MELALUI METODE SIMULASI PADA KELAS X APK 2
SMK SUNAN GIRI MENGANTI
Tahun Ajaran 2017
Oleh :
SUJARWA,S.Th.I
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah PTK
Pendidikan
merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Dengan adanya pendidikan diharapkan peserta didik akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang. (Arbi, Z. S halaman 19)
Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS).
Pendidikan
Dasar bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannva sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara,
dan sebagai umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan yang berikutnya.
Pendidikan Menengah Kejuruan harus selalu menyelaraskan
dan mengantisipasi perubahan agar materi dan pengalaman belajar dalam proses
belajar mengajar yang diberikan di Sekolah berguna untuk bekal
kehidupannya.Fungsi sekolah harus membantu mewujudkan kemandirian bagi peserta
didik dalam arti melek huruf, melek teknologi dan melek pikiran (Semiawan. C
1992: 12).
Dalam
Garis - Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) IPS, bahwa tujuan umum mata
pelajaran IPS pada jenjang pendidikan menengah yaitu :
1. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna
bagi dirinya dalam kehidupan sehari hari.
2. Pengajaran IPS yang bertujuan agar siswa mampu
mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa
lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dan cinta tanah air.
Sedangkan Inti
pembelajaran pendidikan 1PS di SMK
adalah sebagai berikut :
a.
Mengenalkan
kepada siswa tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya
b.
Memberikan
pengetahuan agar siswa memahami peristiwa-peristiwa serta perubahan yang
terjadi disekitarnya.
c.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengenal kebutuhan - kebutuhannya serta menyadari bahwa
manusia lain pun memiliki kebutuhan.
d.
Menghargai
kebudayaan masyarakat sekitarnya, bangsa juga budaya bangsa lain.
e.
Memahami
dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang bertalian dengan dirinya sendiri
maupun dengan bangsa lain di dunia.
f.
Memahami
bahwa antar manusia yang satu dengan lainnya saling membutuhkan serta dapat
menghormati harkat dan nilai manusia.
g.
Memahami
dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan pemantapan dan pengelolaan sumber daya
manusia dan sumber daya alam.
Kenyataan
yang ada pada masa sekarang ini,atau kondisi riil yang ada, ternyata kemajuan
teknologi melahirkan dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Dengan
banyaknya media visual yang menayangkan berbagai macam sajian berupa tontonan
maupun permainan - permainan sehingga minat baca siswa menjadi sangat kurang. Mereka lebih suka menghabiskan
waktunya untuk menonton televisi dan video game. Sehingga dampaknya hasil
pembelajaran Pendidikan IPS di kelas 10 APK 2 sekolah Menengah Kejuruan sangat rendah. Rendahnya hasil belajar siswa
pada akhir-akhir ini bisa juga diakibatkan oleh kondisi dan perkembangan mental
murid, seperti yang dikemukakan oleh Sumaatmaja. N halaman 11.
"Kemampuan
mental anak didik sesuai dengan tingkat umur dan pengalamannya berkembang mulai
dari tingkat umur atau tingkat pendidikan yang rendah menuju kearah kematangan.
Oleh karena itu bobot luas pendalaman materi IPS yang diajarkan harus
disesuaikan dengan kemampuan murid."
Berdasarkan
pengamatan dan penilaian secara langsung, bahwa pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah SMK yang bagi
sebagian siswa terasa membosankan, kurang menarik dan cenderung monoton.
Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang sangat tegas dan berupa
hapalan-hapalan serta ruang lingkup yang dipelajarannya adalah manusia sebagai
anggota masyarakat, gejala dan masalah sosial serta peristiwa tentang kehidupan
manusia di masyarakat.Oleh karena itu siswa dituntut untuk lebih memiliki minat
yang penuh dan sungguh – sungguh untuk mempelajarinya
Dengan
menggunakan metoda simulasi diharapkan dapat mendorong partisipasi peserta
didik, mempertinggi keterampilan - keterampilan, membantu mengembangkan sikap siswa, meningkatkan
prestasi .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut di atas yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerapan metoda Simulasi
pada pembelajaran pendidikan IPS di kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun
Pelajaran 2017/2018, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Bagaimana hasil belajar siswa kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran
2017/2018, sebelum guru menggunakan metode simulasi ?
2.
Apakah penerapan metode simulasidapat meningkatkan
prestasi siswa kelas X APK 2 SMK Sunan
Giri Tahun Pelajaran 2017/2018,dari prestasi sebelumnya?
3.
Apakah penerapan metode simulasi dapat menyebabkan
siswa-siswa lebih senang dalam belajar IPS ?
4.
Bagaimana kelebihan dan kekurangan metode simulasi dalam
pembelajaran IPS di kelas X APK 2
SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran 2017/2018,
C . Definisi Operasional
Untuk
mempertegas pemahaman terhadap penelitian ini, maka berikut ini di terangkan
makna sesuatu yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
1.
Penerapan Metode Simulasi
Penerapan
adalah upaya pengimplementasian sebuah ide dan gagasan yang di harapkan ide dan
gagasan tersebut menjadi seperti yang di
dan di programkan.
Metode merupakan suatu tata cara untuk
melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, maka dengan demikian
metode pembelajaran adalah suatu tata cara yang berhubungan erat dengan
pelaksanaan proses pembelajaran.
Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang
mendukung keberhasilan belajar peserta didik disamping faktor-faktor yang
lainnya seperti bahan pelajaran, perlengkapan pelajaran, kondisi belajar dan
lain sebagainya. Selain itu penerapan metode simulasi diharapkan dapat
menciptakan peserta didik belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa
tekanan, dalam keadaan yang lebih termotivasi untuk belajar, serta menciptakan
peserta didik untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya
2.
Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan suatu upaya mengembangkan potensi anak-anak, baik yang
baru lahir maupun yang sudah menginjak dewasa sehingga menciptakan pengalaman -
pengalaman baru dalam kehidupannya , melalui proses pembelajaran baik yang di
tata secara sistematis maupun tidak terstruktur. Yang di tata secara sistematis
berjalan melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Sedangkan yang tidak
terstruktur berjalan melalui pendidikan di jalur luar sekolah yaitu keluarga
dan masyarakat. (Drs. A. Tabrani Rusyan, 1996)
Proses
pembelajaran harus menciptakan suasana yang dapat membina serta mengembangkan
kreativitas, karena dengan mengembangkan kreativitas berarti menimbulkan
perasaan dihargai serta mendorong keberanian dan menciptakan gagasan kreatif
bagi peserta didik. Guru sebagai pembina dalam proses pembelajaran berupaya
merangsang peserta didik untuk menyelidiki, peneliti, bertanya dan mencoba.
Yang berfungsi sebagai narasumber dalam upaya menciptakan manusia yang
berkualitas melalui proses pembelajaran.
Ilmu
Pengetahuan Sosial bukan ilmu sosial. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau
IPS tidak hanya terbatas di perguruan tinggi, melainkan diajarkan mulai dari
tingkat sekolah dasar. Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini,
baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan
kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi
taktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu
saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing - masing. (Drs. Nursid
Sumaatmadja, 1980)
Proses
pembelajaran IPS, salah satu upaya untuk membimbing peserta didik memahami
situasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi. Proses pembelajaran yang
diharapkan adalah proses pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk
mengenali diri, mengembangkan potensi yang ada serta berusaha untuk rasa ingin
tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran IPS.
Proses
pembelajaran IPS dilaksanakan dengan metode simulasi, dengan teknik simulasi, permainan , simulasi, yang mempergunakan alat
alat , simulasi, berupa beberan, kartu pesan serta alat peraga yang sesuai
dengan pokok bahasan. Jadi penerapan metode simulasi tersebut untuk menunjang
perbaikan proses pembelajaran pada pendidikan IPS di kelas X APk 2 SMK Sunan
Giri Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik
Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam rangka menuju ke arah proses pembelajaran yang
lebih baik.
D. Tujuan Penelitian Tindakan
Ada
2 tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni terdiri dari tujuan umum
dan tujuan khusus.
a.
Tujuan umum
Secara
umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
pada pendidikan IPS di kelas X APk 2 SMK
Sunan Giri Menganti Kabupaten Kabupaten
Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan metode simulasi dengan
tujuan menghilangkan kejenuhan, menciptakan kegembiraan, menumbuhkan motivasi,
meningkatkan hasil dan proses pembelajaran serta berpikir kritis bagi peserta
didik.
b.
Tujuan khusus
Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah :
a.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menggunakan
metode simulasidi kelas X APk 2 SMK Sunan Giri
Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018.
b.
Untuk mendeskripsikan adakah peningkatan prestasi
belajar siswa setelah menggunakan metode simulasidi kelas X APk 2 SMK Sunan Giri Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun
Pelajaran 2017/2018.
c.
Untuk mendeskripsikan adakah minat siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode simulasidi kelas X APk 2 SMK Sunan Giri Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun
Pelajaran 2017/2018.
E. Manfaat Penelitian Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini yang menyuguhkan sebuah proses pembelajaran dengan penerapan
metode simulasi yang cermat dan seksama sehingga akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1.
Siswa
lebih memahami proses pembelajaran IPS melalui metode Simulasi.
2.
Guru lebih memahami tentang penggunaan metode Simulasi.
3.
Metode simulasidapat diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian Mata Pelajaran IPS
Ilmu
pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan
sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, tata negara dan IPS. IPS yang diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan terdiri atas dua bahan
kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan IPS. Bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan kajian
IPS meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa
kini (Metodik Khusus Pengajaran IPS di SMK. Depdiknas : 2003 halaman 1).
2. Fungsi Mata Pelajaran IPS
Pengajaran
pengetahuan sosial di SMK berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari
- hari, sedangkan pengajaran IPS berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan
bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa
kini (Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah Menengah Kejuruan. Depdiknas :
1995/1996 halaman 1).
3. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Tujuan
umum mata pelajaran IPS di SMK, agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga
siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
(Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah
Menengah Kejuruan. Depdiknas : 1995/19 halaman 2).
Tujuan
khusus mata pelajaran IPS di SMK antara lain mengenalkan kepada siswa tentang
hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, memahami peristiwa-peristiwa serta
perubahan - perubahan yang terjadi di sckitarnya, menghargai budaya masyarakat,
bangsa dan budaya lain, menghormati harkat dan nilai manusia, memupuk rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaan sendiri dan orang lain, memahami dan menghargai IPS
bangsanya (Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah Menengah Kejuruan. Depdiknas : 2007 ; halaman 2).
4. Prinsip - prinsip Pengajaran IPS
Dalam
mengajarkan bahan ajar pada IPS hendaknya dimulai dari lingkungan yang terdekat
yang sederhana sampai kepada bahan yang lebih luas dan kompleks. Pengalaman
pengalaman atau pengetahuan pendahuluan yang diperoleh dilingkungan sebelum
masuk sekolah Kejuruan sangat berpengaruh dalam menerima maupun mempelajari
konsep dasar, sehingga tugas guru dalam hal ini adalah memotivasi agar
pengalaman siswa tersebut dijadikan dasar dalam mempelajari IPS.
Dalam
belajar IPS pengalaman langsung melalui pengamatan, observasi maupun mencoba
sesuatu atau dramatisasi akan membantu siswa lebih memahami pengertian atau
ide-ide dasar dalam pelajaran IPS sehingga ingatan siswa terhadap konsep-konsep
yang dipelajari akan lebih mendalam.
Agar
pengajaran IPS tetap menarik dapat digunakan bermacam metode, perlu adanya
variasi penyajian bahan seperti nyanyian, deklamasi, bermain peran dan sosio
drama. Dalam pengajaran IPS, ada bagian yang perlu dihapalkan. Latihan dan
pengalaman langsung juga perlu dilaksanakan melalui suatu kegiatan pemecahan
masalah sehingga pengertian dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dapat
ditetapkan. metodik Khusus Pengajaran IPS di SMK. Depdiknas : 1995/19 halaman
2)
5. Teknik, srategi dan metode mengajar IPS
Di
bawah ini akan diuraikan tentang teknik, strategi dan metode mengajar IPS.
Pembahasan ini point -pointnya adalah sebagai berikut :
a. Membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS
Yang
dimaksud dengan konsep pada IPS yaitu kata atau ungkapan yang memiliki ciri
yang menonjol dan tidak dapat dipisahkan dari kontek IPS. Generalisasi
merupakan hubungan dari beberapa konsep. Untuk mampu mengembangkan generalisasi
guru IPS maupun anak didiknya harus memiliki untuk berpikir logis. Hal ini
semua menuntut keterampilan fisik-biologis maupun keterampilan mental psikologis
b. Mengajarkan ketrampilan pada pengajaran IPS.
Seperti
telah dibahas di atas, untuk membina konsep dan mengembangkan generalisasi
menurut suatu keterampilan. Keterampilan itu antara lain meliputi berbahasa,
keterampilan menggunakan pembendaharaan kata-kata yang berhubungan dengan
konsep IPS, keterampilan membaca keterampilan menggunakan peta dan globe,
ketrampilan alat-alat pelajaran dan lain sebagainya. Bagi anak keterampilan
tadi menjadi alat untuk mampu belajar lebih lanjut dan dapat memantapkan
kemampuan anak didik dalam berbagai kecakapannya.
c. Mengajarkan nilai dan sikap pada pengajaran IPS.
Suatu
sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi - konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal - hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup, karena itu, suatu sistem nilai budaya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem - sistem tata
kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan - aturan
khusus, hukum dan norma - norma semuanya juga berpedoman kepada sistem budaya
itu.
Jadi
nilai secara umum merupakan ukuran atau konsepsi tentang baik buruk, tentang
tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Menurut
Koencaraningrat menjelaskan sebagai berikut :
Suatu sikap adalah suatu
disposisi atau keadaan mental didalam jiwa dan diri seseorang individu untuk
bereaksi terhadap lingkungannya, baik lingkungan manusia maupun lingkungan
fisiknya. Walau berada di dalam diri seorang individu, sikap itu biasanya juga
dipengaruhi oleh nilai budaya dan bersumber pada sistem nilai budaya.
Mengajarkan
nilai dan sikap mental pada pengajaran IPS dilakukan melalui tanya jawab,
diskusi, tugas, dan proses belajar mengajar pada umumnya. Untuk membina nilai
dan sikap mental, harus dijiwai oleh nilai nilai yang luhur dan latihan
mengungkapkan sikap mental secara baik, terarah, terpuji, ditanamkan secara
berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar benar memancarkan
kebenaran, kelurusan dan tanggung jawab.
d. Mengembangkan inkuiri dan berpikir.
Peserta
didik harus dilatih dan dikembangkan daya pikir dan ketajaman berpikirnya
melalui pengajaran IPS dengan tujuan supaya mereka mampu berpikir kritis, mampu
melakukan pemecahan masalah masalah kehidupan berdasarkan kekuatannya sendiri.
Melalui
teknik dan strategi inkuiri yang terpadu ini anak didik pada pengajaran IPS
dapat diharapkan menjadi mampu:
1.
Mengidentifikasikan masalah dan pertanyaan tentang
hal-hal yang sedang dibahas atau dipelajari.
2.
Membuat referensi dan menarik suatu kesimpulan dari data
yang diperoleh.
3.
Melakukan perbaikan - perbaikan.
4.
Pengembangan hipotesa atas persoalan yang sedang dibahas
atau dipelajari.
5. Menggali bukti - bukti untuk menguji hipotesa.
6. Merencanakan bagaimana
melakukan penelaahan suatu persoalan atau masalah.
7.
Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
8.
Menentukan bukti - bukti yang diperlukan untuk melakukan
studi suatu masalah.
9.
Menentukan informasi - informasi yang relevan dengan
masalah yang sedang dibahas.
e. Prosedur Bertanya efektif pada pembelajaran IPS.
Tujuan
mengajukan pertanyaan dalam rangka pengajaran IPS ini yang pertama adalah untuk
menguji apakah tujuan instruksional yang kita susun berdasarkan pokok bahasan
yang menjadi materi pelajaran IPS telah tercapai atau belum. Bagi guru IPS,
teknik dan strategi bertanya efektif itu harus berlandaskan tujuan, penekanan,
dan bobot penyebarannya. Aspek pertanyaan harus dilandaskan kepada tujuan
mengungkapkan ingatan, pengertian, analisa, penerapan, sintesa, interpretasi,
peramalan, evaluasi, penarikan kesimpulan, membimbing belajar secara bebas,
pengungkapan sebab akibat menyusun suatu resume dan lain - lain. Metode
pengajaran IPS adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan.
Jadi
dalam memberikan pengajaran IPS guru harus memperhatikan teknik strategi dan
metode mengajar IPS, agar proses pembelajaran IPS dapat dipahami dan dimengerti
oleh peserta didik.
2. Kesulitan - kesulitan dalam belajar IPS
Kesulitan
belajar IPS yang dialami oleh siswa karena pengajaran IPS merupakan pengajaran
yang bukan hanya untuk diingat semata - mata, melainkan lebih jauh dari itu,
karena menyangkut pembahasan masalah kehidupan, juga menjadi bahan yang dapat
mempertajam penalaran anak didik.
Selain
itu karena masalah-masalah yang menjadi materi IPS menuntut penghayatan dengan
menggunakan perasaan, emosi, kesadaran, kepekaan penghayatan terhadap masalah sosial
yang terjadi di sekitarnya, maka siswa dituntut untuk cakap dan terampil dalam
memecahkan permasalahan tersebut.
Penanaman
nilai, pembinaan sikap dan latihan keterampilan, anak didik pada pengajaran IPS
dapat diharapkan mampu :
a.
Mengidentifikasikan masalah dan pertanyaan tentang
hal-hal yang sedang dibahas atau yang sedang dipelajari.
b.
Membuat referensi dan menarik suatu kesimpulan dari data
yang diperoleh.
c.
Melakukan perbandingan - perbandingan.
d.
Dapat mengembangkan suatu persoalan yang sedang dibahas
atau dipelajari.
e.
Menggali bukti-bukti untuk menguji hipotesa.
f.
Merencanakan bagaimana melakukan penelaahan suatu
persoalan atau masalah.
g.
Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
h.
Meramalkan bagaimana perkiraan hasil studi yang
bersangkutan.
i.
Menentukan bukti hukum yang diperlukan untuk melakukan
studi suatu masalah.
j.
Menentukan informasi - informasi yang relevan dengan
masalah yang sedang dibahas.
B.
Metode Simulasi
1. Pengertian
Kata
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura pura atau berbuat seolah
- olah, atau perbuatan yang pura pura saja. Simulasi dapat digunakan untuk
melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Paul Tselker dalam Strategi Belajar Mengajar halaman 78 Simulation
is defined abstaining the essence of something but without all aspect of
reality. (Simulasi adalah mendefenisikan nilai sesuatu tapi tanpa aspek
sesungguhnya dalam artian hanya berpura - pura saja.
Dalam
Simulasi para siswa dapat :
1. Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh
atau pribadi tertentu, misalnya, sebagai pahlawan, petani, dokter, atau guru.
Siswa dilatih menghargai jasa dan peranan orang lain.
2. Berperan sebagai benda - benda, misalnya berpura - pura
sebagai gunung, pohon, angin atau awan.
Dawson
(1962) dalam Strategi Belajar Mengajar halaman 78 mengemukakan bahwa : "Simulasi
merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan
mengoperasikan sualu model yang mereplikasi proses - proses prilaku.
" (dalam Hyman, 1970 - 233). Cardille mengemukakan penemuan beberapa guru
yaitu Simulasi dan permainan merupakan metode mengajar yang tinggi
efektifitasnya dalam menyederhanakan situasi kehidupan dan menyajikan
pengalaman - pengalaman yang menuntun kearah diskusi. Berdasarkan pendapat
Dawson, Clark C. Abt dan pernyataan Cardille, dapat ditandai bahwa Simulasi
berkenaan dengan perilaku berpura-pura dan situasi tiruan. (Strategi Belajar
Mengajar halaman 78)
2.
Model atau bentuk- bentuk Simulasi
Menurut
Gilstrap dalam upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar dikemukakan
beberapa bentuk Simulasi antara lain :
2.1.
Peer teaching
Latihan
atau praktik mengajar, yang menjadi murid adalah temannya sendiri. Tujuannya
untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
2.2
Sosiodrama
Sosiodrama
adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan
terlebih dahulu dan tanpa menyuruh anak menghapal sesuatu. Pokok atau masalah
yang didramatisasikan atau diperankan ialah yang berhubungan dengan situasi
sosial yang bertalian dengan hubungan antar manusia. Sosiodrama ini sering kita
dapati pada anak - anak kecil misalnya mereka memerankan sebagai ayah dan ibu
dengan bonekanya. Tujuannya adalah agar anak dapat menghayati perasaan orang
lain dan dapat memecahkan masalah - masalah sosial.
2.3.
Psikodrama
Permainan
peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh
insight atau pemahaman yang lebih baik tentang dirinya dan dapat menemukan self
concept. Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan
adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang. Misalnya
memerankan orang yang sedang sedih atau gembira.
2.4.
Simulasi game
Simulasi
game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan menanti
peraturan - peraturan yang ditetapkan contohnya bermain monopoli, catur,
sepakbola, dan sebagainya.
2.5.
Role playing
Role
playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali
peristiwa - peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan - kemungkinan masa
depan dan mengekspos kejadian - kejadian masa kini. Permainan ini lebih cocok
untuk pelajaran IPS.
3. Langkah - langkah Simulasi
Langkah
- langkah yang dapat dilakukan melaksanakan metode Simulasi ini antara lain :
3,1.
Tahap orientasi yaitu menentukan tema.
Pada langkah
Kejuruan ini guru menjelaskan tema yang akan digarap, konsep yang akan
ditanamkan dalam Simulasi yang aktual, menjelaskan Simulasi, bila siswa baru
Kejuruan kali berhadapan dengan permainan tersebut dan memberikan uraian
singkat tentang permainan itu sendiri.
3.2.
Merumuskan nilai - nilai yang akan didiskusikan.
Penentuan
nilai - nilai yang akan didiskusikan dapat dibicarakan dengan para siswa dan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru menjelaskan nilai - nilai yang
akan digunakan dalam Simulasi yang akan dilakukan.
3.3.
Menyiapkan alat peraga (perlengkapan) Simulasi berupa :
- Beberan (caption).
- Alat penentu langkah (misalnya dadu).
- Gaco.
- Kartu pesan.
3.4.
Merumuskan tata tertib.
Guru
menetapkan skenario dan memberikan penjelasan tentang aturan permainannya.
Seperti : aturan dan cara bermain, pemberian nilai, tipe - tipe keputusan yang
harus dilakukan serta tujuan permainan itu sendiri. Guru mengorganisir siswa ke
dalam berbagai variasi aturan dan mempersingkat pelaksanaan untuk meyakinkan
siswa dalam memahami setiap arah dan mempergunakan aturan - aturan yang ada.
3.5.
Menentukan pemegang peran.
Guru
memilih pemegang peran atau para pemain yang sesuai dengan karakter yang akan
ditampilkan dalam permainan Simulasi yang akan dilakukan, serta membantu para
pemegang peran atau para pemain untuk mempersiapkan diri. Peran - peran
tersebut antara lain misalkan siswa berperan sebagai :
- Fasilitator.
- Penulis.
- Pemain.
- Penonton (peserta) dan lain - lain.
3.6.
Permainan Simulasi.
Di
sini permainan dan pengadministrasian Simulasi mulai berjalan. Permainan dapat
dihentikan sementara untuk memberikan kemungkinan bagi siswa menerima umpan
balik, mengevaluasi penampilan dan ketetapan yang telah dilakukan dan
memperjelas beberapa penyimpangan dari konsep sebenarnya.
Selama
Simulasi guru mensupervisi kegiatan untuk menjamin bahwa peran dan tanggung
jawab pemeran terlaksana sesuai dengan peraturan atau petunjuk Simulasi.
Memberikan motivasi umtuk memperbaiki kegiatan, sementara kegiatan berjalan.
3.7.
Tanya jawab.
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh, guru dapat membantu siswa dalam memusatkan perhatiannya
pada :
- Kejadian, persepsi dan reaksi siswa.
- Menganalisis proses yang telah dilakukan.
- Membandingkan peristiwa dalam Simulasi dengan dunia nyata.
- Menghubungkan kegiatan dengan isi pelajaran.
- Menilai serta merencanakan kembali Simulasi.
3.8.
Mengadakan evaluasi kegiatan dan tindak lanjut.
Dalam langkah
ini mencakup kegiatan :
- Penyampaian kritik dan saran dan pengamat tentang Simulasi yang dilaksanakan.
- Pengungkapan pendapat - pendapat dan saran perorangan.
- Penyampaian kesimpulan - kesimpulan dan saran dari guru.
4. Tujuan metode Simulasi
Secara umum
tujuan pemakaian metode Simulasi adalah sebagai berikut :
a.
Mendorong partisipasi.
b.
Mempertinggi keterampilan - keterampilan membuat
keputusan.
b.
Memanfaatkan sumber - sumber yang berhubungan dengan
keputusan - keputusan yang hendak dibuat
c.
Membantu mengembangkan sikap siswa.
d.
Mengembangkan persuasi dan komunikasi.
e.
Memperkenalkan kepada para siswa tentang peranan
kepemimpinan. (Cardille dalam Canei,1986 : 45)
Davies
(1987 : 241) mengemukakan bahwa Simulasi dapat ditujukan untuk mengetahui
keterampilan kognitif yang diperoleh melalui metode lain dan untuk mengubah
sikap. Dengan metode Simulasi sebuah masalah dipecahkan bukan dengan membahas
masalah ini, melainkan dengan memilih
situasi dimana masalah itu terjadi.
Dari
Cardille dan Davies, dapat kiranya dikemukakan tujuan pemakaian metode Simulasi
dalam kegiatan belajar adalah :
1.
Mengembangkan sikap dan keterampilan tertentu, baik yang
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari - hari.
2.
Melatih para siswa memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sumber - sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah.
3.
Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang
telah dipelajari.
5.
Kelebihan metode Simulasi
Metode Simulasi
mmempunyai kelebihan yaitu :
a.
Kegiatan Simulasi menciptakan kegembiraan pada diri
siswa sehingga para siswa terdorong untuk berpartisipasi.
b.
Metode ini mendorong guru untuk mengembangkan kegiatan -
kegiatan Simulasi atau tanpa bantuan
para siswa.
c.
Metode lama memberikan kemungkinan melakukan eksperimen
yang tidak mungkin dilakukan pada lingkungan yang sebenarnya.
d.
Mengurangi keabstrakan dari hal - hal yang dipelajari,
sebab walaupun yang dipelajari bersifat abstrak tetapi dipelajari melalui
kegiatan yang ada.
e.
Metode ini tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang
pelik dalam banyak hal, para siswa hanya memerlukan pengarahan atau petunjuk
yang sederhana.
f.
Metode ini memerlukan jenis interaksi antarsiswa yang
memungkinkan timbulnya keutuhan yang sehat (kondusif) antar para siswa.
g.
Metode ini seringkali memperoleh respon positif dari
siswa yang lamban, kurang cakap atau kurang motivasinya.
h.
Beberapa kegiatan Simulasi meningkatkan dan memberikan
pemikiran kritis pada diri siswa karena mereka terlibat langsung dalam
menganalisa langkah - langkah yang mungkin dan kemungkinan konsekuensi dari
langkah itu.
i.
Metode ini memungkinkan guru bekerja dengan tingkat
kemampuan siswa yang berbeda - beda pada waktu yang sama.
(Gilstrap, 1975 : 89)
Selain
memiliki keunggulan - keunggulan, metode Simulasi juga memiliki kekurangan -
kekurangan yang mencakup :
a.
Keefektifannya dalam memperbaiki kegiatan belajar belum
dapat dilaporkan dalam penelitian - penelitian mutakhir.
b.
Metode ini menjadi mahal semenjak banyaknya permainan Simulasi
yang komersil. Pembiayaan yang mahal menyebabkan para penentang mempertanyakan
banyaknya Simulasi yang hanya diperuntukkan memperbaiki motivasi belaka.
c.
Metode ini memerlukan pengelompokan yang luwes, begitu
juga diharapkan keluwesan penggunaan ruang kelas dan gedung yang seringkali
tidak memungkinkan.
d.
Metode ini banyak menuntut imajinasi dari guru dan siswa
yang terlibat.
e.
Seringkali mendapat kecaman dari para orang tua, karena
kegiatannya melibatkan unsur permainan di dalamnya.
(Gilstrap, 1975
:89)
Adanya
keunggulan - keunggulan dan kekurangan - kekurangan metode Simulasi merupakan
bekal pertimbangan dalam pemakaian metode Simulasi. Dengan adanya kekurangan -
kekurangan yang dimiliki oleh metode Simulasi, bukan berarti metode Simulasi
dapat ditinggalkan begitu saja.Metode Simulasi dalam hal - hal tertentu akan
sangat membantu terciptanya situasi yang menyenangkan dalam interaksi belajar
mengajar di kelas.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Setting penelitian
Penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan
MC. Taggart (1988). Yang mana Kemmis mengembangkan modelnya berdasarkan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang
pemecahan masalah (Kasihani Kasbalah E. S;
2000: 13).
Selain
itu penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian kualitatif yang
dilakukan untuk mencari makna yang melatarbelakangi pembelajaran proses yang
dilakukan guru dan siswa sehingga akan dicapai tingkat pemahaman masalah yang
ada, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan IPS.
Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang praktis untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di
kelas. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah definisi yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Carr Ebbut, Taggart dan Kent Lewin (Kasbalah, 2000; 14 - 15) yang menyatakan sebagai
berikut :
Kemmis dan Carr (1986) mengemukakan bahwa penelitian
tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini
dilakukan.
Ebbut
(1985) penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam
upaya mernperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan
praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
Kemmis
dan Taggart (1982) berpendapat, penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu
proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi dalam bentuk spiral. Sedangkan Kurt Lewin (1992 : 147)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu
rangkaian langkah - langkah (a spiral of stef). Setiap langkah terdiri atas
empat tahap yaitu perencanaan, tindakan observasi dan refleksi.
Dari
beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh para pakar
diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan dalam bidang pengajaran yang dilaksanakan dalam ruang
lingkup kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Secara
sederhana penelitian tindakan merupakan learning by doing, dimana sekelompok
orang mengidentifikasi masalah, melakukan suatu kegiatan untuk menemukan
pemecahan masalah, mengkaji upaya-upaya mereka, dan jika tidak memuaskan mereka
mencoba melakukan pemecahan masalah kembali. (O'Brien, 1998: 2).
Selain
itu penelitian tindakan adalah suatu upaya dari berbagai pihak terkait
khususnya guru sebagai pengajar, untuk meningkatkan atau memperbaiki proses
pembelajaran kearah tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri.
Masalah penelitian ini bersumber dari lingkungan kelas yang dirasakan sendiri
oleh guru untuk diperbaiki, dievaluasi dan akhirnya di buat suatu keputusan
sebagai suatu solusi dan dilaksanakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah
dalam pembelajaran tersebut.
2.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahap ini peneliti, terutama guru (praktisi) melakukan tindakan - tindakan yang
berupa intervensi terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas
sehari - hari. Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, istilah tindakan
dipahami sebagai aktifitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan
adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek
pendidikan dalam kondisi kelas tertentu Sumarno ( Kasbolah, 2000; 87 dan 88).
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu melaksanakan kegiatan tindakan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan penelitian terfokus ke
dalam proses pembelajaran pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan guru merupakan
hasil kesepakatan antara guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan peningkatan hasil belajar siswa.
3. Data dan sumber
Data
Kegiatan
observasi dilaksanakan ra guru peneliti dengan menggunakan pedoman observasi
yang telah disiapkan sebelumnya.
Kasbolah ( 2001) : 73 dan 74), mengatakan :
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian
tindakan kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data
dalam penelitian formal. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam
penelitian tindakan kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah
data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data
tentang hasil belajar juga diperlukan. Observasi dikatakan sebagai teknik yang
paling tepat pada penelitian tindakan kelas lebih cenderung disebut penelitian
kualitatif sehingga datanya cenderung kualitatif
Observasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi
dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Observasi dalam penelitian
tindakan kelas digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang tercermin
dari interaksi guru- siswa, interaksi siswa dengan siswa, aktivitas guru,
aktivitas siswa dan suasana kelas. Instrumen ini digunakan baik pada waktu
identitikasi masalah maupun pada waktu pelaksanaan "action ".
Penyusunan pedoman observasi dapat didasarkan pada pedoman pelaksanaan
observasi di luar kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1985 ; 1993) maupun
Mifflen dalam bukunya "Looking In The Classroom" (1986).
Sumarmo
(dalam Kasbolah, 1998 / 1999 : 93 dan 94), mengemukakan sasaran dalam observasi
yaitu sebagai berikut : (1) seberapa banyak pelaksanaan tindakan telah sesuai
dengan rencana tindakan yang ditetapkan sebelumnya, (2) seberapa banyak
pelaksanaan tindakan telah menunjukan tanda-tanda akan tercapainya tujuan
tindakan, (3) apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan positif meskipun
tidak direncanakan, (4) apakah terjadi dampak sampingan yang negatif sehingga
merugikan atau cenderung mengganggu kegiatan lainnya. Pada tahap ini kegiatan
yang dilakukan peneliti yaitu untuk melihat hal-hal mana yang harus diperbaiki,
diubah, ditambah atau dikurangi bahkan dihentikan bila tidak ada kesesuaian
terhadap suasana proses pembelajaran.
4.
Tahap Refleksi
Pada
tahap refleksi peneliti mengingat dan merenungkan kembali segala sesuatu
ditemukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran lalu ditindaklanjuti dengan
kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi bersama antara guru staf sekolah. Tahap ini merupakan kegiatan
analisis - sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua
informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1998: 74).
Refleksi
dilakukan (1) pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, (2) ketika
tindakan sedang dilakukan, dan (3) setelah tindakan dilakukan. Ketiga konteks
kegiatan refleksi ini oleh Killion dan Todnem (dalam Kasbolah, 1998 / 1999
:1Q0) dinamakan reflection for action, reflection in action, dan reflection on
action.
Kajian
terhadap refleksi ini adalah menelaah apa yang telah terjadi dan tidak terjadi
serta menentukan alternatif pemecahannya. Melalui proses refleksi dapat ditarik
kesimpulan untuk dijadikan acuan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan
kualitas pembelajaran yang diterapkan pada siklus berikutnya.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Menganti
Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018. Dasar pertimbangan memilih lokasi
subjek penelitian adalah :
1.
SMK Sunan Giri Menganti merupakan lokasi tempat tugas
peneliti sehingga memudahkan koordinasi serta pemahaman terhadap situasi dan
kondisi setempat.
2.
Kondisi sosial ekonomi siswa, rata-rata siswa yang masuk
sekolah ini berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah ke bawah.
3.
Kualifikasi guru, rata-rata guru-guru yang bertugas di
SMK Sunan Giri semuanya sudah
berkualifikasi pendidikan S-1, bahkan ada yang
S-2.
D. Instrumen Penelitian
Teknik
pengumpulan data tentang proses pelaksanaan tindakan, pengaruh pelaksanaan
tindakan dan untuk mengetahui hasil setelah pelaksanaan tindakan digunakan
catatan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri atas :
1.
Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran
siswa dan tindakan guru dengan menggunakan metode Simulasi pada pembelajaran Pendidikan IPS. Proses
pembelajaran yang diamati diantaranya aktivitas siswa .
Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus (Cycle). Setiap siklus
tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya
tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap dalam siklus dilaksanakan peneliti dan
guru sudah melibatkan diri secara aktif dari intensif dalam rangkaian kegiatan
penelitian.
Model
siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral seperti yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1988 : 13) yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (observe) dan refleksi. Kemudian pada
siklus berikutnya kegiatan peneliti pada dasarnya sama, tapi adanya modivikasi
dan koreksi pada setiap tahapnya. Siklus kegiatan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Secara
rinci tahap - tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus adalah sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
Tahapan
perencanaan dimulai dengan konfirmasi ide penelitian kepada kepala sekolah dan
para guru, terutama guru mata pelajaran
IPS yang kelasnya dipergunakan sebagai penelitian. Setelah diperoleh
kesepakatan tentang masalah penelitian, lalu ditindaklanjuti dengan observasi
pelaksanaan pembelajaran di kelas . Kegiatan selanjutnya adalah menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan oleh guru yang meliputi : penyusunan
skenario pembelajaran dan persiapan alat - alat observasi yang diperlukan.
Data
awal yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti melihat langsung dari data
hasil ulangan yang sudah terdokumentasi yang ada pada daftar nilai yang
diperoleh dari guru mata pelajaran IPS. Tetapi untuk lebih spesifik pada data
awal disusun rencana pembelajaran dari pokok bahasan tertentu tetapi belum menerapkan
metode Simulasi.
Dari
data awal dapat diketahui kondisi siswa di kelas X APK 2. Kemudian peneliti dan
rekan guru (observer) pembelajaran
dengan menggunakan metode Simulasi. Kegiatan selanjutnya peneliti menyusun
tindakan pelaksanaan penerapan metode sesuai dengan permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Rencana tindakan ini peneliti melakukan hal - hal
sebagai berikut : Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian
sesuai dengan waktu dan program pengajaran serta sesuai dengan jadwal pelajaran
sebagaimana biasanya
Teknik Analisa Data
Teknis
analisa data peneliti menggunakan cara dan methode kual
atau orang sering menyebutnya dengan kualitatif dan di diskripsikan
sebagai berikut :
Untuk
mengetahui proses pembelajaran IPS di kelas
X APK2 sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan observasi dan
perenungan tentang proses pembelajaran IPS. Observasi ini dilaksanakan pada
tanggal 20 Sept 2017 pukul 10:00 - 11
.20 dengan pokok bahasan Pergerakan Nasional Indonesia. Sebelum memulai
menyampaikan materi pelajaran inti guru memulai dengan kegiatan awal berupa
apersepsi dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan mempergunakan metode ceramah
serta diselingi dengan tanya jawab dan terakhir guru mengadakan evaluasi.
Data
hasil belajar siswa pada kondisi awal pembelajaran IPS tentang Pergerakan
Nasional Indonesia diperoleh nilai rata - rata 5,57. Siswa yang mendapatkan
nilai 6 atau lebih sebanyak 12 orang atau sekitar 57,14%, dan siswa yang
mendapat nilai kurang dari 6 sebanyak 15 orang atau sekitar 42,86%. Hasil perolehan belajar di atas menunjukan
belum memperoleh rata - rata yang maksimal atau kurang dari 80% yang mendapat
nilai 6 ke atas. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada proses
pembelajaran peserta didik kurang memahami dan mengerti tentang materi yang
disampaikan sehingga dalam menjawab soal-soal evaluasi asal mengisi saja Oleh
karena itu penulis mencoba menerapkan metode Simulasi pada pembelajaran IPS
sebagai salah satu metode yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa
untuk lebih memahami atau mengerti dan berpikir kritis dalam menyelesaikan
soal-soal IPS serta memotivasi siswa untuk lebih senang pada pelajaran IPS.
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Menurut
WHO, indikator merupakan variabel yang bisa membantu kita dalam kegiatan
pengukuran berbagai macam perubahan yang terjadi baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Maka
dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memggunakan motorik halus sebagai
sarana mengukur peminatan dan ketertarikan siswa terhadap materi Ips sedangkan
peningkatan nilai akademik sebagai ukuran peningkatan prestasi siswa pada
materi IPS dengan methode simulasi
Indikator keberhasilan pada Penelitian Tindakan Kelas ini didasarkan
kepada ketentuan sebagai berikut :
1. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan
akademiknya dikategorikan berhasil dengan baik minimal 80 %.
2. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan
akademiknya dikategorikan sedang apabila hasil mencapai 50%-79%.
3. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan
akademiknya dikategorikan kurang apabila hasil hanya mencapai < 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Z. S, dan Syahrun, S. ( 2001). Dasar Dasar Kependidikan, Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Kurikulum
Pendidikan Dasar, UU RI No 20 tahun 2003 tentang SISMKIKNAS, Strategi Belajar
mengajar (1991-1992), Metodik Khusus Pengajaran IPS (1995/1996).Jakarta.
Kasbolah,K,
( 2001), Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas.
Moedjiono, dan Dimyanti, M. ( 2001). Strategi Belajar
Mengajar. Depdiknas Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
Moleong,
J. L. (1996). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rochmadi, W. N. (1997). Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Jurnal pendidikan
No.4 tahun XVI 1997.
Rusyan,
T. A. ( 2001). Learning Of Simulation. CV. Mahardika
Jakarta
Semiawan, C. ( 2006). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sumaatmaja,
N (2005). Metodologi Pengukuran Ilmu Sejarah. Bandung : Alumni.
Sumanti,M,
dan Permana, J (1998 /1999). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas.
Syah,
M (2002). Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sukidin,
et aL (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya :
Insan Cendekia.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2002). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung
: Depdikna UPI.
Usman U. M (1996). Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
https://pengertiandefinisi.com › Umum di ambil tanggal
7 okt 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar