Maka pembentukan dan pengembangan soft skill
di keluarga saat usia dini bisa di permisalkan dengan blue print.
KETIKA SOFTSKILL DI TUNTUT DI SEKOLAH
kerangka kerja terperinci, sebagai landasan dalam pembuatan
kebijakan seringkali di sebut blue
print.
Mengapa keluarga?
Karena pengembangan
soft skill dan pembentukannya itu mutlak tanggung jawab dari keluarga
masing-masing :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ
لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih
(berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.”
Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa sesungguhnya
pembentukan karakter soft skill anak didik itu, berangkat nya dan mulainya dari keluarga dan peran kedua
orang tuanya.
Jika hadist diatas menyampaikan kesucian seorang anak, dan orang tuanyalah
yang menjadikan mereka nasrani, yahudi maupun Majusi. Maka menjadi taggung
jawab orang tua pula jika ada anak yang
mejadi buruk, menjadi malas maupun menjadi jahat.
Sedangkan sekolah perannya hanya memperkuat soft skill yang
berasal dan di terapkan dari rumah mereka.
Jadi kalau ada anak di sekolah berprilaku kurang pada
tempatnya sering, misuh di setiap bicara nya,
marah dan berani kepada guru dan angkuh terhadap teman, tidak peduli
terhadap teman maupun lingkungan
Susah komunikasi yang sopan, tidak tahan banting dalam
pembelajaran dan tugas tugas sekolah, ogah ogahan di kelas, semua itu
terjadi 85 % nya menunjukan situasi dan
kondisi rumah tangga kedua orang tuanya di rumah. Demikian juga jika ada
peristiwa yang terjadi sebaliknya.
BLUE PRINT
Mengapa blue print...?
Melukis di air memang mudah tidak segampang melukis di Batu. Tetapi melukis di air pun juga mudah hilang dibandingkan melukis di Batu. Itulah kenapa konsep blueprint diajarkan sejak dini, sejak usia dini di rumah tangga. Semua itu agar anak-anak memiliki karakter yang kuat, mempunyai tauhid yang tangguh ( semacam melukis di batu) dan semua itu bisa terwujud dengan baik jika berasal dari keluarga yang sehat mental dan harmonis.
Seluruhnya berawal dari keluarga baik start, proses, pembinaan dan evaluasi nya.
Dengan memahami konsep blue print ini, orang tua tidak mudah
memasrahkan dan menggantungkan keseluruhan soft skill anak anaknya pada
sekolah,
Terlebih lebih menyalahkan
sekolah jika anak anaknya mengalami masalah serius di sekolah maupun di
masyarakat.
Sebab semua itu tanggung jawab utamanya berada pada bapak
dan ibu sebagai orang tuanya. Bukan mbah nya, (kakek neneknya) bukan
tetangganya apalagi gurunya.
Kesimpulannya Tidak perlu menuntut keberhasilan soft skill anak anak kita pada
sekolah ...sebab sekolah sifatnya hanya menguatkan, memupuk dan mengarahkan
karakter apa yang telah menjadi habit atau kebiasaan dan sesuatur yang diajarkan orang tua di
rumah
Disini peran orang tua adalah nomor wahid ( satu) tidak bisa
diwakilkan kepada baby sitter atau orang lain.
Intinya rumah tangga bapak ibu menjadi kunci utama baik dan
buruknya anak bapak dan Ibu. Penciptaan
rumah tangga yang ramah terhadap perkembangan anak sangatlah di butuhkan untuk
pertumbuhan buah hati bapak ibu semua.
sebab
Rumah tangga yang broken inshaalloh 85 % anak anaknya akan
mengikuti situasi rumah tangga orang tua nya. Kecuali anak yang dulunya di
ajari prinsip hidup yang kuat, maka
mereka akan punya pilihan dan kekuatan bukan larut dalam keadaan.
Wallohu a’lam bishowab
Pak J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar