Terbentuknya VOC 1602 dan berdirinya Batavia 16-19
sebagai pusat pemerintahan dan Perdagangan Belanda telah membuka peluang lapangan pekerjaan khususnya dalam dunia bisnis.
Sebagai pedagang bertaraf Internasional. VOC tidak mungkin menangani usaha perdagangan itu melalui hulu sungai sampai Hilir nya.Dalam hal ini kegiatan perdagangan bagian hulu yakni kegiatan produksi dan mengumpulkan produk-produknya telah melibatkan para pedagang Cina.
Bahkan pada tahap selanjutnya peranan China makin meningkat Selain sebagai penyedia komoditas bagi perdagangan VOC juga berperan sebagai eksportir dan importir
Baik Mataram maupun VOC sebenarnya sama-sama membutuhkan jasa perantara orang-orang Cina. Dalam perdagangan, jika Amangkurat 1 memanfaatkan Cina guna mencapai tujuan politik dan ekonomi maka Belanda mengambil keuntungan dari kecakapan orang Cina sebagai pedagang untuk menyanyi dan memojokkan perdagangan lada atau merica di Banten dan menguasai perniagaan beras di pesisir utara Jawa.
Untuk kepentingan inilah Belanda kemudian berusaha menarik Cina ke Batavia. Kecakapan itu diakui Johan ketika mengunjungi Batavia pada 1628. bahkan VOC kemudian menugaskan sebagai kepala utusan ke Cina. Strategi lain diterapkan oleh VOC yaitu menjadikan Para produsen lada lokal tergantung pada tersedianya picis, uang tunai Cina sebagai alat pembayaran. Atas izin VOC sebelum kedatangan Belanda di Indonesia jumlah perdagangan lada tidak kurang dari 9,3 miliarpon bagian terbesarnya di ekspor ke China dan sisanya dijual ke India.
Kedatangan orang-orang barat di Indonesia membuat hubungan dagang yang selama ini dilakukan secara berantai berubah menjadi hubungan dagang langsung antara Indonesia Eropa Barat dan Eropa utara. Perkembangan ini telah mengubah peta perdagangan lada sebagai berikut
Untuk kepentingan inilah Belanda kemudian berusaha menarik Cina ke Batavia. Kecakapan itu diakui Johan ketika mengunjungi Batavia pada 1628. bahkan VOC kemudian menugaskan sebagai kepala utusan ke Cina. Strategi lain diterapkan oleh VOC yaitu menjadikan Para produsen lada lokal tergantung pada tersedianya picis, uang tunai Cina sebagai alat pembayaran. Atas izin VOC sebelum kedatangan Belanda di Indonesia jumlah perdagangan lada tidak kurang dari 9,3 miliarpon bagian terbesarnya di ekspor ke China dan sisanya dijual ke India.
Kedatangan orang-orang barat di Indonesia membuat hubungan dagang yang selama ini dilakukan secara berantai berubah menjadi hubungan dagang langsung antara Indonesia Eropa Barat dan Eropa utara. Perkembangan ini telah mengubah peta perdagangan lada sebagai berikut
- Arah perdagangan lada bergeser dari China ke Eropa
- Bangsa-bangsa Eropa terjun secara langsung dalam Niaga rempah-rempah yang semula didominasi oleh para pedagang Cina
- Harga lada melonjak drastis dari 10/12 untuk 10 kantong sekitar 500 Pon pada 1600 menjadi 50 Real pada tahun 1602 kecakapan dan keuletan para pedagang Cina yang tercermin dari posisi mereka dalam administrasi dan hukum adalah istimewa buktinya di setiap pelabuhan penting atau kota-kota perdagangan di pesisir utara Jawa di muara sungai seperti Pekalongan Batang, Tegal, Tuban, Lasem, sidayu, Pasuruan.
Selain para bupati nya memiliki hubungan keturunan dengan China parah Syahbandar nya tidak sedikit berasal dari kalangan mereka dilaporkan bahwa pendapatan pemerintah VOC yang diterima dari Semarang berjumlah sekitar RDS Rp7.000 dengan perincian sebagai berikut 1 setoran Syahbandar 2000-3000 pajak kepala yang dipungut dari Semarang 1000 pajak kepala penduduk Lembah rowo 800 penghasilan dari pos lain 200 jumlah tersebut untuk ukuran tahun 1678 1682 bukanlah jumlah yang kecil kegiatan utama orang-orang Cina memang dalam dunia perekonomian perdagangan dan pergumulan gula .Namun demikian di antara mereka ada pula yang mampu meraih kedudukan yang menuntut tanggung jawab dalam struktur pemerintahan kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar