Indonesia juga banyak raja-raja yang sekaligus filsuf-filsuf yang terkenal dan sangat mumpuni keilmuannya, biasanya beliau ini sebagai seorang
Raja yang sekaligus Pujangga. dulu kita pernah mengkaji mangkunegoro dengan serat nya jadi raja yang sempat menulis kitab-kitab bermutu dan berkualitas.
Raja yang sekaligus Pujangga. dulu kita pernah mengkaji mangkunegoro dengan serat nya jadi raja yang sempat menulis kitab-kitab bermutu dan berkualitas.
Hal penting yang perlu kita ungkap adalah bahwa tidak hanya Romawi yang punya Raja yang sekaligus Pujangga. Tidak hanya Yunani yang punya Raja yang sekaligus Pujangga. Ndak hanya India yang punya seperti itu, akan tetapi kita juga punya bahkan ada beberapa jikalau ingin dibanggakan.
Sekarang kita ke Jawa, Mataram Islam. kita akan ketemu beliau Sultan Agung. Nama yang sangat populer. karena beliau adalah pahlawan Nasional sejak tahun 1975. Sultan Agung Raja besar yang berhasil mempersatukan Jawa, termasuk beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan.kecuali Batavia. Sultan Agung ini raja ke 3 tapi harusnya raja ke 4 sebenarnya.
mungkin yang ketiga ini bisa dihitung bisa tidak. raja ketiga itu adalah kakaknya sultan agung.
Urutan Raja araja di Mataram Islam itu di mulai dari Raja pertama Penembahan Senopati ing alogo, ngabehi loring pasar yakni Raden Sutowijoyo anak dari Panembahan Pemanahan dan juga putra angkat kinasih Raja Pajang Islam Sultan Hadi Wijaya, kemudian di lanjutkan oleh Panembahan hanyokrowati kemudian putranya yang nanti hanya bertahta 1 hari. (kakaknya Sultan Agung ) pengangkatan kakanya ini sebenarnya hanya sebagai syarat. Jadi sebenarnya ayahnya dulu, pernah berjanji pada permaisurinya, bahwa nanti yang jadi raja adalah kakaknya Sultan Agung.
Tapi karena beliau ini ternyata punya kekurangan.( punya mungkin sejenis tuna grahita) sehingga ya janji, harus dipenuhi Harus jadi raja, tetapi hanya dilantik jadi raja sehari.
Karena besoknya sang kakak ini, harus ganti oleh beliau Sultan Agung, yang juga putranya Panembahan hanyakrawati.
Panembahan hanyakrawati itu putranya Panembahan Senopati. yang berarti ibunya Sultan Agung itu putrinya Pangeran Benowo. karena antara panembahan senopati dan pangeran benowo itu besanan.
Panembahan Senopati ing alogo, menjadi saudara angkat Pangeran Benowo yang anak kandungnya Raja pajang Sultan Hadiwijoyo. Jadi sama-sama anaknya, yang satu anak kandung, satunya lagi anak angkat.
Seharusnya yang melanjutkan kekuasaan Sultan Hadiwijoyo adalah Pangeran Benowo. tapi Pangeran Benowo ini, orangnya lembut tidak suka kekuasaan. beliau ini banyak merasakan kecewa oleh pemerintah, termasuk juga pemerintahan ayahnya sendiri. ayahnya nikah lebih dari satu. itu pula yang menyebabkan kekcewaan pangeran Benowo. mengapa ...? karena Pangeran Benowo ini, merupakan sosok yang sayang sama Ibunya. beliau tidak setuju jika ibunya harus di sakiti ayahnya. Setelah ayahnya lengser keprabon kelak saudara angkat Pangeran Benowolah yang seharusnya menggantikan ayahnya (Sultan adiwijoyo) untuk memimpin Pajang akan tetapi Panembahan Senopati ini ketika mau menggantikan ayahnya diserobot kakak iparnya yang bernama Arya pangiri.
Akhirnya berdua Sutowijoyo dan Pangeran benowo mendeklarasikan berdirinya Mataram Islam ,tapi kerajaan pajang pun juga masih tetap berkuasa dan berjalan tanpa gangguan dari Mataram. Saat itu kerajaan Pajang, Rajanya Pangeran Benowo. Namun pangeran Benawa berkuasa hanya sekitar satu tahun, kemudian beliau Uzlah dan terkenal menjadi Wali namanya Sunan Parakan tempatnya di daerah kabupaten Kendal di wilayah gunung kukulan.
SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO
Sultan Agung ini adalah Sultan besar, beliau diangkat menjadi Sultan saat usianya baru 20 tahun. Beliau sudah jadi raja dengan tanggung jawab yang sangat besar tapi alhamdulillah sukses.
gelar yang di miliki sultan agung Panjang-panjang,
Tapi setiap gelar itu punya maknanya sendiri. di awal-awal, beliau dikenal sebagai Panembahan hanyokrokusumo atau Prabu Pandeto hanyokrokusumo kalau Ayahnya kan gelarnya hanyokrowati
istilah hanyokro itu sendiri berasal dari kata dasar Cokro.
istilah hanyokro itu sendiri berasal dari kata dasar Cokro.
Cokro itu kalau dalam bahasa sangsekerta merupakan simbol dari alam semesta.
Jadi hanyokrokusumo itu, maksudnya saya akan meng-alam semesta, hal ini maknanya setara seperti Hamengkubuwono. Hal sejenisnya termasuk juga Mangkurat, Amangkurat itu maknanya alam semesta,atau memangku-alam semesta.
Maknanya sama seperti Hamengkubuwono berarti ”memangku benua. atau menjadikan dunia semakin indah. Makanya raja itu ada misinya: yaitu memayu hayuning Bawono. Jadi membuat dunia yang sudah indah ini, menjadi semakin indah itu tugasnya Raja. menjaga keindahan yang dapat menambah keindahan yang banyak. makanya gelarnya hanyokrokusumo.
Gelar lainnya juga ada Prabu pendeta, ya Prabu Raja, ya ahli agama. Prabu Pendito Hanyokrokusumo. panembahan itu berasal dari kata-kata Sembah. umumnya panembahan ini biasanya panggilan untuk orang-orang yang layak dihormati. Biasanya sudah matang ilmunya. Itu diawal-awal, nanti di tengah-tengah saat beliau menaklukkan Madura ada pergantian gelar. Beliau memakai istilah Susuhunan.(-susuhunan Agung hanyokrokusumo atau Sunan Agung hanyokrokusumo)
Ada beberapa tafsir tentang kata-kata Sunan ini, hanya saja itu kependekan dari susyuhunan. Ada yang menafsirkan kalimat itu dari kata dasar syusuh. Syusuh itu kan rumahnya burung yang memiliki filosofi tinggi karena tempatnya diatas, levelnya sangat tinggi. ada yang menafsirkan kalimat ini dari kata sebenarnya bukan sunan tapi dari kata-kata suwun. Suwun itu kalau di khasanah jawa, Jika seseorang itu bilang Terima kasih, atau Matur suwun.
Ada lagi dari susunan susunan itu makudnya adalah susunan tangan-tangan yang terjalin untuk menghormati. Atau untuk menyembah bagi orang yang layak di sujudi, yang layak untuk dihormati yang disingkat jadi Sunan. oleh karenanya wali-wali itu kalau di daerah Jawa disebut Sunan
Sementara itu, kalau di Arab gelar Sunan itu tidak ada, Sunan itu jamaknya adalah sunnah, beda maksudnya dengan kata sunan yang ada di Jawa. Meskipun demikian ada juga yang menafsirkan bahwa sunan itu berarti orangnya banyak menjalankan sunnah.
Dan belakangan beliau menggunakan gelar Sultan lagi, gelar Sultan ini dipakai lagi, setelah beliau mendapatkan gelar dari khotibul haromain zaman itu. dari Mekah.
Maka, gelarnya jadi lengkap Sultan Agung Senopati ing alogo Abdurrahman atau Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram. Di arab itu ada gelar Saiful Islam kalau Imam al Ghazali itu hujjatul Islam.kenapa sih kok gonta-ganti gelar? karena memang pamornya negara itu, ada di rajanya.
Ada beberapa tafsir tentang kata-kata Sunan ini, hanya saja itu kependekan dari susyuhunan. Ada yang menafsirkan kalimat itu dari kata dasar syusuh. Syusuh itu kan rumahnya burung yang memiliki filosofi tinggi karena tempatnya diatas, levelnya sangat tinggi. ada yang menafsirkan kalimat ini dari kata sebenarnya bukan sunan tapi dari kata-kata suwun. Suwun itu kalau di khasanah jawa, Jika seseorang itu bilang Terima kasih, atau Matur suwun.
Ada lagi dari susunan susunan itu makudnya adalah susunan tangan-tangan yang terjalin untuk menghormati. Atau untuk menyembah bagi orang yang layak di sujudi, yang layak untuk dihormati yang disingkat jadi Sunan. oleh karenanya wali-wali itu kalau di daerah Jawa disebut Sunan
Sementara itu, kalau di Arab gelar Sunan itu tidak ada, Sunan itu jamaknya adalah sunnah, beda maksudnya dengan kata sunan yang ada di Jawa. Meskipun demikian ada juga yang menafsirkan bahwa sunan itu berarti orangnya banyak menjalankan sunnah.
Dan belakangan beliau menggunakan gelar Sultan lagi, gelar Sultan ini dipakai lagi, setelah beliau mendapatkan gelar dari khotibul haromain zaman itu. dari Mekah.
Maka, gelarnya jadi lengkap Sultan Agung Senopati ing alogo Abdurrahman atau Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram. Di arab itu ada gelar Saiful Islam kalau Imam al Ghazali itu hujjatul Islam.kenapa sih kok gonta-ganti gelar? karena memang pamornya negara itu, ada di rajanya.
Raja nggak boleh minder karena menjadi raja- saat itu, mungkin agak beda dengan Presiden hari ini. kalau di model monarki, Raja itu puncaknya.puncak segala urusan negara termasuk ekoomi dan hukum. Oleh karenanya tidak boleh menjadi Sultan kok minder, apalagi menjadi seorang raja. seorang Raja jangan menonjolkan diri. apalagi berkata pokoknya saya ini raja, biasa lah, hal ini tidak boleh terjadi karena ini menyangkut kebanggaan negara, ini menyangkut Marwah kerajaan yang harus besar.
Dan karena tanggung jawabnya besar, makanya gelarnya yang awal adalah Panembahan Senopati. Istilah penambahan itu sendiri di Jawa artinya sudah mantab ilmunya, mateng ruh kebijaksanaaanya apalagi terus beliau menjadi Sunan,kemudian Sultan.
Jadi diawali dari sinilah nanti dimulai dan dibangun kebesaran Mataram Islam. karakternya memakai Istilah yang asli dipakai di Jawa.
Gung Binatoro hanyokro.
Berbudi bawaleksana
Ambek adil paramarta
Kok dikatakan agung binantara itu dari kata dasar antara .yag berarti dewa-dewa, jadi koordinator kekuasaannya laksana dewa-dewa.
Jadi Carilah raja yang agung dan binatara yang kompetensinya luar biasa, kekuasaannya laksana dewa-dewa. Jadi dia besar luar biasa dan ada banyak dan kagum kepadanya semua urusan kenegaraan porosnya ada pada Dia.
Itulah nanti kalau para pembaca berkenan membaca sejarah hubungan antara para ulama dan umaro sepanjang sejarah Islam itu, kebanyakan yang "diserang", atau yang dinasehati Itu rajanya, khalifahnya, atau Sultannya. Para Sufi itu walaupun sedang marah marah ke istana ketemu sultannya, yang dinasehati. Menapa? Karena kuncinya negara ada di Sultan, tidak undang-undangnya, dan juga tidak di pemerintahnya,maupun wakil wakilnya.
Dan kasultanan itu kuncinya ada di tangan sultannya. Maka itu karakter pertama Sultan ini harus Gung binantoro yang kedua bahu dan pemelihara hukum dan penguasa dunia. Cokro itu dari kata dasar dunia. Makanya kalau dalam Wayang cerita Mahabharata Krishna itu senjatanya cakra berarti dia memang penguasa alam semesta.
Dalam tradisi hidup jawa, mengapa dewa penguasa alam masih butuh senjata.? semua itu membacanya merupakan simbolik, tidak dibaca letterlegje dan kemampuan membaca simbol ini hari ini mulai banyak luntur. orang zaman sekarang agak susah untuk memahami simbol-simbol, apalagi agama tidak melatih mendayagunakan .
BERBUDI BAWALEKSANA
TO BE CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar