Sabtu, 01 Maret 2025

SUMBER KERUSAKAN DI BUMI

Apa artinya kita mengucap syahadat, menyatakan keimanan kepada Allah, bila tangan-tangan kita justru menjadi sumber kerusakan di bumi? Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an, bahwa kerusakan di darat dan di laut terjadi akibat ulah tangan manusia? (QS. Ar-Rum: 41). Lalu, bagaimana mungkin kita mengaku bertuhan, tetapi tingkah laku kita justru bertentangan dengan ajaran-Nya?


Ketika seseorang mengeruk kekayaan alam tanpa batas, merusak hutan, mencemari sungai, dan memusnahkan habitat makhluk hidup, ia bukan hanya merusak ekosistem, tapi juga merampas hak generasi mendatang. Apakah itu sikap seorang hamba yang tunduk kepada Allah? Tidak. Itu adalah cermin ketamakan yang menodai fitrah kemanusiaan.

Ibadah yang sesungguhnya bukan hanya tentang shalat dan puasa, tetapi juga menjaga amanah sebagai khalifah di bumi. Menyembah Allah berarti menghidupkan cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya. Apa gunanya sujud berjam-jam jika setelahnya kita membiarkan tetangga kelaparan? Apa artinya berzikir jika perkataan kita menyakiti hati orang lain?

Bertuhan tidak cukup hanya di bibir. Bertuhan harus meresap ke dalam tindakan sehari-hari. Kita tidak bisa mengklaim mencintai Allah, sementara tangan kita menjadi penyebab penderitaan orang lain. Jika keimanan tidak melahirkan kebaikan, maka itu bukan iman, melainkan sekadar kedok belaka.

Mari kita renungkan, adakah ibadah kita sudah benar-benar menjadi cahaya bagi sekitar? Ataukah kita hanya sibuk mengejar pahala pribadi, tapi abai terhadap lingkungan dan sesama?

Saudara-saudaraku,

Mari bertuhan dengan kejujuran. Bertuhan dengan tindakan nyata. Jadilah manusia yang kehadirannya membawa manfaat, bukan kerusakan. Sebab Allah tidak hanya melihat ucapan kita, tetapi juga apa yang kita perbuat. Semoga kita menjadi hamba yang benar-benar mencerminkan nilai-nilai ketuhanan dalam setiap gerak langkah hidup kita.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar