Minggu, 01 Desember 2024

MURAH HATI DAN DERMAWAN NYA PEJABAT NEGARA?

 Dana Bantuan, Hak Rakyat, 

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keadilan sosial bagi seluruh rakyat adalah cita-cita dan janji kemerdekaan yang harus di tunaikan dan  diwujudkan. 

Salah satu wujud nyata dari keadilan ini adalah bantuan pemerintah yang diberikan untuk membantu rakyat miskin, mengatasi krisis, atau memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat. 


Sayangnya, tidak jarang bantuan ini disalahpahami sebagai kemurahan hati atau kebaikan pribadi sang pejabat. Padahal, dana bantuan adalah hak rakyat yang dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Uang Rakyat untuk Rakyat

kemensos RI
APBN adalah kumpulan dana yang berasal dari pajak, retribusi, dan sumber lain yang dibayarkan oleh seluruh rakyat Indonesia. 

Uang ini diamanah kan kepada pemerintah untuk dikelola secara bertanggung jawab demi kepentingan masyarakat. 

Bantuan sosial, subsidi, program pendidikan, dan kesehatan adalah bentuk konkret dari pengelolaan dana ini.


Namun, sering kali masyarakat keliru memahami bahwa bantuan tersebut adalah "hadiah" atau "kebaikan hati" seorang pejabat. 

Ini adalah pemahaman yang harus di ubah dan diluruskan. Bantuan yang diberikan pemerintah, baik berupa uang, sembako, maupun layanan publik lainnya, adalah hak rakyat setelah mereka memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. Pejabat hanyalah pelaksana amanah, bukan pemberi bantuan dari kantong pribadi mereka.

Alasan Bantuan Bukan Kemurahan Hati Pejabat?

tribunnews
Bantuan Diatur oleh Undang-Undang
Semua program bantuan pemerintah, baik yang berasal dari APBN maupun APBD, dirancang berdasarkan undang-undang dan peraturan yang ketat. Pejabat tidak memiliki kewenangan memberikan bantuan seenaknya tanpa landasan hukum.





Sumber Dana dari Rakyat
Setiap bantuan berasal dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat, bukan dari kekayaan pribadi pejabat. Maka, sudah sewajarnya bantuan ini kembali kepada masyarakat sebagai hak mereka.

Tugas Pejabat Adalah Melayani
Pejabat publik diangkat untuk melayani rakyat, bukan untuk mengambil pujian atas pelaksanaan tugasnya. Jika bantuan disalahartikan sebagai kemurahan hati, maka peran rakyat sebagai pemilik negara dan uang negara akan tereduksi.

Akibat  Pemahaman masyarakat yang Salah

    rienews.com

Kultus Individu
Ketika bantuan dianggap sebagai kebaikan hati pejabat, muncul potensi kultus individu. Rakyat bisa tergiring untuk mendukung atau memuja pejabat tertentu bukan karena kebijakannya yang baik, tetapi karena persepsi yang salah bahwa ia "dermawan."

Lemahnya Pengawasan Publik
Jika bantuan dianggap hadiah, masyarakat menjadi kurang kritis terhadap pengelolaan anggaran. Mereka cenderung menerima apa adanya tanpa mempertanyakan apakah bantuan tersebut sudah tepat sasaran atau ada penyalahgunaan dana.

Munculnya Ketidakadilan Sosial
Narasi kemurahan hati pejabat bisa membuat bantuan terkesan sebagai "hak istimewa" yang diberikan hanya kepada kelompok tertentu, bukan hak universal bagi semua yang berhak menerimanya.

Edukasi untuk Masyarakat

diskominfotik blitar
Pahami Asal Dana
Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa semua bantuan yang diberikan pemerintah bersumber dari pajak dan retribusi yang mereka bayarkan. Bantuan itu adalah bagian dari siklus hak dan kewajiban rakyat dalam sistem demokrasi.

Kritis terhadap Penggunaan Dana Publik
Rakyat harus diajak untuk kritis terhadap bagaimana pemerintah menggunakan APBN dan APBD. Mereka berhak mengetahui apakah dana tersebut digunakan dengan efisien, tepat sasaran, dan bebas dari korupsi.

Fokus pada Institusi, Bukan Individu
Bantuan pemerintah harus selalu disampaikan atas nama institusi, seperti Kementerian Sosial atau pemerintah daerah, bukan atas nama pribadi seorang pejabat. Ini penting untuk menjaga objektivitas dan menghindari kesan pencitraan.

Peran Media dan Masyarakat Sipil

Media dan organisasi masyarakat sipil harus turut andil dalam meluruskan narasi ini.

Informasi yang benar tentang hak masyarakat atas bantuan harus disampaikan secara masif, termasuk melaporkan jika ada pejabat yang mencoba "mengklaim" bantuan sebagai kemurahan hatinya.



Dana bantuan adalah hak rakyat, bukan kemurahan hati pejabat. Memahami hal ini penting untuk memperkuat kontrol masyarakat terhadap pengelolaan anggaran negara, mencegah penyalahgunaan kekuasaan, dan menegakkan prinsip keadilan sosial. 

Pejabat publik adalah pelayan rakyat, bukan dermawan yang memberi "hadiah." Rakyat perlu bangkit, sadar, dan terus mengingatkan bahwa keadilan sosial bukanlah kemurahan, melainkan hak yang melekat pada mereka sebagai pemilik sah negara.

INILAH AKIBAT JIKA AMANAH TIDAK DI TANGAN ORANG YANG TEPAT

suara.com
Menggunakan dana APBN untuk bantuan yang atas nama pribadi seorang pejabat, termasuk Wakil Presiden, merupakan hal yang problematis.  analisis dan pendapat ruangide5 bagi masyarakat:

Asas Penggunaan APBN

APBN atau Anggaran pendapatan dan belanja Negara adalah uang rakyat yang harus dikelola dengan 3 prinsip:


1.Transparansi : Publik harus mengetahui untuk apa dan bagaimana uang tersebut digunakan. 2.Akuntabilitas  : Setiap pengeluaran harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, aklaq, moral. 3.Keadilan          : Tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Jika bantuan menggunakan nama pribadi pejabat, meskipun dalam kapasitas jabatan, ada risiko yang pasti menyertainya yakni :Mengaburkan sifat kolektif pemerintah sebagai penyelenggara negara.dan Menimbulkan kesan pencitraan individu yang tidak adil terhadap pemanfaatan dana publik atau dana masyarakat. (tinjauan islam ini dosa)

Dasar Hukum  

Dari penelusuran ruang ide 5, menemukan  UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara: Menyebutkan bahwa APBN hanya boleh digunakan untuk kepentingan negara, bukan pribadi.
Peraturan Menteri Keuangan: Setiap bantuan atau program yang dibiayai APBN harus mencantumkan identitas lembaga pemerintah, bukan individu.
Etika Tata Pemerintahan: Pejabat publik harus menghindari kesan konflik kepentingan atau penyalahgunaan wewenang maupun penyalahgunaan jabatan.

Bagaimana jika Bantuan itu, Atas Nama Wakil Presiden Gibran

Jika bantuan dikeluarkan dengan nama Wakil Presiden Gibran, maka: Pertanyaan mendasarnya adalah: Apakah ini menggunakan dana pribadi atau dana APBN? 

Jika menggunakan APBN, mencantumkan nama pribadi tidak dibenarkan dan ini perbuatan melanggar  UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. dan seharusnya penegak hukum tanggap dalam hal ini.

Jika dana pribadi, hal ini bisa dilakukan, tetapi harus diatur secara transparan agar tidak memanfaatkan jabatan sebagai kecenderungan pencitraan berlebih.

Bagaimana seharusnya

suara.com
Jika Menggunakan APBN: Segera koreksi dan pastikan bahwa bantuan disampaikan atas nama institusi pemerintah, bukan individu. Lakukan klarifikasi kepada publik bahwa bantuan berasal dari negara, bukan pribadi.
Libatkan lembaga pengawas seperti BPK atau KPK untuk memastikan tidak ada pelanggaran.

Jika Menggunakan Dana Pribadi: Tetap transparan dalam mekanisme bantuan, menghindari kesan pencitraan politik yang berlebihan. atau bisa menggunakan nama institusi atau badan amal yang netral, bukan nama jabatan pribadi.

Jalan keluarnya ?

  • Penguatan Regulasi: Pemerintah perlu menegaskan aturan agar dana APBN tidak digunakan untuk kepentingan pencitraan pribadi.
  • Edukasi Publik: Masyarakat harus memahami bahwa dana bantuan adalah hak mereka sebagai rakyat, bukan kemurahan hati para pejabat.

Penggunaan dana publik secara transparan adalah prinsip utama dalam demokrasi yang sehat. Pejabat publik, termasuk Wakil Presiden, harus menjunjung tinggi nilai ini. jika mengabaikannya, jangan salahkan jika masyarakat mempermasalahkan nya 

Selasa, 26 November 2024

MENTALNYA SERANGAN FAJAR, TAPI JIKA ADA KORUPSI MARAHNYA TAK TERKENDALI?

 Serangan Fajar, Mentalitas Korupsi

kompas.id
Mendekati Pilkada, suasana kampanye sangat terasa. Pada fase seperti ini selalu muncul fenomena  di tengah masyarakat kita: serangan fajar.

Sebagian orang bercanda tentang menunggu amplop, tapi tidak sedikit yang mengharapkan sungguhan. Amplop berisi 50 ribu, atau jika beruntung bisa sampai 300 ribu, menjadi daya tarik. 



Uang itu mungkin habis dalam sehari, tapi pilihan yang kita buat karena amplop itu akan menentukan nasib kita selama lima tahun kedepan. Mari kita renungkan bersama, apa artinya ini bagi kita sebagai bangsa?

Pilihan Kita, Harga Diri Kita

detikcom

Pilkada bukan sekadar soal memilih siapa yang lebih pandai bicara atau siapa yang punya baliho lebih besar. Ini adalah momen besar ketika kita, (rakyat,) menjadi pemegang kekuasaan tertinggi. 

Kita memilih pemimpin yang akan
menentukan kebijakan, mengelola anggaran, dan mengambil keputusan yang berdampak langsung pada hidup kita. Tapi ironisnya,
sebagian dari kita rela menukar hak pilih itu dengan uang receh berjumlah kecil.

Pertanyaan sederhana nya: apakah harga diri kita serendah itu?

Mengajarkan Korupsi dari Awal

Sebagai masyarakat, kita sering teriak keras tentang korupsi. 

Kita muak dengan pemimpin yang
menyalahgunakan wewenang, memperkaya diri
sendiri, dan lupa kepada rakyatnya. 


Tapi sadarkah kita bahwa serangan fajar adalah akar dari semua itu? Dengan menerima amplop, kita secara tidak langsung berkata kepada calon pemimpin: Uang dulu, kerja untuk rakyat nanti.”



Logikanya jelas: jika seorang calon mengeluarkan miliaran rupiah untuk membeli suara, dari mana ia akan menutup 'modal' itu setelah terpilih? Kita sudah tahu jawabannya—dari anggaran rakyat yang seharusnya digunakan untuk membangun insfrastruktur, pendidikan, atau fasilitas kesehatan.

Musuh Utama Kita

mediaindonesia

Mentalitas serangan fajar mencerminkan masalah besar dalam budaya kita. Di satu sisi, kita ingin
korupsi hilang. 

Di sisi lain, kita mempraktikkan sesuatu yang menjadi bibit korupsi. Inilah kontradiksi besar
dalam masyarakat kita. Kita ingin pemimpin yang bersih, tapi memberi mereka jalan untuk kotor
sejak awal.

Lebih ironis lagi, orang yang menerima uang serangan fajar sering kali adalah orang yang sama yang paling keras mengkritik pemimpin ketika korupsi terbongkar.


jurnal news

Mengubah budaya ini bukan perkara mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kita harus mulai dari diri sendiri dengan langkah sederhana:

Menolak amplop adalah bentuk perlawanan nyata terhadap korupsi. Katakan kepada mereka bahwa kita tidak bisa dibeli. Harga diri dan masa depan lebih mahal dari uang receh.



Beritahu orang-orang di sekitar kita bahwa menerima serangan fajar bukan hanya masalah pribadi, tapi juga masalah bangsa. Jelaskan bahwa uang itu adalah bibit kejahatan yang nantinya akan
menghancurkan kita sendiri.

Lihat rekam jejak calon pemimpin. Apa yang telah mereka lakukan untuk masyarakat? Jangan mudah terpesona dengan janji manis tanpa bukti.
Setelah memilih, kawal kinerja pemimpin. Jangan hanya diam ketika kebijakan mereka melenceng dari janji kampanye.

Saatnya Bangkit

Pilkada adalah kesempatan emas bagi kita untuk mengubah nasib. Jangan sia-siakan dengan menyerah pada godaan amplop. 

Memilih pemimpin bukan transaksi,melainkan amanah. Jika kita ingin korupsi hilang dari negeri ini, mulailah dari diri sendiri.

Tunjukkan bahwa kita adalah rakyat yang tidak bisa dibeli.


Mari kita renungkan: Apakah kita ingin menjadi bangsa yang besar dengan harga diri, atau bangsa yang menjual masa depan hanya demi uang kecil untuk kepentingan diri sendiri? 

Pilihan ada di tangan kita. Jangan biarkan serangan fajar menggelapkan harapan kita untuk masa depan yang lebih baik.

Pak J

Senin, 25 November 2024

GURU BICARA ADAB ITU UNTUK APA? MEMBOSANKAN ?

 Membentuk Pribadi Mulia


perrnahkah kita merenung, mengapa orang-orang tua zaman dahulu selalu mengajarkan sopan santun terlebih dahulu sebelum memberikan ilmu pengetahuan? Seperti adonan masakan, ilmu itu ibarat garam. Ia penting, tetapi hanya secukupnya. Sebaliknya, "tepungnya" adalah adab, kejujuran, empati, kesantunan, dan sifat-sifat baik lainnya yang menjadi dasar pembentukan pribadi manusia.

Namun, di era serba cepat seperti sekarang, di mana keberhasilan sering diukur dengan angka, ranking, dan gelar, kita kerap kali melupakan pelajaran mendasar: yakni adab. 

Anak-anak diajarkan berhitung sebelum diajarkan menghormati orang tua. Mereka diajari menghafal sebelum memahami pentingnya berbicara dengan santun kepada guru. Padahal, apa artinya kecerdasan tanpa budi pekerti? Apa manfaatnya ilmu jika digunakan untuk merendahkan orang lain?

Pondasi Kehidupan yang Sering Terlupakan


Adab bukan sekadar tata cara bertingkah laku, tetapi cerminan jiwa seseorang. Ia adalah dasar dari segala amal. Imam Malik pernah berkata, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu." Sebab, adab adalah panduan untuk menggunakan ilmu secara bijak. Tanpa adab, ilmu justru menjadi pisau tajam yang melukai, bukan alat untuk berkreasi.



Imam Syafi’i berkata, “Aku pernah bersama guruku selama 20 tahun. Aku belajar adab selama 18 tahun, dan baru belajar ilmu selama 2 tahun.” Mengapa adab begitu penting? Karena adab adalah penjaga ilmu, pembimbing amal, dan pelita dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Di lingkungan sekolah, kita sering melihat murid-murid yang pandai tetapi sulit menghargai guru. Di masyarakat, banyak orang cerdas yang kehilangan empati dan tanggung jawab sosial. Bukankah ini bukti bahwa ilmu tanpa adab justru membawa kerusakan? ilmu yang tidak di barengi dengan akhlaq akan menghadirkan kejahatan.

Mengembalikan Fokus 

Apa yang harus kita lakukan? Kita perlu mengembalikan adab ke dalam kurikulum pendidikan kehidupan, sekali lagi ke dalam kurikulum pendidikan kehidupan. dimulai dari rumah hingga sekolah. Orang tua harus menjadi teladan dalam berkata jujur dan menghormati sesama. Guru harus mengajarkan bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana ilmu itu digunakan sebagai  kebajikan.

Menghormati orang tua, berbicara dengan lembut, dan mendengarkan dengan penuh perhatian adalah "pelajaran" yang seharusnya diajarkan sebelum membaca buku matematika. Anak-anak perlu memahami bahwa meminta maaf lebih penting daripada sekadar mendapatkan nilai 100.

Keseimbangan yang Membawa Keberkahan



Adab adalah jalan menuju keberkahan. Ilmu yang ditanam di qolbu yang penuh adab akan tumbuh menjadi amal yang bermanfaat. Namun sebaliknya, jika ilmu ditanam di hati yang keras dan penuh keangkuhan hanya akan melahirkan sikap dan prilaku kesombongan. dan kejahatan.

Bagaikan masakan yang membutuhkan takaran tepat antara garam dan tepung, begitu pula kehidupan, juga membutuhkan keseimbangan antara adab dan ilmu. 



Jangan biarkan dunia yang serba cepat ini membuat kita melupakan apa yang benar-benar penting: adab. Karena sejatinya, adab adalah "ilmu" yang paling pertama kita pelajari dan yang akan terus membimbing kita dalam setiap langkah kehidupan.

Maka, sebelum berburu ilmu yang tinggi, belajarlah adab. Sebab, hanya dengan adab, ilmu akan menjadi cahaya yang menerangi kehidupan, 


bukan bayang-bayang yang membutakan perjalanan.

Pak J

CINTA DAN DEDIKASI PENDIDIK SMK SUNAN GIRI MENGANTI, DI HARI GURU ISTIMEWA

R.ide.co.id
GRESIK,..... Di halaman Gedung B SMK Sunan Giri Menganti, Gresik, berubah menjadi lautan semangat, pada Senin, 25 November 2024. Sebanyak 1.200 siswa berbaris rapi dan berjajar dengan duduk  penuh khidmat, memperingati Hari Guru yang tak hanya menjadi momen penghormatan, tetapi juga sarat dengan kehangatan dan kejutan.


Dimulai dengan apel pagi dan istighosah, suasana haru menyelimuti hati semua yang hadir. Namun, kemeriahan mulai terasa ketika para guru mengambil alih "panggung" untuk memberikan penampilan istimewa,dan bukan sekadar sambutan formal. seperti Pak Sugianto, S.Pd.,misalnya ia tampil membawakan puisi nasehat yang di sambut dengan tepuk tangan gemuruh para siswa.



kemudian di lanjut dengan Pak Sugeng Wi Hermanto, salah satu guru yang multi talent hadir dengan persembahan puisi yang tidak biasa. Improvisasi yang penuh humor dan menyentuh, puisi tersebut menggambarkan liku liku perjuangan anak belajar dan dinamika belajar-mengajar di kelas. semua di ungkap dengan gamblang, kebiasaan anak-anak di kelas dengan cara humor yang menghadirkan gelak tawa.


Tawa anak-anak dan bapak ibu guru semakin pecah ketika Pak Lutfi Syaifudin, guru yang dikenal kocak, memandu jalannya acara dengan gaya khasnya. Siswa-siswi terpingkal sekaligus terpukau, menghidupkan suasana pagi itu. 



Tak hanya itu, beberapa ibu guru maju secara spontan menyampaikan puisi singkat penuh makna, disertai persembahan "kue cinta" dari Sinta dwi kelas xi mpk 2 yang mewakili teman temanya, kepada para guru lewat Kepala Sekolah. 

Momen tersebut membuat seluruh peserta terharu, menyaksikan bagaimana kasih sayang dan penghargaan terhadap guru mereka.

Acara ditutup dengan manis melalui tembang Jawa berjudul "Nemen". Suara merdu Bu Senda dan bu Hidayatullah Firdaus (Firda) membuat seluruh hadirin ikut bernyanyi dan menikmati lantunan lagu tersebut. Tepuk tangan bergemuruh, membuktikan betapa istimewanya peringatan Hari Guru tahun ini.

Usai anak anak pulang setelah jam istirahat, ternyata acara masih berlanjut. Kali ini acara di lakukan di ruang guru kusus kepala sekolah, staf dan seluruh guru.

Sebuah momen haru tercipta ketika dua buah tumpeng besar dihadirkan di tengah ruang guru. Tumpeng tersebut dipersembahkan untuk semua guru sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur. Dengan penuh rasa haru, kepala sekolah memotong tumpeng pertama, kemudian di ikuti oleh guru guru yang lain nya . 



Hari Guru di SMK Sunan Giri tahun ini bukan hanya sekadar peringatan, melainkan perayaan cinta, dedikasi, dan perjuangan yang telah mengukir jiwa para murid. Setiap momen adalah pengingat betapa besar jasa para guru, bukan hanya sekedar sebagai pendidik, tetapi juga sebagai teladan hidup.

Selamat Hari Guru! Terima kasih, para guru, atas semua cinta yang tak pernah surut. 🌹

Pak J

Minggu, 24 November 2024

SEJARAH POHON LABAN , DAN ASAL USUL NAMA DESA NGLABAN ?

 

ruangide5.blogspot.co.id

Pohon laban (Vitex pinnata), terkenal karena ketahanannya terhadap air, serangan rayap, serta kekuatannya yang luar biasa. bahkan ketika pohon laban ini terbakar ia bisa bersemi kembali. Di beberapa wilayah di Asia Tenggara, pohon ini memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya, termasuk di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. 


Selain sebagai bahan baku yang berkualitas, pohon laban memiliki hubungan historis dengan Desa Nglaban, Kecamatan Loceret. Nama desa ini diyakini erat kaitannya dengan pohon laban, yang dulunya banyak tumbuh di daerah tersebut. Namun, yang lebih menarik adalah kisah tentang mbah Pengging, seorang tokoh yang menurut cerita masyarakat setempat berperan dalam pemberian nama desa ini. Tentu yang di sebut mbah pengging disini bukanlah tokoh dan santri dari syech Siti Jenar.

di tengarai akam mbah pengging/ruangide

Berdasarkan cerita turun-temurun, mbah Pengging yang kemudian bertempat tingal didesa ini,adalah seorang prajurit dari Kerajaan Pengging, yang pernah berdiri pada abad ke-15 hingga ke-16 di daerah hulu Sungai Bengawan Solo. Nama lama daerah Pengging adalah Bobodo, seperti yang disebutkan dalam kisah perjalanan Bujangga Manik.


Sosok Ki Ageng Pengging

peninggalan bata kuno didekat makam,/ruangide
N
ama Pengging
 sendiri adalah nama kuno dari suatu wilayah yang sekarang terletak di wilayah Boyolali. Pusatnya sekarang terletak di Banyudono jawa tengah.
Di sebut Ki Ageng Pengging penyebutan ini mengacu pada sosok manusia yang saat itu, dikenal sebagai seorang bangsawan yang memiliki keterkaitan erat dengan Kerajaan Pengging: Ki Ageng Pengging adalah putra kedua Sri Makurung Prabu Handayaningrat dan Retna Pembayun, yang masih memiliki hubungan darah dengan Brawijaya V. Beliau adalah murid Syekh Siti Jenar, seorang wali yang mengajarkan kesetaraan manusia tanpa melihat status sosial.


Ki Ageng Pengging adalah ayah dari Mas Karebet, ( joko Tingkir) yang kelak menjadi Sultan Hadiwijaya, raja Kerajaan Pajang.  Ia mendapatkan julukan "Pengging" karena jasanya dalam

membuka hutan di wilayah Pengging, Jawa Tengah. Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Kerajaan Demak karena dianggap memberontak, kerajaan demak bintoro dengan ulahnya yang tak mau sowan ke kota raja.

Meskipun dihormati sebagai bangsawan, Ki Ageng Pengging mengalami ketegangan dengan Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Raden Patah. Pengging menolak untuk rutin menghadap ke Demak dan memberikan penghormatan, karena ia merasa aturan tersebut tidak adil. Penolakannya ini memicu kemarahan pihak Demak yang kemudian menuduhnya sebagai pemberontak. 

Akibatnya, Ki Ageng Pengging dihukum mati. Peristiwa tragis ini meninggalkan bekas mendalam di hati pengikutnya, yang kemudian para pengikutnya mencari selamat sendiri sendiri, menyebar ke berbagai daerah untuk menghindari kejaran pasukan Demak. Salah seorang  pengikutnya atau bisa jadi salah satu prajuritnya dipercayai masyarakat, menetap di sebuah desa yang kemudian hari dikenal sebagai Desa Nglaban, di kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk saat ini. Dinamai "Nglaban" karena didasarkan pada pohon laban yang banyak tumbuh dan berkembang  di wilayah tersebut.


Kehidupan Pribadi Mbah Pengging Muda ( sang prajurit pengging)



Selain dikenal sebagai prajurit dan tokoh masyarakat, Mbah Pengging muda memiliki kisah pribadi yang menarik perhatian. Diceritakan, ia memiliki seorang istri yang sangat cantik, bahkan karena cantikya sang istri, kabar kecantikan nya menjadi buah bibir hingga ke ibu kota kabupaten. Suatu hari, para pejabat kabupaten berencana mengunjungi Desa Nglaban dengan tujuan disamping sidak desa juga ingin melihat langsung kecantikan istri Mbah Pengging. Namun, mbah Pengging yang menyadari niat terselubung mereka memutuskan untuk tidak memperlihatkan istrinya.

Sebagai gantinya, ia mengatur siasat dengan mendandani pembantu rumah tangganya untuk berpura-pura menjadi istrinya. Ketika para pejabat tiba, mereka terkelabui dan tidak menyadari bahwa wanita yang mereka lihat bukanlah istri asli mbah Pengging. kepiawaian dan kecerdikan ini menambah citra mbah Pengging sebagai sosok cerdas dan penuh taktik yang dihormati di mata masyarakat desa.

Situs-Situs Bersejarah Terkait Mbah Pengging

Hingga saat ini, jejak peninggalan yang di anggap terkait mbah Pengging masih dapat ditemukan di Desa Nglaban. Salah satu peninggalan yang diyakini berhubungan dengan mbah Pengging adalah rumah yang pernah ditempati oleh mbah Parto Parmidi almarhum, yang konon katanya beliau masih keturunan mbah Pengging. Rumah ini di tahun 1960 an bangunan yang paling depan pernah digunakan sebagai gedung sekolah dasar (SD) dan sekitar tahun 1980 an pernah disewa dalam waktu satu hingga dua bulan oleh grup ludruk serta ketoprak untuk pertunjukan. Walaupun saat ini bangunan yang di maksud telah mengalami banyak perubahan di sana sini, rumah ini saat masih berdiri tegak dan sebagai saksi bisu sejarah Desa Nglaban.

Di Dukuh Boto, yang merupakan bagian Desa Nglaban, juga ditemukan dua makam kuno yang menurut sebagian warga dianggap dan di claim sebagai makam mbah Pengging dan istrinya. Namun, kebenaran sejarah makam ini masih menjadi misteri. Mbah Jamin, seorang tetua desa yang pada 2024 ini berusia 85 tahun dan tinggal di dekat makam tersebut, mengaku bahwa tidak ada kepastian mengenai siapa yang dimakamkan di sana. Ketika masih muda, Mbah Jamin pernah bertanya kepada kakeknya tentang sejarah makam ini, tetapi kakeknya juga tidak mengetahui informasi yang jelas. pada hal di perkirakan kakek mbah Jamin hidup sekitar tahun 1.891.

hasil Wawancara dengan Mbah Jamin: "Kulo mboten ngertos, mas, kulo nggih nate takon nopo niki sak estu pesarean nipun mbah Pengging?  ning kulo mboten nemu jawabane. Kulo nate tangklet  mbah simbah kulo (kakek) naliko kulo tasih joko , tapi simbah nggih mboten wonten sing mangertos pastine." (Saya tidak tahu, mas. Saya pernah bertanya apakah ini benar-benar makam Mbah Pengging, tapi saya tidak menemukan jawabannya. Saya bertanya pada kakek , tapi tidak ada yang tahu dengan pasti).

Pohon laban (Vitex pinnata)

Menurut cerita lain nya, dari mbah Jamin, sekitar tahun 1980 an dulu itu ada mantan lurah sering mampir ke makam tersebut terkadang dalam keadaan mabuk setelah mengikuti pertunjukan tayyub (seni tradisional). Lurah tersebut diantar pulang oleh penjaga kampung atau orang yang sedang "gerdu" ke rumahnya di Desa Nglaban.

Sampai disini, Semua sejarah tentang mbah pengging masih belum terlacak dengan baik. Meskipun beberapa warga mengaitkan makam ini dengan mbah Pengging, namun tidak ada sumber sejarah valid yang bisa menguatkan klaim tersebut. atau belum ada bukti kuat bahwa makam itu adalah makam mbah pengging

Di dekat makam, terdapat sumur yang dulunya dianggap memiliki khasiat, terutama saat musim labuh (penghujan yang mendekati musim tanam). Anehnya, kepercayaan terhadap sumur ini lebih populer di kalangan orang-orang dari luar kabupaten nganjuk di banding dengan warga setempat. Warga luar sering datang untuk mengambil air dari sumur ini karena dianggap membawa berkah, namun warga  Dukuh Boto, desa Nglaban dan sekitarnya menganggapnya seperti sumur biasa tidak lebih seperti sumur sumur warga lain nya. Sayang nya  di musim kemarau seperti saat kini, sumur tersebut telah kering, seolah menyiratkan bahwa kekuatannya telah hilang seiring berjalannya waktu. 

Makam dan Mushola

Meskipun belum ada bukti kuat mengenai kaitannya dengan mbah Pengging, makam tersebut kini terlanjur dibangun layaknya makam ulama atau wali, lengkap dengan mushola di sampingnya. Mushola ini dibangun oleh salah satu warga Dukuh Boto yang sekarang tinggal di Kalimantan ( cerita mbah Jamin). Masih menurut mbah Jamin, pada malam-malam tertentu, tempat ini ramai dengan orang-orang yang datang untuk sholat maupun berdoa.

"Mboten ngertos nopo leres nek niki niku, makam mbah Pengging nopo sanes, tapi dinten dniten tertamtu sering  wonten tiyang sing mriki ngibadah, sholat, lan ndonga." (Saya tidak tahu apakah ini benar-benar makam mbah Pengging atau bukan, tapi hari-hari tertentu, ada orang yang datang untuk beribadah, sholat, dan berdoa).

Warisan Budaya

Meski beberapa aspek sejarah Desa Nglaban masih belum jelas, cerita-cerita tentang Mbah Pengging, pohon laban, makam kuno, serta rumah peninggalan yang ada di desa ini, tetapi cerita tutur yang berkembang selama ini, terus hidup dalam ingatan masyarakat. Warisan budaya ini tidak hanya memberikan identitas unik bagi Desa Nglaban, tetapi juga mengajarkan nilai kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan kepada generasi selanjutnya—sebagaimana kekuatan dan ketahanan pohon laban yang menjadi simbol desa ini.

Daftar Pustaka

  1. Sutrisno, S. (1986). Babad Tanah Jawi: Babad Pengging. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
  2. Kartodirdjo, Sartono. (1993). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Yogyakarta: Gramedia.
  3. Babad Demak. (2000). Babad Tanah Jawi: Sejarah Kerajaan Demak. Jakarta: Balai Pustaka.
  4. Tim Penyusun Kabupaten Nganjuk. (1996). Sejarah Kabupaten Nganjuk. Nganjuk: Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
  5. Geertz, Clifford. (1989). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
  6. Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2020). Sejarah Pengging dan Pengaruhnya Terhadap Desa Nglaban.
    Diakses dari: http://www.eastjava.com
  7. Kemdikbud RI. (2020). Babad Pengging dan Pengaruhnya di Jawa Tengah dan Timur.
    Diakses dari: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  8. Perpustakaan Nasional RI. (2021). Catatan Sejarah Desa Nglaban dan Pohon Laban.
    Diakses dari: http://opac.perpusnas.go.id

Nganjuk Okt  2024
Pak J (Sujarwa,S.Th.I ) 
Guru Sejarah di SMK..
085 607451 050

 

 


GURU ADALAH CAHAYA : JANGAN BIARKAN MEREKA MEREDUP HANYA KARENA KITA LUPA CARA MENGHARGAI NYA

sebenarnya  Cokelat untuk Guru itu : Simbol atau Penghargaan Sejati?

Pada Hari Guru, sering kita melihat anak-anak memberikan cokelat, bunga, atau kartu ucapan kepada guru mereka. Pemandangan itu indah, penuh senyum dan kehangatan. Tapi, pernahkah kita bertanya, apakah cokelat itu cukup untuk mengganti jasa seorang guru?

Mari kita mundur sejenak ke masa penjajahan. Guru-guru pribumi di masa itu tidak punya cokelat untuk dinikmati. Mereka tidak dihadiahi bunga atau kartu ucapan. Mereka bahkan sering kali tidak menerima gaji yang layak. Namun, mereka tetap mndidik dengan hati yang penuh harap, membimbing anak-anak pribumi agar melek aksara di tengah gelapnya penindasan penjajah.


KOROPAK.CO.ID
Guru-guru masa itu adalah pahlawan yang diam-diam melawan. Dengan pena dan papan , mereka menanamkan keberanian dan kecerdasan. karena mereka paham, bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemerdekaan. Tapi, apa yang mereka dapatkan? Banyak dari mereka hanya dikenang sebagai bayangan samar dalam sejarah  dimasa silam.

Kini, zaman sudah berubah. Guru tidak lagi harus berjuang di bawah ancaman penjajah. Tapi, apakah penghargaan kita terhadap guru sudah lebih ramah?

Kita memberi mereka cokelat di Hari Guru, tapi apakah kita benar-benar menghargai apa yang mereka perbuat setiap hari di ruang ruang kelas guru?


Pikirkanlah ini: seorang guru bukan hanya sekedar mengajar. Ia membentuk karakter,dan membenahi hati. mereka membimbing setiap langkah siswanya menyusuri kehidupan yang semakin bertebing, dan mereka memupuk mimpi agar semua cita cita siwanya  tercapai.

Tapi di balik senyum mereka di depan kelas, ada beban yang sering kali kita abaikan. Gaji mereka kerap tak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka emban. Apresiasi sosial terhadap profesi guru juga semakin tidak rasional. 

Cokelat atau bunga di Hari Guru mungkin menyenangkan hati. Tapi, penghargaan sejati tidak berhenti sampai di sini. Penghargaan itu adalah memastikan mereka dihormati setiap hari. Melayak kan perlakuan murid terhadap penyampai ilmu.(guru).

Mendukung kesejahteraan mereka, memberikan fasilitas yang memadai, dan menanamkan budaya hormat kepada guru di sekolah dan rumah. 

Jangan maknai ini, sebagai tuntutan seorang guru, tapi seharusnya ini, adalah aktualitas tumbuhnya empati dan penghargaan masyarakat terhadap pengabdian mereka.

Kita tidak bisa mengulang jasa para guru masa lalu. Tapi kita bisa belajar dari mereka: bahwa penghargaan sejati adalah tindakan, bukan sekadar coklat dan bunga,sebagai simbol yang di lakukan setiap hari guru.


Jadi, pada Hari Guru ini, mari renungkan: Apa hadiah terbaik untuk guru?
Mungkin bukan cokelat atau bunga, tapi sikap hormat yang tulus, upaya untuk mendukung tugas mereka, dan komitmen bersama untuk menjadikan profesi guru sebagai pilar bangsa yang tak tergantikan.



Guru adalah cahaya. Jangan biarkan mereka meredup hanya karena kita lupa, bagaimana cara menghargai mereka.

SELAMAT HARI GURU 

Pak  J

MENGAPA PAJAK HARUS DI NAIKAN TERUS PAK PRESIDEN?



Mengapa jalan Pajak Jadi Pilihan?
 

Pemilu di negeri ini sering kali di namakan sebagai pesta rakyat, pesta demokrasi rakyat. 

Walaupun berbiaya tinggi,dan menggunakan dana APBN, pesta ini, tetap saja di namakan pesta rakyat.  Saya yakin sampai saat ini masih banyak rakyat yg tidak paham  dan tidak mengerti dengan pemilu dimaknai sebagai pesta rakyat ini. 



Bersyukur nya, walau tanpa paham, mereka masih berharap bahwa pemimpin yang terpilih, melalui "pesta rakyat" mampu mengelola sumber daya alam (SDA) negara untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Sayangnya, realitas yang terjadi justru sering kali berbanding terbalik. 

Alih-alih mengelola kekayaan alam dengan optimal, mereka lebih sering memilih jalan instan yaitu menaikkan pajak rakyat nya. Mengapa jalan ini yang di pilih? 

Jalan Instan yang memberatkan. 

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai dari 10% di era presiden-presiden sebelumnya menjadi 11% di masa Presiden ke-7, dan
rencana kenaikan menjadi 12% di awal tahun 2025 di era Presiden ke-8,
mencerminkan pola pikir fiskal yang mengandalkan rakyat sebagai sasaran empuk, dan sumber utama pendapatan negara. 

Kebijakan ini menimbulkan beban besar bagi masyarakat, terutama kelompok menengah ke bawah yang sudah sejak lama terhimpit oleh biaya hidup tinggi.

Bukankah lebih logis jika pemimpin yang dipilih rakyat dengan biaya dari rakyat, bekerja keras untuk mengoptimalkan pengelolaan SDA untuk kepentingan kesejahteraan rakyat?

 Negara ini kaya raya: cadangan minyak, gas, tambang, perkebunan, dan hutan nya bisa menjadi modal luar biasa untuk membiayai pembangunan  negeri ini. 

Namun, potensi yg amat besar ini, sering kali tak tergarap optimal karena berbagai alasan

(mulai dari korupsi, kontrak merugikan dengan pihak asing, hingga kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.) 

SDA YANG TERABAIKAN?

kumparan

Ada beberapa alasan mengapa SDA sering kali dikesampingkan sebagai solusi:

Kontrak SDA yang Merugikan: Banyak kekayaan alam kita dikuasai oleh investor asing melalui kontrak jangka panjang yang tidak adil. Akibatnya, negara hanya menerima sebagian kecil dari hasilnya, sementara keuntungan besar mengalir keluar.

Korupsi Sistemik: Pengelolaan SDA sering kali menjadi sarang korupsi. Proyek tambang, hutan, hingga energi dikuasai oleh segelintir elite, membuat manfaatnya tidak pernah benar-benar dirasakan langsung oleh rakyat 

Ketergantungan pada Pajak: Pajak dianggap solusi paling mudah untuk menutup defisit anggaran, meski dampaknya langsung dirasakan rakyat.

Solusi yang Terlupakan

Kita sering mendengar bahwa pengelolaan SDA memerlukan waktu lama dan investasi besar, sementara pajak memberikan hasil instan. Namun, ini adalah alasan yang tidak mencerminkan visi jangka panjang seorang pemimpin.

Jika dikelola dengan benar, SDA tidak hanya menciptakan pendapatan negara tetapi juga membuka lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penguatan Tata Kelola SDA: Pemerintah harus memastikan kontrak SDA berpihak pada kepentingan nasional. Jika perlu, re-negosiasi kontrak-kontrak lama yang merugikan negara.

Investasi dalam Teknologi dan Infrastruktur: SDA harus diproses di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah. Ini menciptakan lapangan kerja dan mendukung industri lokal.

Reformasi Pajak yang Berkeadilan: Pajak progresif yang lebih tinggi bagi kelompok kaya dapat menggantikan beban yang selama ini ditanggung kelompok miskin.

Pemberantasan Korupsi di Sektor SDA: Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA adalah kunci untuk memastikan hasilnya digunakan untuk kepentingan rakyat.

Janji yang Dilupakan

Biaya tinggi pemilu seharusnya membuahkan pemimpin yang berani membuat keputusan besar untuk rakyatnya, bukan sekadar memungut pajak lebih tinggi. 

Rakyat memilih pemimpin untuk melindungi dan memanfaatkan SDA bagi kesejahteraan mereka, bukan untuk menjadikannya sekadar angka citra dan statistik belaka.

radio idola Semarang

Peningkatan PPN adalah potret ironis dari pemerintahan yang lebih memilih solusi instan ketimbang menggali potensi besar yang dimiliki negara. 

Ketika SDA tidak menjadi prioritas, maka pasti dan tentu, beban pembangunan jatuh ke pundak rakyat yang sudah semakin terhimpit.

Pemimpin sejati adalah mereka yang berani memilih jalan terjal Demi manfaat jangka panjang, bukan mereka yang terus memburu pajak rakyat untuk menutupi kelemahan diri dalam pengelolaan negara. 

Akankah masyarakat terus pasrah menerima kebijakan yang tak memihak, atau sudah saatnya kita bersuara lantang menuntut perubahan yang lebih adil dan bermartabat?" 

Pak J