Jika perjuangan
itu, adalah mengantarkan seseorang menjadi pemimpin negeri ini, maka
kemerdekaanya adalah terbebasnya masyarakat
dari belenggu kekejaman pemimpin itu, hidupnya terayomi, ekonominya
terlindungi, kepentingan masyarakatnya dan kebutuhan terpenting masyarakatnya
terpenuhi, masyarakat tak perlu di himbau untuk husnudzon, dengan kebijakan
sang pemimpin, masyarakatnya tak perlu harus berpositif thinking
terhadap keputusan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Karena mereka
percaya bahwa apa yang di perbuat pemimpinnya adalah baik baginya, semua untuk keberhasilan
masyarakatnya bukan keberhasilan dirinya, keluarganya dan kelompok nya. Apalagi
hanya anggota partainya.
masyarakat tak perlu,harus curiga uang rakyat di habiskan untuk foya foya,
masyarakat tak harus berdemo menurunkannya, memintanya legowo meninggalkan
istana, karena sang pemimpin nya jujur, visioner,sholeh dan paham terhadap aturan agama yang dianutnya.
Jika ada
pemimpin yang ingin memenuhi janji kemerdekaan bagi masyarakat yang telah
memilihnya, mempercayakan amanahnya, dan menggantungkan nasib bangsa dan negara
ini kepadanya, lantas sang pemimpin masih meminta rakyat untuk tunduk pada
kekuasaan nya, patuh terhadap keputusan keputusan dan MEMINTA masyarakat Berpositif
Thingking terhadap apapun kebijakan yang di hasilkanya, maka Dia adalah
pemimpin untuk masyarakat nya yang berwatak penjajah terhadap bangsanya.
Secara psikis
masyarakat agrais seperti yang mayoritas hidup di negeri ini, mereka memiliki
jiwa tunduk tanpa di mintanya, memiliki rasa positif Thingking tanpa di
himbaunya. Dan memiliki kekuatan rasa membela tanpa batas, terhadap sang
pemimpin yang jujur.visioner dan sholeh. Karena mereka sangat paham bahwa pemimpin
yang memiliki JVS ( Jujur, Visioner, Sholeh) semua yang di lakukannya
akan di baktikan terhadap masyarakatnya, rakyatnya dan bangsanya. Bukan untuk
dirinya, keluarganya, dan kelompoknya semata
Berbicara positif thinking, bangsa ini sudah sangat teruji dalam
melakukannya, prilaku itu,seakan sudah menyatu dengan aura jiwa mereka. Bahkan positif
thinking terhadap pemimpin itu sudah di mulai sebelum himbauan untuk melakuakan
itu di HIMBAUKAN
Saat sang petani menanam padi dan mereka susah cari pupuk, kalau ada, harganya pun mahal mereka sudah positif thinking. Mungkin rezim lagi bingung. Bagaimana mengelola pupuk yang baik. Sehingga harga pupukpun tidak mampu mereka kendalikan.
Dan ketika
petani mengalami saat panen raya, di desa desa, Rezim dengan sangat rajin nya impor beras mereka pun positif thinking. Terbukti nyaris tak terdengar mereka melakukan
protes seperti mahasiswa.
mereka positif thinking dengan memilih hidup Qona’ah ( terimo ing pandum)
Saat anak anak
kita butuh pekerjaan nyaman dan tetap di perusahaan, rezim pun keluarkan kebijakan
yang sangat meresahkan untuk kaum pekerja Indonesia dengan judul outsourcing
merata seluruh Indonesia. Akibatnya anak anak dan kaum pekerja mengalami ni’mat
dalam sengsara karna setiap 3 bulan sekali mereka harus rela di depak dari industry
atau dengan rasa kekalahan mereka harus mengundurkan diri
Dan jika mereka ingin kembali di tempat itu untuk bekerja, mereka harus rela bikin lamaran kerja lagi...
Mereka pun juga
positif thinking. Mungkin rezim lagi
cari pola untuk masyarakat nya, agar ada aturan yg jelas dan lebih tertata.
Outsoursing di protes masyarakat kemudian muncul yang Namanya Omnibuzlow. Dengan omnibuzlow ini rezim mencoba menarik semua peraturan di samakan perlakuannya dalam satu payung, walau hal itu sesungguhnya sesuatu yang tidak mungkin, akibatnya, nakes dan buruh demo besar besaran, 10 agustus kemarin, walau tidak ada respon (nggak di reken) oleh rezim . Kita positif thinking, wow mungkin Bapak kita, lagi pusing memikirkan negara, makanya saat ada demo dia tinggalkan pendemo dan memilih menghibur diri bersama artis ibu kota. (ini beritanya : Saat Ribuan Buruh Demo Omnibus Law Cipta Kerja, Presiden Jokowi Menjajal Kereta LRT Bersama Artis. )
Saat Kemendikbud
menekankan BKK SMK (Bursa Kerja Kusus) adalah ujung tombak output lulusan SMK. Yang
dengan info pusat ini, crew BKK berusaha keras bermitra dengan industri agar
lulusan nya punya pekerjaan.
Di saat itu
pula, saat pandemi covid puluhan ribu naker aseng yang bukan tenaga ahli,
datang dengan aman di Indonesia,saat itu masyarakat kita di lockdown. Kita juga
positif thinking...
Wow lulusan
kita susah cari kerja, karena ada tambahan competitor warga negara aseng,
barang kali bapak kita ini, bermaksud supaya anak anak jadi entrepreneurship.
Saat salah satu
guru mengkritik kebijakan pemimpin nya, di grup MGMP, berharap ada perubahan
Kebijakan nya, sebagian anggota grup bilang, ini grup MGMP bukan grup politik,
kalau politik silahkan ke yang lain.
Padahal kita
semua tau bahwa kebijakan yang di terima guru di ruang ruang kelas mereka,
termasuk gajinya yang diterima setiap bulannya,tunjangan TPP yang menyertainya,
semua muncul karena hasil kebijakan politik mereka.
Tapi masyarakat
juga positif thinking.Mungkin, kita para
guru ndak harus ngerti politik, yang penting ngajar saja, Modul ajar lengkap,
Tunjangan Cair( bagi yang dapet) dan gaji tiap bulannya lancar sudah lebih dari
cukup.biar beban guru ndak tambah berat.
Kurikulum di
buat merdeka , tujuannya supaya guru enjoy dalam bekerja dan murid menikmati dalam belajarnya, tapi praktek di
lapangan guru tetap saja kawulo manut yang kemerdekaannya pun selalu di angan angan. Beban kerjanya tak berkurang terus apa maksudnya MERDEKA?
Tujuhpuluh
depan tahun merdeka ,saatnya guru bangkit paham politik rakyat melek politik,
agar kita tidak lagi menjadi sapi
perahan mereka.( manusia maupun Partai) yang
seakan membela nasib kita, tapi sesungguhnya mereka hanya kelelawar penghisap
darah bangsa nya, mereka tak lebih
pengangguran yang mencari tempat kerja dari rakyatnya (DPR) setelah mereka jadi mereka selalu meminta
kita memakluminya dan terus menghimbau positif thingking kepada kebijakan
mereka.
Saatnya Menghapus PARTAI POLITIK yang hanya menghisap kekayaan bangsa, bangkit seperti Drakula. Hapus mereka dari negeri tercinta dengan cara mengalihkan pilihan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar