Mbah Musiran, Juru Kunci Makam di Nglaban: Mengabdi dengan Gaji Memprihatinkan
Nganjuk, Ruang Ide 5 – Di balik sunyinya pemakaman Desa Nglaban, Kecamatan Loceret, Nganjuk, ada sosok Mbah Musiran yang telah mengabdikan diri sebagai juru kunci sejak tahun 2000-an. Namun, di balik pengabdiannya yang tak kenal lelah ini, kondisi finansialnya jauh dari layak.
Mbah Musiran yang kini berusia 80-an tahun menempati rumah sederhana berukuran 3,5 meter x 12 meter di Dusun Sanggrahan, Desa Nglaban. Setiap hari, ia hadir di makam untuk membersihkan area pemakaman, memastikan lingkungan tetap terjaga, serta menjaga tradisi dan doa bagi mereka yang telah berpulang.
Gaji yang diterima Mbah Musiran dari pemerintah desa sangat memprihatinkan. Awalnya, ia seharusnya mendapatkan tanah bengkok seluas ½ bahu sebagai haknya, namun tanah tersebut atas musy justru diambil oleh desa. Sebagai gantinya, ia hanya menerima gaji sebesar Rp1 juta per tahun. Ketika terjadi pergantian kepala desa, gajinya naik menjadi Rp1,5 juta per tahun. Kini, pada periode kepemimpinan kepala desa yang baru (2025), gajinya kembali naik, namun masih sangat kecil, hanya Rp2 juta per tahun.
Di usia senjanya, Mbah Musiran tetap setia merawat makam, membersihkan area pemakaman, serta menjaga tradisi dan doa bagi mereka yang telah berpulang. Namun, penghasilannya yang jauh dari cukup membuat kehidupannya sulit. Beruntung, kepedulian datang dari .Dompet Kepedulian Muslim (DKM) Surabaya yang hadir membawa bantuan bagi Mbah Musiran
Keharuan tak terbendung ketika bantuan diberikan. Senyum dan tangis bahagia pecah di antara pusara-pusara yang selama ini ia rawat dengan setia. Bantuan ini menjadi bukti bahwa masih ada kepedulian bagi mereka yang berjasa namun terpinggirkan.
“Yakinlah, Mbah, Gusti Allah mboten sare (tidak tidur). Kebaikan akan selalu menemukan jalannya,” ujar salah satu relawan DKM Surabaya saat menyerahkan bantuan.
Ke depan, harapannya ada perhatian lebih dari pemerintah desa dan masyarakat untuk memberikan hak yang layak bagi para penjaga tradisi dan sejarah seperti Mbah Musiran. Mereka bukan hanya juru kunci makam, tetapi juga penjaga budaya dan nilai-nilai luhur yang seharusnya dihargai lebih baik.
pak J