Guru adalah pekerjaan mulia
. karena kemulian yang di sandang nya ,maka pundi pundi pahala dapat di dulang nya dengan mudah. Kemudahan itu mereka dapatkan lantaran kegigihan, kesungguhan dan keikhlasan mereka dalam mendidik murid muridnya.
Berkat usaha mereka menjadikan anak yang tidak mengerti menjadi mengerti, anak yang tidak trampil menjadi trampil, anak yang akhlaqnya kurang bagus menjadi bagus, dan menjadikan anak yang tidak paham menjadi paham lah yang menjadikan pundi pundi pahala guru terus menggunung.
begitu pula sebaliknya, profesi guru juga bisa menghantarkan pemiliknya pada jurang kenistaan dan kehancuran martabatnya, jika kedatanganya , kehadiranya, dan keberadaanya, di tempat tempat pendidikan hanya sekedar gugur kewajiban karena merasa dibayar.
Mereka tidak lagi mengembangkan kepedulian, empati dan simpati pada anak didik, tapi sibuk dengan masalah dirinya dengan yayasan, masalah dirinya dengan pimpinan sekolah dan lain sbagaianya.
masalah yayasan yang di anggap tidak simpati terhadap para guru dan warga sekolah berimbas pada kinerja yang semakin lelah walau tidak ada yang di kerjakan..
Akibat "perseteruaan" yang berkepanjangan antara keduanya berakibat hilanganya jiwa pendidik pada muridnya . nah pada tataran ini murid yang tidak tau apa apa menjadi korban orang tua ( baca guru) dengan kepentinganya.
Maka guru yang demikian inilah yang sesungguhnya mereka sedang mengukir dosa .
Dosa karena malas mendidik dosa karena tidak peduli kepentingan siswa belajar
. karena kemulian yang di sandang nya ,maka pundi pundi pahala dapat di dulang nya dengan mudah. Kemudahan itu mereka dapatkan lantaran kegigihan, kesungguhan dan keikhlasan mereka dalam mendidik murid muridnya.
Berkat usaha mereka menjadikan anak yang tidak mengerti menjadi mengerti, anak yang tidak trampil menjadi trampil, anak yang akhlaqnya kurang bagus menjadi bagus, dan menjadikan anak yang tidak paham menjadi paham lah yang menjadikan pundi pundi pahala guru terus menggunung.
begitu pula sebaliknya, profesi guru juga bisa menghantarkan pemiliknya pada jurang kenistaan dan kehancuran martabatnya, jika kedatanganya , kehadiranya, dan keberadaanya, di tempat tempat pendidikan hanya sekedar gugur kewajiban karena merasa dibayar.
Mereka tidak lagi mengembangkan kepedulian, empati dan simpati pada anak didik, tapi sibuk dengan masalah dirinya dengan yayasan, masalah dirinya dengan pimpinan sekolah dan lain sbagaianya.
masalah yayasan yang di anggap tidak simpati terhadap para guru dan warga sekolah berimbas pada kinerja yang semakin lelah walau tidak ada yang di kerjakan..
Akibat "perseteruaan" yang berkepanjangan antara keduanya berakibat hilanganya jiwa pendidik pada muridnya . nah pada tataran ini murid yang tidak tau apa apa menjadi korban orang tua ( baca guru) dengan kepentinganya.
Maka guru yang demikian inilah yang sesungguhnya mereka sedang mengukir dosa .
Dosa karena malas mendidik dosa karena tidak peduli kepentingan siswa belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar