|
ruangide5.blogspot.co.id |
Pohon
laban (Vitex pinnata), terkenal karena ketahanannya terhadap air, serangan
rayap, serta kekuatannya yang luar biasa. bahkan ketika pohon laban ini terbakar ia bisa bersemi kembali. Di beberapa wilayah di Asia Tenggara,
pohon ini memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya, termasuk di
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Selain sebagai bahan baku yang berkualitas,
pohon laban memiliki hubungan historis dengan Desa Nglaban, Kecamatan Loceret.
Nama desa ini diyakini erat kaitannya dengan pohon laban, yang dulunya banyak
tumbuh di daerah tersebut. Namun, yang lebih menarik adalah kisah tentang mbah
Pengging, seorang tokoh yang menurut cerita masyarakat setempat berperan dalam
pemberian nama desa ini. Tentu yang di sebut mbah pengging disini bukanlah tokoh dan santri dari syech Siti Jenar.
|
di tengarai akam mbah pengging/ruangide |
Berdasarkan cerita
turun-temurun, mbah Pengging yang kemudian bertempat tingal didesa ini,adalah seorang prajurit dari Kerajaan Pengging,
yang pernah berdiri pada abad ke-15 hingga ke-16 di daerah hulu Sungai Bengawan
Solo. Nama lama daerah Pengging adalah Bobodo, seperti yang disebutkan dalam
kisah perjalanan Bujangga Manik.
Sosok Ki Ageng Pengging
|
peninggalan bata kuno didekat makam,/ruangide |
Nama Pengging sendiri adalah nama kuno dari suatu wilayah yang
sekarang terletak di wilayah Boyolali. Pusatnya sekarang terletak di Banyudono jawa tengah.Di sebut Ki Ageng Pengging penyebutan ini mengacu pada sosok manusia yang saat itu, dikenal
sebagai seorang bangsawan yang memiliki keterkaitan erat dengan Kerajaan
Pengging: Ki Ageng Pengging adalah putra kedua Sri Makurung Prabu
Handayaningrat dan Retna Pembayun, yang masih memiliki hubungan darah
dengan Brawijaya V. Beliau adalah murid Syekh Siti Jenar, seorang wali yang mengajarkan
kesetaraan manusia tanpa melihat status sosial.
Ki Ageng Pengging adalah ayah dari Mas Karebet, ( joko Tingkir) yang kelak menjadi
Sultan Hadiwijaya, raja Kerajaan Pajang. Ia mendapatkan julukan "Pengging" karena jasanya dalam
membuka hutan di wilayah Pengging, Jawa Tengah. Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Kerajaan Demak karena dianggap memberontak, kerajaan demak bintoro dengan ulahnya yang tak mau sowan ke kota raja.
Meskipun dihormati sebagai
bangsawan, Ki Ageng Pengging mengalami ketegangan dengan Kerajaan Demak yang saat
itu dipimpin oleh Raden Patah. Pengging menolak untuk rutin menghadap ke Demak
dan memberikan penghormatan, karena ia merasa aturan tersebut tidak adil.
Penolakannya ini memicu kemarahan pihak Demak yang kemudian menuduhnya sebagai
pemberontak.
Akibatnya, Ki Ageng Pengging dihukum mati. Peristiwa tragis ini
meninggalkan bekas mendalam di hati pengikutnya, yang kemudian para pengikutnya mencari selamat sendiri sendiri, menyebar ke
berbagai daerah untuk menghindari kejaran pasukan Demak. Salah seorang pengikutnya atau bisa jadi salah satu prajuritnya dipercayai masyarakat, menetap di sebuah desa yang kemudian hari dikenal sebagai Desa Nglaban, di kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk saat ini. Dinamai "Nglaban" karena didasarkan pada pohon laban yang banyak tumbuh dan berkembang di wilayah tersebut.
Kehidupan Pribadi Mbah Pengging
Muda ( sang prajurit pengging)
Selain dikenal sebagai prajurit dan tokoh masyarakat,
Mbah Pengging muda memiliki kisah pribadi yang menarik perhatian. Diceritakan,
ia memiliki seorang istri yang sangat cantik, bahkan karena cantikya sang istri, kabar kecantikan nya menjadi buah
bibir hingga ke ibu kota kabupaten. Suatu hari, para pejabat kabupaten
berencana mengunjungi Desa Nglaban dengan tujuan disamping sidak desa juga ingin melihat langsung kecantikan
istri Mbah Pengging. Namun, mbah Pengging yang menyadari niat terselubung
mereka memutuskan untuk tidak memperlihatkan istrinya.
Sebagai gantinya, ia mengatur
siasat dengan mendandani pembantu rumah tangganya untuk berpura-pura menjadi
istrinya. Ketika para pejabat tiba, mereka terkelabui dan tidak menyadari bahwa
wanita yang mereka lihat bukanlah istri asli mbah Pengging. kepiawaian dan kecerdikan ini
menambah citra mbah Pengging sebagai sosok cerdas dan penuh taktik yang dihormati di mata
masyarakat desa.
Situs-Situs Bersejarah Terkait
Mbah Pengging
Hingga saat ini, jejak
peninggalan yang di anggap terkait mbah Pengging masih dapat ditemukan di Desa Nglaban. Salah
satu peninggalan yang diyakini berhubungan dengan mbah Pengging adalah rumah
yang pernah ditempati oleh mbah Parto Parmidi almarhum, yang konon katanya beliau masih keturunan mbah Pengging. Rumah
ini di tahun 1960 an bangunan yang paling depan pernah digunakan sebagai gedung sekolah dasar (SD) dan sekitar tahun 1980 an pernah disewa dalam waktu satu hingga dua bulan oleh grup ludruk
serta ketoprak untuk pertunjukan. Walaupun saat ini bangunan yang di maksud telah mengalami banyak perubahan di sana sini,
rumah ini saat masih berdiri tegak dan sebagai saksi bisu sejarah Desa Nglaban.
Di Dukuh Boto, yang merupakan bagian Desa Nglaban,
juga ditemukan dua makam kuno yang menurut sebagian warga dianggap dan di claim sebagai
makam mbah Pengging dan istrinya. Namun, kebenaran sejarah makam ini masih menjadi misteri.
Mbah Jamin, seorang tetua desa yang pada 2024 ini berusia 85 tahun dan tinggal di dekat makam
tersebut, mengaku bahwa tidak ada kepastian mengenai siapa yang dimakamkan di
sana. Ketika masih muda, Mbah Jamin pernah bertanya kepada kakeknya tentang
sejarah makam ini, tetapi kakeknya juga tidak mengetahui informasi yang jelas. pada hal di perkirakan kakek mbah Jamin hidup sekitar tahun 1.891.
hasil Wawancara dengan Mbah
Jamin: "Kulo mboten ngertos, mas, kulo nggih nate takon nopo niki
sak estu pesarean nipun mbah Pengging? ning kulo mboten nemu jawabane. Kulo nate tangklet mbah simbah kulo (kakek) naliko kulo tasih joko , tapi simbah nggih mboten wonten sing mangertos
pastine." (Saya tidak tahu, mas. Saya pernah bertanya apakah ini
benar-benar makam Mbah Pengging, tapi saya tidak menemukan jawabannya. Saya
bertanya pada kakek , tapi tidak ada yang tahu dengan
pasti).
|
Pohon laban (Vitex pinnata) |
Menurut cerita lain nya, dari mbah Jamin, sekitar tahun 1980 an dulu itu ada mantan lurah
sering mampir ke makam tersebut terkadang dalam keadaan mabuk setelah mengikuti
pertunjukan tayyub (seni tradisional). Lurah tersebut diantar pulang oleh
penjaga kampung atau orang yang sedang "gerdu" ke rumahnya di Desa Nglaban.
Sampai disini, Semua sejarah tentang mbah pengging masih belum terlacak dengan baik. Meskipun
beberapa warga mengaitkan makam ini dengan mbah Pengging, namun tidak ada sumber
sejarah valid yang bisa menguatkan klaim tersebut. atau belum ada bukti kuat bahwa makam itu adalah makam mbah pengging
Di dekat makam, terdapat sumur
yang dulunya dianggap memiliki khasiat, terutama saat musim labuh (penghujan
yang mendekati musim tanam). Anehnya, kepercayaan terhadap sumur ini lebih
populer di kalangan orang-orang dari luar kabupaten nganjuk di banding dengan warga setempat.
Warga luar sering datang untuk mengambil air dari sumur ini karena dianggap
membawa berkah, namun warga Dukuh Boto, desa Nglaban dan sekitarnya menganggapnya seperti sumur biasa tidak lebih seperti sumur sumur warga lain nya. Sayang nya di musim kemarau seperti saat kini, sumur
tersebut telah kering, seolah menyiratkan bahwa kekuatannya telah hilang
seiring berjalannya waktu.
Makam dan Mushola
Meskipun belum ada bukti kuat
mengenai kaitannya dengan mbah Pengging, makam tersebut kini terlanjur dibangun layaknya makam ulama atau wali, lengkap dengan mushola di sampingnya. Mushola ini
dibangun oleh salah satu warga Dukuh Boto yang sekarang tinggal di Kalimantan ( cerita mbah Jamin). Masih menurut mbah Jamin, pada malam-malam tertentu, tempat ini ramai dengan
orang-orang yang datang untuk sholat maupun berdoa.
"Mboten ngertos nopo leres nek niki niku, makam mbah Pengging nopo sanes, tapi dinten dniten tertamtu sering wonten tiyang sing mriki ngibadah,
sholat, lan ndonga." (Saya
tidak tahu apakah ini benar-benar makam mbah Pengging atau bukan, tapi hari-hari tertentu, ada orang yang datang untuk beribadah, sholat, dan berdoa).
Warisan Budaya
Meski beberapa aspek sejarah
Desa Nglaban masih belum jelas, cerita-cerita tentang Mbah Pengging, pohon
laban, makam kuno, serta rumah peninggalan yang ada di desa ini, tetapi cerita tutur yang berkembang selama ini, terus hidup
dalam ingatan masyarakat. Warisan budaya ini tidak hanya memberikan identitas
unik bagi Desa Nglaban, tetapi juga mengajarkan nilai kekuatan, kecerdasan, dan
kebanggaan kepada generasi selanjutnya—sebagaimana kekuatan dan ketahanan pohon
laban yang menjadi simbol desa ini.
Daftar
Pustaka
- Sutrisno, S. (1986). Babad Tanah Jawi: Babad Pengging.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
- Kartodirdjo, Sartono. (1993). Pengantar Sejarah Indonesia Baru:
1500-1900. Yogyakarta: Gramedia.
- Babad Demak. (2000). Babad Tanah Jawi: Sejarah Kerajaan Demak.
Jakarta: Balai Pustaka.
- Tim Penyusun Kabupaten Nganjuk. (1996). Sejarah Kabupaten
Nganjuk. Nganjuk: Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
- Geertz, Clifford. (1989). Abangan, Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2020). Sejarah Pengging dan
Pengaruhnya Terhadap Desa Nglaban.
Diakses dari: http://www.eastjava.com
- Kemdikbud RI. (2020). Babad Pengging dan Pengaruhnya di Jawa
Tengah dan Timur.
Diakses dari: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- Perpustakaan Nasional RI. (2021). Catatan Sejarah Desa Nglaban
dan Pohon Laban.
Diakses dari: http://opac.perpusnas.go.id
Nganjuk Okt 2024
Pak J (Sujarwa,S.Th.I )
Guru Sejarah di SMK..
085 607451 050