Abdullah bin Az-Zubair memiliki nama lengkap Abdullah bin Az-Zubair bin AL-Awwam bin Khuwailid Al-Asadi. Dia merupakan anak dari Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abdullah pada tahun 1 H, dia merupakan bayi muslim pertama yang dilahirkan di Madinah sejak kaum muslim hijrah ke kota itu.
Abdullah tumbuh besar secara Islami murni di lingkungan Rasul dan sahabatnya. Dia merupakan sosok yang cerdas, tajam analisisnya, pemberani, dan mempunyai kecakapan dalam berperang.
Ketika Muawiyah dibaiat menjadi
khalifah, ia mempunyai hubungan baik dengan Abdullah bin Az-Zubair. Muawiyah
sering mengunjungi Abdullah, dan memujinya. Dari sinilah, Abdullah bin
Az-Zubair turut serta dalam berbagai perang, dan jihad di era Muawiyah. Mulai
dari pertempuran Ifriqiyyah, sampai pengepungan Konstantinopel.
Hubungan baik antara Abdullah dan
Muawiyah terus berlangsung sampai Muawiyah mendeklarasikan pembaiatan terhadap
putranya, sebagai pengganti. Abdullah bin Az-Zubair termasuk kelompok yang
kontra dengan kebijakan tersebut. Setelah Muawiyah meninggal, hal yang
diperhatikan Khalifah Yazid bin Muawiyah adalah menerima baiat dari Abdullah
bin Az-Zubair, dan Al-Husain bin Ali. Khalifah mengirim utusan untuk menemui
wali kota Madinah, Al-Walid bin Utbah, dan memerintahkannya menerima baiat dari
kedua tokoh tersebut.
Ketika Abdullah, dan Al-Husain diundang Al-Walid, mereka meminta waktu kepada walikota untuk memberikan jawaban. Pada akhirnya mereka sama-sama tidak memberikan baiat, kemudian keduanya pergi menuju Mekkah. Sesampainya di Mekah, Husain mendapatkan surat dari Kufah bahwa puluhan ribu orang Kufah telah menunggu untuk membaiat Al-Husain.
Ketika Al-Husain datang menemui
Abdullah bin Az-Zubair untuk memberitahukan permasalahan tersebut,
Abdullah melarang Al-Husain untuk pergi ke Kufah “Sudikah engkau pergi menemui
kaum yang telah membunuh Ayahmu, dan mengusir kakakmu?”. Perkataan Abdullah
merupakan peringatan agar Al-Husain mengurungkan niatnya, namun nasehat
Abdullah tersebut tidak dituruti Al-Husain, dan tetap berangkat ke Kufah.
Pasca meninggalnya Al-Husain,
Ibnu Az-Zubair tetap memilih menjadi oposisi Yazid bin Muawiyah. Masyarakat
berkumpul memihak Ibnu Az-Zubair karena mereka membenci Yazid atas terbunuhnya
Al-Husain. Sementara itu, Yazid tidak menemukan celah untuk menumpas Ibnu
Zubair, karena Ibnu Zubair berlindung di Masjidil Haram.
Yazid bin Muawiyha sangat marah
dengan sikap Abdullah bin Az-Zubair, dan bersumpah hanya mau menerima baiat
Abdullah jika ia sendiri yang datang ke Masjid Jami’ di Syam. Yazid pun
memerintahkan wali kota Madinah untuk mengirim orang guna menjemput paksa Ibnu
Az-Zubair ke negeri Syam. Walikota Madinah lantas mengirimkan Amr bin
Az-Zubair, adik kandung Ibnu Zubair. Ketika pasukan Ibnu Zubair bertemu pasukan
adiknya, dia berhasil menghancurkan pasukan tersebut, Amr sendiri terbunuh pada
pertempuran itu.
Sejak pertempuran antara saudara
itu,, Abdullah bin Az-Zubair tidak terjangkau oleh Khalifah Yazid, sampai
akhirnya Muslim bin Uqbah Al-Murri menyerang Ibnu Zubair atas perintah Yazid,
setelah menumpas pemberontakan Madinah pada akhir 63H. Namun, ditengah
perjalanan ke Mekkah, Muslim bin Uqbah meninggal, dan komando pasukan diambil
alih oleh Al-Hushain bin Numair As-Sakuni.
Pasukan Al-Hushain tiba di Mekkah pada tanggal 26 Muharram 64 H, tahun ketiga pemerintahan Yazid, dan mengepung Mekkah selama enam puluh empat hari. Selama itu, terjadi saling serang antara pasukan Ibnu Az-Zubair dan pasukan Syam yang menggunakan Manjaniq (ketapel raksasa) dari Gunung Qubais. Penyerangan tersebut menyebabkan kebakaran di Majidil Haram.
Ketika peperangan masih
berlangsung, Khalifah Yazid meninggal dunia pada 14 April Rabi’ul Awaal 64 H.
Mendengar kabar kematian Yazid, Ibnu Az-Zubair berteriak kepada pasukan Syam,
“Untuk siapa kalian berperang? Pemimpin kalian yang durhaka telah meninggal!.”
Teriakan Ibnu Az-Zubair memperlemah mental pasukan Syam, bahkan panglima
pasukan Syam, Al-Hushain bin Numari, sempat ingin membaiat Ibnu Az-Zubair
sebagai khalifah dan membawanya ke Syam. Tetapi, tawaran tersebut ditolak oleh
Ibnu Az-Zubair, dan dia memilih bertahan di Mekkah.
Dengan keputusan Abdullah nim
Az-Zubair bertahan di Mekkah, pada tahun yang sama dia dibaiat
orang-orang Mekkah, Madinah, dan Irak sebagai khalifah yang baru. Baiat
tersebut terjadi pada 7 Rajab 64 H. Sayangnya, Ibnu Az-Zubair tidak tahu
bagaimana mempertahankan kekhalifahan yang legal ini. dia sudah puas dengan
kedatangan utusan dari beberapa daerah yang suka rela membaiatnya, sambil tetap
berada di Mekkah. Bahkan dia sama sekali tidak berusaha memperkokoh, dan
melindungi baiat ini, Ibnu Az-Zubair justru memberi waktu Bani Ummayah untuk
membangun kembali pilar-pilar pemerintahannya, dengan mengusir keluar Bani
Ummayah dari Madinah.
Dengan berakhirnya pemerintahan
Yazid, Dinasti Umayyah mengalami masa kekacauan. Dinasti Umayyah baru dapat
bangkit pada masa Abdul Malik yang insyaallah akan kita bahas pada pembahasan
periode Kejayaan Dinasti Umayyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar