalinya diberikan kepada batu yang didirikan di atas tumpukan balok
batu, di situ tidak ada bangunan yang mengitarinya. Itu adalah spot atau tempat
di mana sapha itu terletak, dan itu disebut Mispa.
Sebelum menerangkan arti dari kata benda sapha saya ingin
meminta kesabaran para pembaca yang tidak mengenal bahasa Ibrani. Bahasa Arab
tidak mempunyai bunyi huruf " p " dalam alfabetnya sebagaimana juga dalam bahasa
Ibrani dan bahasa Semit lainnya, di mana huruf " p ", seperti halnya " g ",
kadang kala lunak dan diucapkan seperti " f " atau " ph ". Dalam bahasa Inggris
sebagai aturan, kata-kata dalam bahasa Semit atau Yunani yang berisi bunyi " f "
ditransliterasikan (dipindah hurufkan) dan ditulis dengan sisipan " ph " dan
bukan " f ", misalnya: Seraph, Mustapha, dan Philosophy. Sesuai dengan aturan
inilah saya lebih menyukai menulis kata sapha daripada safa.
Ketika Jesus Kristus memberikan nama panggilan kepada pengikut
pertamanya Shim'on (Simon) dengan gelar yang berarti "Petros" (Peter), pastilah
dalam benak beliau tersirat sapha yang kuno dan suci yang telah lama hilang!
Tetapi, sayang! kita tidak dapat dengan pasti menguraikan kata yang tepat yang
beliau nyatakan dalam bahasanya sendiri. Dalam bahasa Yunani kata Petros dalam
kasus maskulin - Petra dalam kasus feminin - adalah begitu tidak klasikal dan
tidak berbau Yunani, yang orang menjadi sangat heran bahwa gereja mengadopsi
kata itu. Pernahkah Jesus atau orang Yahudi lainnya bermimpi untuk memanggil
nelayan Bar Yona, Petros? Pastilah tidak. Versi bahasa Syria ialah Pshitta seringkali menjadikan bentuk
bahasa Yunani ini dengan Kipha (Kipa). Dan kenyataan baku bahwa bahkan teks
bahasa Yunani telah melestarikan nama asli "Kephas," yang versi bahasa Inggris
mereproduksinya dalam bentuk "Cephas", menunjukkan bahwa Kristus berbicara dalam
bahasa Aramia dan memberi nama panggilan "Kipha" kepada pengikut
utamanya.
Versi lama bahasa Arab untuk Perjanjian Lama seringkali
menulis nama St Peter dengan "Sham'un' as-Sapha"; yaitu "Simon the Stone".
Kata-kata Kristus: "Thou art Peter", dsb. padanan (ekivalen) dalam versi bahasa
Arab ialah "Antas-Sapha" (Matius xvi. 18; Yohanes i. 42, dsb.).
Karena itu bila Simon itu adalah Sapha, gereja yang akan
dibangun di atasnya tentulah menjadi Mispha. Bahwa Kristen harus membandingkan
Simon dengan Sapha dan Gereja dengan Mispha adalah sangat istimewa; namun bila
tiba saatnya saya membuka tabir misteri yang tersembunyi dalam kesamaan ini dan
kebijakan yang terkait dalam Sapha, maka haruslah diterima sebagai suatu
kebenaran yang ajaib dari kehebatan Nabi Muhammad atas gelarnya yang mulia:
MUSTAPHA !
Dari apa yang telah
diungkapkan di atas, keinginan untuk tahu kita dengan sendirinya akan
menyebabkan kita untuk bertanya tentang hal-hal berikut:
-
Mengapa ummat Islam dan Kristen Unitarian keturunan Nabi Ibrahim memilih batu untuk melaksanakan upacara keagamaan pada atau sekitar batu itu ?
-
Mengapa batu istimewa ini disebut Sapha?
-
Apa yang akan dituju oleh si penulis? Dan seterusnya - mungkin beberapa pertanyaan lainnya
Batu itu telah dipilih
sebagai sebuah benda yang paling sesuai ke atas mana seseorang yang patuh pada
agamanya meletakkan korbannya, menuangkan minyak murni dan anggurnya 3) dan
melaksanakan upacara keagamaannya di sekitar batu itu. Lebih daripada itu, batu
ini didirikan untuk memperingati ikrar dan janji-janji tertentu yang telah
dibuat oleh seorang Nabi atau orang yang lurus dalam agamanya kepada
Penciptanya, dan wahyu yang diterima dari Tuhan.
Dengan begitu, batu itu adalah
monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan karakter suci dari peristiwa
keagamaan yang besar. Untuk maksud tersebut, kiranya tidak ada benda lain yang
melebihi batu. Bukan saja batu itu kuat dan tahan lama yang membuat batu itu
lebih sesuai untuk maksud tersebut, tetapi juga kesahajaannya, kemurahannya,
tidak bernilainya pada suatu tempat sunyi akan menjamin terhindar dari perhatian
orang yang tamak atau yang membenci untuk mencuri atau membinasakannya.
Seperti
telah diketahui dengan baik, Hukum Musa (Taurat) melarang dengan keras untuk
memotong atau memahat batu-batu altar. Batu yang disebut Sapha mutlak dibiarkan
tetap dalam keadaan aslinya: tidak ada gambar-gambar, inskripsi, atau ukiran
yang dicetak di atasnya, agar salah satu daripadanya tidak akan dipuja di masa
mendatang oleh orang-orang yang bodoh. Emas, besi, perak atau metal lainnya
tidak dapat memenuhi semua mutu yang diperlukan oleh sebuah batu yang sederhana.
Karena itu akan dimengerti bahwa benda yang paling murni, paling tahan lama,
dapat diterima dan paling aman untuk sebuah monumen agama dan suci tidak bisa
lain kecuali batu.
Patung perunggu Jupiter
disembah oleh Pontifex Maximus Roma yang kafir, diambil dari Pantheon dan dicor
kembali menjadi gambar St Peter atas perintah Souvereign Pointiff Kristen;
sesungguhnyalah kebijakan yang terangkum dalam Sapha mengagumkan dan berharga
bagi semua mereka yang tidak menyembah obyek apapun di samping
Tuhan.
Juga harus diingat, bukan saja Sapha yang didirikan itu
sebagai monumen suci, tetapi demikian juga tempat yang khusus dan sirkuit di
mana Sapha itu terletak. Dan untuk alasan inilah bahwa upacara haji bagi Muslim,
seperti halnya higga bagi orang Yahudi, dilakukan di sekitar bangunan di mana
Batu Suci itu terletak. Adalah suatu kenyataan yang diketahui bahwa orang
Karamati yang mengambil Batu Hitam dari Ka'aba dan menyimpannya di negerinya
sendiri selama dua puluh tahun, diwajibkan untuk membawa dan meletakkannya
kembali pada tempatnya semula karena mereka tidak dapat menarik jamaah haji dari
Mekkah. Kalau saja batu itu emas atau obyek lain yang bernilai, pastilah sudah
tidak ada lagi paling kurang selama lima ribu tahun; atau kalau seandainya batu
itu memiliki pahatan atau ukiran atau gambar, pastilah Nabi Muhammad saw sendiri
sudah membinasakannya.
Mengenai arti atau lebih baik banyak arti dari Sapha, sudah saya
tunjukkan bahwa itu menunjuk pada berbagai mutu yang dimiliki batu
itu.
Kata itu terdiri atas huruf hidup "sadi" (shad) dan "pi"
berakhir dengan bunyi "hi" keduanya sebagai kata kerja dan kata benda. Dalam
bentuk "qal" itu berarti "mensucikan" "memperhatikan, menatap dari kejauhan, dan
memilih". Kata itu juga mempunyai arti "bersikap tegas dan mantap"; dalam
paradigma pi'el (?) yang adalah kausatif, itu berarti "membuat pilihan,
menyebabkan untuk memilih," dan sebagainya.
Seseorang yang memandang dari sebuah menara disebut Sophi (2
Raja-Raja ix. 17, dst). Di zaman dulu sebelum kuil Suleiman dibangun, Nabi atau
"Orang (nya) Tuhan" disebut Roi atau Hozi yang berarti "penglihat" (1 Samuel ix.
9). Tentu saja para sarjana Ibrani sangat mengenal dengan kata Msaphpi, atau
lebih baik Msappi, yang merupakan kesamaan dalam ortografi bahasa Arab musaphphi, yang berarti: "seorang
yang berusaha untuk memilih yang murni, mantap dan tegas," dsb. Pengawas di
Menara Yisrael seperti tersebut di atas, memandang dan mengawasi dengan tajam
dari kejauhan untuk membedakan sekelompok orang yang datang menuju kota. Dia
melihat utusan pertama dari Raja yang datang dan bergabung dengan kelompok itu
tetapi tidak kembali. Hal yang sama terjadi dengan utusan kedua dan ketiga.
