Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Harsawijaya
mengisahkan sekitar tahun 1269 Arya Wiraraja semula menjabat sebagai rakryan
demung, (Jabatan yang berhubungan dengan Tanggung jawab tentang keselamatan
raja, kesehatan raja dan bidang lain sejenisnya) di kerajaan
Singhasari.
Menurut Babad Pararaton, nama kecilnya adalah Banyak
Wide, yang secara etimologis yaitu, "Banyak" adalah biasanya adalah
nama yang disandang kaum Brahmana, sedangkan "Wide" yang berarti
"Widya" yang berarti pengetahuan. jadi nama banyak wide sendiri
berarti brahmana yang punya banyak pengetahuan atau cerdik. Hal ini kemudian
sesuai dengan perjalanan kariernya kemudian. Tentang kelahiran Banyak wide,
Babad Pararaton menyebutkan, beberapa keterangan yang penting.
"Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon Adipati ing Songenep, anger ing Madura wetan"
"Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon Adipati ing Songenep, anger ing Madura wetan"
yang artinya:
"Ada seorang hambanya (Kertanegara) merupakan keturunan tetua di Nangka bernama Banyak Wide yang kemudian bergelar Arya Wiraraja dan dijauhkan menjadi adipati Sumenep, Madura wetan".
Arya Wiraraja adalah kerabat Kerajaan Singasari, ibunya bernama Nararya Kirana, yang merupakan puteri Penguasa Singasari Prabu Seminingrat Wisynuwarddhana.`( Dalam prasasti Mula Malurung (1255) disebutkan kalau ayah dari Kertanagara bernama Seminingrat Wisynu wardana )
Karena ada ketidak cocokan dengan sang Raja, maka Aria Wiraraja dimutasi ke Sumenep karena dianggap sebagai penentang politik Kertanagara.
Bahasa lainnya, maka yang bersangkutan di "singkirkan " ke pulau Madura untuk di jadikan Bupati di Sumenep sana.
Strategi besar Sang Aria wiraja itu, dimulai saat Kertanegara Raja Singasari yang terakhir, harus menanggung kekalahan Akibat serangan dari jayakatwang Raja Kediri.
Akibat sakit hati karena telah di singkirkan ke sumenep, maka Aria Wiraraja memberikan strategi kepada Jaya Katwang yang ingin memberontak ke Singhasari akibat kekalahan kediri saat di kalahkan oleh leluhur Singhasari dahulu.
Maka Untuk membalas dendam dan mengembalikan kejayaan Kediri yang telah direbut Singhasari pada waktu dulu, cara yang paling ampuh adalah dengan mengalahkan Kertanegara. Walaupun Kertanegara sendiri sebenarnya adalah besan Jayakatwang. karena putri kertanegara di nikah oleh Ardharaja yang tidak lain adalah putra Raja Jaya Katwang.
Tetapi bagaimana caranya ?
Disinilah peran Aria Wiraraja dimulai . Ia memberikan
strategi kepada Jayakatwang untuk memecah kekuatan kertanegara, dengan
cara membuat isu pemberontakan .
Jayakatwang melaksanakan saran Aria Wiraraja. Ia mengirim pasukan kecil yang dipimpin Jaran Guyang
menyerbu Singhasari dari arah utara kerajaan Mendengar hal itu,
Kertanegara segera mengirim pasukan untuk menghadapi pemberontakan itu. Saat
itu pasukan besar kertanegara ini, dipimpin oleh menantunya, bernama Raden Wijaya.
Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun sesungguhnya pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota Singhasari kosong.ternyata pancingan Jaya Katwang berhasil menarik perhatian Kertanegara dan Kertanegara mengirimkan sebagian besar pasukannya untuk menghalau pemberontak yang datang dari arah utara, sehingga di dalam kerajaan sendiri mengalami kekurangan prajurit.
Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun sesungguhnya pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota Singhasari kosong.ternyata pancingan Jaya Katwang berhasil menarik perhatian Kertanegara dan Kertanegara mengirimkan sebagian besar pasukannya untuk menghalau pemberontak yang datang dari arah utara, sehingga di dalam kerajaan sendiri mengalami kekurangan prajurit.
Pasukan kedua Jayakatwang menyerang Singhasari dari arah selatan dipimpin oleh Patih Mahisa
Mundarang. Dalam serangan tak terduga ini, Kertanagara tewas di dalam
istananya.
Menurut prasasti Kudadu, Ardharaja
putra Jayakatwang yang tinggal di Singhasari bersama istrinya, ikut serta dalam
pasukan Raden Wijaya.
Tentu saja ia berada dalam posisi sulit, karena harus menghadapi pasukan ayahnya sendiri. Ketika mengetahui Singhasari mengalami kekalahan, Ardaraja berbalik meninggalkan Raden Wijaya dan memilih bergabung dengan pasukan Gelang-Gelang. (pasukan ayahnya yang dari kediri.)
Raden Wijaya yang berada pada posisi kalah setelah diserang oleh Jayakatwang, maka dia lari ke Madura untuk Meminta perlindungan kepada Arya wiraraja.(suaka politik )
Maka atas kebaikan Arya wiraraja, Raden Wijaya dimintakan ampun kepada Jayakatwang. Kemudian Raden Wijaya di samping di ampuni juga diterima untuk mengabdi di Kerajaan Kediri.
Dengan kebaikan watak, dan prilaku Raden Wijaya, maka Jayakatwang memberikan tanah perdikan atau tanah Sima kepada Raden Wijaya yang berada di daerah Mojokerto, yaitu hutan tarik. Atas kebaikan Arya wiraraja pula maka hutan tarik itu dibuka menjadi sebuah pedesaan oleh Raden Wijaya yang dibantu oleh punggawa kerajaan Kabupaten Sumenep yaitu dengan mengirimkan orang-orang Madura untuk membantu Raden Wijaya membabat hutan tarik untuk di jadikan tanah hunian atau daerah pedesaan, yang sekaligus sebagai tempat perburuan binatang sang Raja Jayakatwang.
Tentu saja ia berada dalam posisi sulit, karena harus menghadapi pasukan ayahnya sendiri. Ketika mengetahui Singhasari mengalami kekalahan, Ardaraja berbalik meninggalkan Raden Wijaya dan memilih bergabung dengan pasukan Gelang-Gelang. (pasukan ayahnya yang dari kediri.)
Raden Wijaya yang berada pada posisi kalah setelah diserang oleh Jayakatwang, maka dia lari ke Madura untuk Meminta perlindungan kepada Arya wiraraja.(suaka politik )
Maka atas kebaikan Arya wiraraja, Raden Wijaya dimintakan ampun kepada Jayakatwang. Kemudian Raden Wijaya di samping di ampuni juga diterima untuk mengabdi di Kerajaan Kediri.
Dengan kebaikan watak, dan prilaku Raden Wijaya, maka Jayakatwang memberikan tanah perdikan atau tanah Sima kepada Raden Wijaya yang berada di daerah Mojokerto, yaitu hutan tarik. Atas kebaikan Arya wiraraja pula maka hutan tarik itu dibuka menjadi sebuah pedesaan oleh Raden Wijaya yang dibantu oleh punggawa kerajaan Kabupaten Sumenep yaitu dengan mengirimkan orang-orang Madura untuk membantu Raden Wijaya membabat hutan tarik untuk di jadikan tanah hunian atau daerah pedesaan, yang sekaligus sebagai tempat perburuan binatang sang Raja Jayakatwang.
TENTARA TAR TAR, MONGOL KUBILAI KHAN MENYERANG SINGHASARI
Lagi-lagi, Ke-cermelang-an strategi dan
taktik Arya Wiraraja ditunjukkan kepada dunia.
Perlakuan Kertanegara inilah yang dianggap penghinaan oleh Kubilai Khan. Pada tahun 1293 dengan kekuatan 200.000 orang pasukan Tartar yang dipimpin oleh Shih Pie, Ike Mishe, dan Kau Sing kembali datang untuk membalas penghinaan Kertanegara.
Perlakuan Kertanegara inilah yang dianggap penghinaan oleh Kubilai Khan. Pada tahun 1293 dengan kekuatan 200.000 orang pasukan Tartar yang dipimpin oleh Shih Pie, Ike Mishe, dan Kau Sing kembali datang untuk membalas penghinaan Kertanegara.
Saat itu, tentara Tar-Tar Mongol, yang merasa sakit hati kepada Singhasari, karena utusan diplomasi mereka untuk menundukkan Singhasari, dipotong kedua telinganya.Arya Wiraraja, bersama Raden Wijaya yang mengetahui rencana Kubilaikan untuk menyerang Kertanegara itu maka kesempatan itu, tidak disia-siakan oleh Arya wiraraja.
Arya wiraraja bersama Raden Wijaya yang dibantu oleh beberapa orang termasuk didalamnya adalah Ronggolawe, menunjukkan kepada tentara-tentara Tar-Tar bahwa, Kerajaan Singhasari sudah berpindah ke Kediri yang ditunjuk tiada lain, adalah kerajaan Jayakatwang yang baru saja memenangkan peperangan dengan Singhasari.
Maka Arya Wiraraja dan Raden Wijaya yang telah mengadakan perjanjian sebelumnya, bersamaan dengan tentara Tar-Tar dan gabungan dengan tentara Kerajaan Majapahit yang masih tersisa, menggempur Kerajaan Kediri, dan kemudian Jayakatwang terbunuh dan akhirnya menyerah kalah. Kepada tentara Kubilai Khan.
Setelah Kediri jatuh ditangan tentara Kubilai Khan maka peristiwanya tidak berhenti sampai di sini saja Arya wiraraja memainkan perannya lagi agar supaya kediri yang telah jatuh di tangan Cina bisa direbut kembali. .Dengan kemenangan tentara Mongol terhadap Jayakatwang Raja Kediri, maka sesuai dengan perjanjian dengan Raden Wijaya, tentara Mongol mendapatkan upeti atau rampasan perang berupa Putri Kediri yang akan dibawa ke negara Cina.
MAKAM TAR-TAR YANG MASIH ADA SAMPAI SEKARANG
Sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh Raden Wijaya kepada tentara Mongol, maka Arya
Wiraraja kembali membuat gebrakan strateginya, untuk menyelamatkan
putri putri Kediri.
Dengan mengatakan kepada tentara Mongol, bahwa Raden Wijaya akan memberikan apa yang telah dijanjikan kepada tentara tentara Mongol. Tetapi aturan main-nya harus tetap dipakai. Bahwa Putri Kediri itu, orang-orangnya sangat pemalu dan mereka takut dengan senjata, apalagi apa yang disebut dengan darah. Oleh karenanya, tentara Mongol diminta untuk datang ke suatu tempat yang saat ini berada di wilayah Kota Nganjuk di desa Peserut Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Dengan tujuan untuk mengambil rampasan perang yang berupa putri putri Kediri.
Di daerah itu, sudah dipersiapkan putri-putri itu. Tapi syarat dan ketentuan tetap berlaku. Bahwa seluruh tentara yang mengambil putri putri Kediri tidak diperkenankan untuk membawa senjata apapun.
Maka pada saat tentara Mongol yang sudah tidak bersenjata itu berkumpul di desa
Peserut tersebut, maka secara diam-diam tentara Majapahit yang telah terhimpun,
menyerang tentara Mongol yang tidak bersenjata itu. Semuanya (tentara Mongol ) mati dan dikubur
di desa peserut itu. dan sampai sekarang nama pekuburan atau makam yang ada di
desa itu bernama makam Tar-Tar.Dengan mengatakan kepada tentara Mongol, bahwa Raden Wijaya akan memberikan apa yang telah dijanjikan kepada tentara tentara Mongol. Tetapi aturan main-nya harus tetap dipakai. Bahwa Putri Kediri itu, orang-orangnya sangat pemalu dan mereka takut dengan senjata, apalagi apa yang disebut dengan darah. Oleh karenanya, tentara Mongol diminta untuk datang ke suatu tempat yang saat ini berada di wilayah Kota Nganjuk di desa Peserut Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Dengan tujuan untuk mengambil rampasan perang yang berupa putri putri Kediri.
Di daerah itu, sudah dipersiapkan putri-putri itu. Tapi syarat dan ketentuan tetap berlaku. Bahwa seluruh tentara yang mengambil putri putri Kediri tidak diperkenankan untuk membawa senjata apapun.
Dengan meninggalnya seluruh tentara Mongol yang ada di desa itu maka tamatlah riwayat seluruh perjuangan Kubilai Khan, untuk menundukan kerajaan kerajaan di Nusantara.
Di tahun1293. Setelah keadaan damai tenang dalam kemenangan yang gilang gemilang itu, Raden Wijaya meneruskan perluasan pembukaan hutan Tarik yang berada di Mojokerto, untuk dijadikan pedesaan yang lebih luas.
Dari desa inilah dikemudian hari menjadi cikal bakal kerajaan besar yang bernama Kerajaan MAJAPAHIT. Kerajaan ini kemudian mampu menjadi Negara adikuasa di Bumi Jawa yang memiliki pengaruh luas sampai ke Tumasik atau Singapura sekarang ini, bahkan sebagian di Filipina, Muangthai dan lain-lain.
Sementara itu, Arya wiraraja menagih janji kepada Raden Wijaya. ketika Kediri jayakatwang dan tentara Mongol telah berhasil, dikalahkan.
Raden wijaya yang telah merasa di bantu dengan stratag (strategi dan Taktig ) Aria Wiraraja yang super hebat di zaman itu, tidak ada pilihan lain kecuali memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kedua jawara tersebut.
Kemudian Arya Wiraraja diberikan separo tanah perdikan yang berada di wilayah timur kerajaan Majapahit, yang kemudian oleh Arya wiraraja didirikan Sebuah kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa, dengan nama kerajaan Lamajang Tigang Juru.(wilayah tapal kuda )
Peninggalan Kerajaan Islam Tigang Juru ini, saat ini situs nya masih bisa dilihat yaitu di situs yang bernama Situs Biting berada di wilayah Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
Bahkan disana ditengarai ada makam dari Arya wiraraja Masyarakat mengenalnya dengan makam Minak Koncar yang sampai saat ini masih ada walaupun belum di rawat dengan baik oleh Pemda setempat.
Wallohu a'lam bishowab
Referensi
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
https://id.wikipedia.org/wiki/Aria_Wiraraja
http://menguaktabirsejarah.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar