Allah sudah mengingatkan dengan tegas dalam Al-Qur’an:
“(Yaitu) pada hari (kiamat) ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”(QS. Asy-Syu’ara: 88–89)
Ayat ini menjadi tamparan keras bagi kita. Dunia dengan segala gemerlapnya sering membuat manusia merasa aman. Aman untuk bermaksiat, aman untuk meninggalkan sholat, aman menuruti hawa nafsu aman mengambil hak masyarakat, aman mengkhianati amanat. Padahal, rasa aman seperti ini hanyalah tipuan sesaat yang akan berubah menjadi ketakutan mengerikan di akhirat.
Sehat itu murah : Susu Kambing Probiotik
Rasa Aman yang Salah Kaprah
Banyak orang merasa aman karena masih diberi umur panjang, sehat, dan rezeki yang berlimpah. harta benda yang mengaggumkan, sertifikat tanah yang banyak dan berkuasa yang menggiurkan. Mereka lupa bahwa semua itu bukan jaminan keselamatan di hadapan Allah. Justru sering kali nikmat itu menjadi ujian: apakah kita bersyukur atau justru semakin berani melanggar perintah-Nya?
Rasa aman inilah yang menjerumuskan. Ia membuat manusia silau dengan harta, jabatan, dan pujian. Ia menutup mata hati sehingga dosa dianggap biasa, maksiat dipandang sepele, dan akhirat dilupakan.
Baca ini :Guru impresif investasi negara yang terlupakan.
Sepuluh Saksi yang Tidak Pernah Lupa
Manusia boleh lalai, tetapi saksi-saksi amal tidak pernah tidur. Setiap langkah kita, sekecil apa pun, dicatat dengan teliti.
Sekurang-kurangnya ada sepuluh saksi yang akan bersuara di hadapan Allah:
-
Telinga kita,yang mendengar.
-
Mata kita,yang melihat.
-
Lidah kita, yang berbicara.
-
Tangan yang bergerak.
-
Kaki yang melangkah.
-
Hati yang menyimpan niat.
-
Bumi yang diinjak.
-
Malam yang kita lalui.
-
Siang yang kita jalani.
-
Para malaikat Raqib, Atid, dan Hafadzah yang mencatat tanpa pernah salah.
Semua ini akan menjadi saksi, apakah kita gunakan untuk taat atau durhaka.
Nasehat untuk Jiwa yang Lupa
Rasa aman yang sejati hanyalah bagi mereka yang berusaha menjaga hati tetap bersih, yang tunduk pada perintah Allah, yang menahan diri dari larangan-Nya, serta yang sadar bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara.
Mari kita periksa hati kita masing-masing. Sudahkah kita benar-benar takut kepada Allah? Ataukah kita masih merasa aman untuk bermaksiat? aman untuk tidak berbuat adil. dan merasa aman berbuat curang, gosok sana geser sini untuk "jabatan dunia" ini
Ingatlah, rasa aman di dunia bisa berbalik menjadi ketakutan di akhirat. Tapi rasa takut kepada Allah di dunia justru akan berubah menjadi ketenteraman abadi di akhirat.
Semoga tulisan singkat ini menjadi pengingat bagi saya kususnya, dan bagi kita semua pada umumnya. Jangan biarkan hati kita tertipu oleh rasa aman yang palsu. Mari kita jaga iman, bersihkan hati, keadilan diri dan kembalikan seluruh langkah kita hanya untuk Allah.
Waalloh a'lam bishowab

