Barulah kemudian bahwa Sophi itu dapat mengenali Ketua dari kelompok itu sebagai
Jehu. Nah, apa gerangan kegiatan dan kerja pengawas atau pengamat ini?
Pekerjaannya ialah mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk mengenali satu di
antara yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui identitas dan gerakannya,
bila saja mungkin, dan kemudian memberi tahukan kepada Raja. Jika anda bertanya:
Apa kegiatan dan pekerjaan Sophi dari Mispha yang seorang diri itu? Jawaban
berikut ini pasti tidak akan memuaskan seorang penyelidik yang mempunyai
keinginan tahu yang besar: "…dia biasa mengawasi dari minaret Misppha (Mispa)
agar dapat mengenali identitas orang yang datang di padang pasir, atau dia biasa
mengawasi kemungkinan adanya bahaya."
Bila demikian, sifat keagamaan serta suci
dari Misppha itu akan hilang, dan mungkin lebih akan berfungsi sebagai menara
pengawas militer. Tetapi masalah Sophi dari Mispha berlainan sekali. Asal
mulanya Mispha hanyalah sebuah kuil sederhana pada suatu tempat tinggi yang
terpisah di Gal'ead di mana Sophi dengan keluarganya atau pembantu-pembantunya
biasa bertempat tinggal. Setelah penaklukan dan pendudukan tanah Kanaan oleh
Israel, jumlah Mispha itu meningkat dan segera saja Mispha itu menjadi pusat
keagamaan yang besar dan berkembang menjadi lembaga pelajaran dan
konfraternitas. Tampaknya pusat-pusat itu menjadi seperti Mevlevi, Bektashi,
Neqshbendi dan konfraternitas lainnya yang ada pada orang Islam, masing-masing
ada di bawah Sheik dan Murshidnya sendiri. Mereka memiliki sekolah-sekolah yang
ada di bawah naungan Mispha di mana diajarkan Hukum Musa, agama,sastra Ibrani
dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Namun di atas kegiatan pendidikan
ini, Sophi adalah kepala tertinggi dari mayarakat pemula yang biasa dia beri
perintah dan ajar tentang agama yang esoterik dan mistik yang kita ketahui
disebut Sophia.
Sesungguhnyalah apa yang kita sebut kini dengan sufi pada waktu
itu disebut nbiyim atau "prophets" (nabi), dan apa yang dalam Islam disebut
takkas, zikr atau seruan do'a, mereka sebut dengan "prophesying" (nubuah). Pada
zaman Nabi Samuel yang juga sebagai kepala negara dan lembaga Mispha, para
pengikut dan pemula itu menjadi sangat banyak; dan ketika Saul diminyaki
(upacara keagamaan) dan dimahkotai sebagai raja, dia ikut zikr atau kegiatan
keagamaan menyeru do'a bersama dengan para pemula dan diumumkan dimana-mana:
"Perhatikanlah, Saul juga ada di antara para Nabi." Dan ungkapan ini menjadi
peribahasa; karena dia juga ikut "prohesying" dengan kelompok para nabi itu
(1Samuel x. 9-13).
Persufian di antara orang-orang Ibrani berlanjut terus
menjadi konfraternitas keagamaan yang esoterik di bawah kekuasaan Nabi waktu itu
hingga wafatnya raja Suleiman. Sesudah kerajaan pecah menjadi dua bagian,
ternyata perpecahan besar terjadi juga di antara para sufi. Di zaman Nabi Ilyas
kira-kira 900 tahun sebelum Isa, dikatakan kepada kita bahwa beliau adalah
satu-satunya Nabi yang sejati yang masih tertinggal dan bahwa semua yang lainnya
telah tewas terbunuh; dan ada delapan ratus lima puluh nabi Baal dan Ishra yang
ikut "makan di meja Ratu Izabel" (1 Raja-Raja xviii. 19). Namun hanya beberapa
tahun kemudian, pengikut Nabi Ilyas dan penggantinya Nabi Elisha, telah disambut
di Bethel dan Jericho oleh puluhan "anak-anak Nabi" yang meramalkan kenaikan
nabi Ilyas dalam waktu dekat (2 Raja-raja ii.)
Apapun posisi
sesungguhnya para Sufi Ibrani sesudah terjadinya perpecahan besar agama dan
bangsa, satu hal adalah pasti, yaitu bahwa pengetahun sejati tentang Tuhan dan
ilmu pengetahuan agama yang esoterik tetap terpelihara hingga kedatangan Jesus
Kristus, yang membangun masyarakat pemulanya di dalam "kalangan dalam agama"
(Inner Religion) atas Simon the Sapha, dan bahwa para Sophi sejati atau para
pengawas, penglihat atau pengamat dari Mispha Kristen melestarikan pengetahuan
itu dan mengawasinya hingga kedatangan Pilihan Allah, Nabi Muhammad al-Mustapha
- atau Mustaphi dalam bahasa Ibrani!
Seperti saya katakan di
atas, Injil menyebut banyak nama para nabi yang terkait dengan Mispha; namun
kita harus benar-benar mengerti bahwa sebagaimana dengan jelas Al Qur'an
menyatakannya: "Tuhan Yang Paling Mengetahui siapa yang akan Dia angkat menjadi
UtusanNya" bahwa Dia tidak memberikan hadiah ramalan kepada seseorang dengan
sebab untuk kemuliaannya, kekayaannya, atau bahkan kealimannya, namun semata
-mata hanya untuk kesenanganNya (keridhoanNya- pen.). Keyakinan dan semua
kegiatan keagamaan, meditasi, latihan spiritual, doa, puasa, dan ilmu
pengetahuan suci mungkin menyebabkan timbulnya seorang baru menjadi murshid atau
pembimbing spiritual, atau sampai pada tingkat santo (orang suci), tetapi tidak
akan pernah sampai pada tingkat nabi; karena kenabian bukanlah dicapai dengan
melalui upaya, tetapi adalah sebuah pemberian Tuhan.
Bahkan di antara para Nabi
hanya ada beberapa saja yang adalah Utusan (Rasul) yang diberi kitab suci khusus
dan diperintahkan untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada ummat tertentu
atau dengan misi khusus. Karena itu istilah "nabi" seperti dipergunakan dalam
Kitab Suci orang Ibrani seringkali adalah bermakna ganda (lebih dari
satu).
Saya juga harus mencatat
dalam hubungan ini bahwa mungkin sebagian besar dari materi Injil adalah karya
atau produksi dari Mispha-Mispha ini sebelum Penangkapan Babilon atau bahkan
mungkin sebelumnya, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan yang tidak
diketahui siapa punya hingga menjadi dalam bentuknya seperti kita kenal
sekarang.
Nah sekarang tinggal
beberapa kata lagi untuk dikatakan tentang Sufiisme orang Muslim dan kata bahasa
Yunani "Sophia" (kebijakan atau cinta akan kebijakan); dan suatu perbincangan
tentang dua sistim pengetahuan tinggi ini terletak di luar ruang lingkup artikel
ini. Dalam pengertian luas, filosofi adalah suatu studi atau ilmu pengetahuan
tentang prinsip utama tentang "ada"; dengan perkataan lain filosofi itu
melampaui batas dari fisik ke studi tentang "ada yang murni". dan meninggalkan
studi tentang sebab musabab atau hukum dari apa yang terjadi atau dilihat di
dalam alam sebagai sedang mencoba untuk menggapai metafisik yang berhubungan
dengan keyakinan, etika dan hukum yang kini dikenal sebagai aspek spiritual dari
peradaban, sedang fisik itu dianggap sebagai aspek materi dari peradaban.
Karenanya sulit sekali untuk menemukan kebenaran.
Perbedaan antara kata
bahasa Yunani "Sophia" dan Sufi Muslim ialah bahwa orang Yunani itu telah
mencampur adukkan bidang materialistik dan spiritual dan pada saat yang
bersamaan mereka gagal untuk menerima wahyu seperti diakui oleh filosof utama
mereka Aristotle dan Socrates bahwa berhubungan dengan metafisik tanpa adanya
wahyu dari Sang Pencipta seperti menyeberangi samudera di atas sebatang kayu!
Sedang Sufi orang Muslim yang beruntung mengkonsentrasikan diri dalam bidang
etika dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya dalam
mendisiplinkan hati seseorang dan diri sendiri dalam berlayar untuk menggapai
Kumpulan Tinggi Para Malaikat dan sebagainya.
Sufiisme orang Muslim
adalah kontemplasi tentang karya Allah dan CiptaanNya dan diri sendiri, dan
menghindarkan diri dari kontemplasi tentang Allah Sendiri, karena manusia itu
dibuat dari lingkungannya, dan selekas dia akan mempergunakan panca inderanya
untuk melukiskan Allah, maka akan menjadi sangat berbahaya seperti halnya
terjadi dengan orang Mesir ketika mereka melukiskan Sphinx yang memiliki kepala,
cakar, tubuh, dsb
Keunggulan Sophia Islam
daripada filosofi Yunani adalah pernyataan (manifestasi) dari obyek yang
dilihat. Dan dengan pasti Sophia Islam itu lebih unggul daripada selibasi dalam
agama Kristen dan religiositas (monastik) dalam ketidak pekaannya terhadap
kesadaran dan kepercayaan orang lain. Seorang Sufi Muslim selalu menawarkan
hormat terhadap agama lain, menertawakan gagasan "heresy" dan mencela semua
pengejaran dan penindasan (persecution and oppression). Sebagian besar orang
suci (santo) Kristen adalah kalau bukan persekutor maka dia adalah orang yang
terkena persekusi karena "heresy", dan mereka terkenal karena ketidak
toleransian mereka. Sayang , tetapi itulah kebenarannya.
Juga bermanfaat untuk
dicatat bahwa dalam abad awal Islam, para Sufi Muslim disebut dengan "Zahid"
atau "Zohad" dan pada saat itu mereka tidak mempunyai metodologi, tetapi mereka
memiliki fraternitas atau komunitas kepercayaan dan jurisprudensi yang lengkap
bagi mazhabnya. Mereka berkonsentrasi pada etika dan pemikiran. Generasi
berikutnya membuat metodologi pelajaran untuk para pemula, menengah
(intermediate) dan yang sudah lanjut (the advanced) berdasarkan Al Qur'an dan
Hadith Nabi (Prophetic Quotations). Jelas sekali bahwa rektisi setiap hari atas
Al Qur'an, penghafalan Asma'al-Husna dan do'a bagi Nabi Muhammad saw bersama
dengan permohonan ampun kepada Allah dan sholat tahajud, puasa di siang hari
adalah beberapa dari karakteristik yang penting.
Pada pihak lain, para Sufi
Muslim yang otentik menolak setiap anggota yang tidak jujur dan tulus yang gagal
untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad. Harus diakui, banyak orang bodoh telah
termakan, dengan berpikir bahwa kasus ketidak tulusan itu adalah mewakili
Sufiisme Muslim. Mereka tidak bisa mengerti bahwa Ihsan yang adalah sepertiga
dari agama seperti ditunjukkan dalam jawaban Nabi Muhammad saw atas pertanyaan:
"Apakah Islam itu?", "Apakah Iman itu?" dan "Apakah Ihsan itu?", ketika Nabi
Muhammad saw bersabda bahwa orang yang bertanya itu ialah malaikat Jibril, dan
bahwa beliau datang untuk mengajar agama kepadamu.
Demikian juga, Islam itu
dilayani oleh empat mazhab jurisprudensi (fikh), sedang Iman oleh mazhab
kepercayaan seperti Salaf dan Ashariah, dan tentu saja Sufi dilayani oleh Ihsan.
Bila seseorang meragukan hal ini, biarlah dia menyebutkan pakar-pakar Ihsan,
karena bila anda pergi ke Pengadilan Islam yang termasuk dalam seksi Islam, atau
pergi ke mazhab Kepercayaan dan mengaku bahwa ada iri hati dan dengki dalam
hatinya dsb. sebagai penyakit dari jiwa, kedua mazhab itu akan mengakui bahwa
mereka tidak mempunyai sangkut paut dengan aspek itu dan akan merujuknya kepada
ahli ibadah, atau seorang Sufi, Sheik.
Sebagai catatan kedua
saya ingin menambahkan bahwa para pengarang Muslim selalu menuliskan kata bahasa
Yunani "philosophy" dalam bentuk falsafah dengan huruf "sin" dan bukan huruf
"shad" atau "thad" yang adalah satu dari huruf-huruf yang membentuk kata dalam
bahasa Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi. Saya kira bentuk ini dimasukkan ke dalam
literatur bahasa Arab oleh penterjemah dari Asiria yang dahulu termasuk dalam
sekte Nestorian. Orang Turki menuliskan Santo Sofia dari Istambul dengan huruf
shad, tetapi falsafah dengan huruf sin seperti halnya samekh dalam bahasa
Ibrani. Saya yakin bahwa Sophia dalam bahasa Yunani secara etimologi dapat
dikenali dari kata bahasa Ibrani; dan bahwa gagasan dalam kalangan Muslim bahwa
kata sophia (sowfiya) berasal dari kata "soph" yang berarti "wool" haruslah
dibuang.
Sophia atau kebijakan
yang sejati ialah pengetahuan yang sesungguhnya tentang Tuhan, pengetahuan yang
sejati tentang agama dan moralitas, dan penentuan yang mutlak benar atas Utusan
Terakhir di antara semua Utusan Tuhan, adalah termasuk dalam lembaga kuno orang
Israel 'Mispha' hingga saat dialihkannya ke Mispha orang Nasrani atau Kristen.
Sungguh hebat melihat betapa lengkap analogi itu dan betapa ekonomi Tuhan yang
berkenaan dengan hubunganNya dengan manusia telah dilaksanakan dengan
keseragaman dan tertib yang mutlak. Mispha adalah filter di mana semua data dan
orang disaring dan diteliti oleh para Musaphphi (bahasa Ibrani Mosappi) seperti
halnya oleh colander (saringan, karena itulah arti kata itu); sehingga yang asli
dibedakan dengan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yang murni dari tidak
murni; walaupun abad telah silih berganti, banyak sekali Nabi-Nabi datang dan
pergi, namun Mustapha, Seorang Yang Terpilih, tidak muncul.
Kemudian datang
Jesus yang suci; tetapi dia ditolak dan di siksa, karena di Israel tidak ada
lagi Mispha yang resmi yang pasti telah akan mengenali dan mengumumkannya
sebagai Utusan Tuhan yang sejati yang dikirimkanNya untuk membawa kesaksian atas
Mustapha yang adalah Nabi Terakhir yang akan datang sesudahnya. "Dewan Agung
Sinagog" telah berkumpul dan dilembagakan oleh Ezra dan Nehemiah, di mana
"Simeon Yang Adil" adalah anggota terakhirnya (310 S.M.), digantikan oleh
Pengadilan Adi Jeruzalem (Supreme Tribunal of Jeruzalem) yang disebut :
"Sahedrin"; tetapi Dewan yang kemudian itu yang diketuai oleh seorang "Nassi"
atau "Pangeran", menghukum mati Jesus karena Dewan itu tidak mengakui Jesus dan
sifat dari misi sucinya. Namun beberapa Sufi mengenali Jesus dan mempercayai
misi kenabiannya; namun sejumlah orang menyalah fahaminya sebagai Mustapha atau
Utusan Allah yang "terpilih", dan menangkap dan mengakuinya sebagai raja, tetapi
beliau lenyap dan menghilang dari antara mereka.
Beliau bukanlah Mustapha, jika
bukan maka tidaklah masuk akal untuk menjadikan Simon sebagai Sapha dan
gerejanya sebagai Mispha; karena fungsi dan tugas dari Mispha adalah untuk
mengamati dan mencari tahu Utusan Terakhir, agar bila dia datang dapat diumumkan
sebagai Orang Yang Dipilih dan Ditetapkan - Mustapha. Jika Jesus itu Mustapha
maka tidak perlu lagi ada lembaga Mispha. Ini adalah sebuah subyek yang mendalam
dan menarik; hal itu memerlukan kesabaran dalam mempelajarinya.
Nabi Muhammad al Mustapha adalah sebuah misteri Mispha, dan kekayaan dari Sophia
Nabi Muhammad al Mustapha adalah sebuah misteri Mispha, dan kekayaan dari Sophia
Catatan kaki:
(1) Tidak seperti orang Arab,
baik orang-orang Ibrani maupun Aramia tidak mempunyai bunyi " j " dalam
alfabetnya; huruf ketiga dari alfabet mereka "gamal" mempunyai bunyi g bila
keras, dan bila lunak atau aspirate (mengucapkan dengan hembusan) menjadi suara
kerongkongan dan bunyi gh.
(2) Kitab
Injil yang saya jadikan rujukan tidak memuat apa yang disebut kitab
deutro-canonical atau Apocryphal dari Perjanjian Lama. Kitab Injil ini
diterbitkan oleh American Bible Society (New York 1893). Judulnya berbunyi:
Kthahhi Qadissihi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadatt An Shad-wath Poushaqa dmin
lishani qdimaqi. Matha 'ta d'dasta. Biblioneta d' America. (Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan konkordans dan kesaksian.
Diterjemahkan dari bahasa kuno. Diterbitkan di Press of the American Bible
Society).
(3) Bagi
orang Israel anggur tidak diharamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar